tag:blogger.com,1999:blog-51725189488170209002024-02-21T19:07:24.258+07:00Bagi Ilmu BlogspotTempat menambah pengetahuanmamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.comBlogger561100tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-59569034729129741012013-01-23T16:56:00.001+07:002013-01-23T16:56:26.826+07:00Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRiBQV_iLuRVlwUpGDrseFlLxv8AbitRJi6AdUxAqNzJLsIlZKH" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRiBQV_iLuRVlwUpGDrseFlLxv8AbitRJi6AdUxAqNzJLsIlZKH" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;">Tiga dekade yang lalu, Bank Syariah sebagai representasi keuangan Islam, belum dikenal oleh masyarakat. Kini sistem keuangan syariah telah beroperasi di lebih dari 55 negara yang pasarnya tengah bangkit dan berkembang (Lewis dan Algaoud, 2007).</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;">Meskipun pemikiran ekonomi syariah baru muncul beberapa tahun terakhir ini di negara-negara muslim, namun ide-ide tentang ekonomi Islam dapat dirunut dalam Alquran yang di turunkan pada abad ke-7.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;">Makna harfiah <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">syari</em> adalah “jalan menuju mata air‚dan dalam pengertian teknis berarti sistem hukum dan aturan perilaku yang sesuai dengan Alquran dan Hadist, seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, kaum muslim tidak dapat memilah perilaku mereka ke dalam dimensi religius dan dimensi sekuler. Selain itu, tindakan mereka harus selalu mengikuti syariah sebagai hukum Islam.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;">Adapun prinsip-prinsip keuangan syariah meliputi:</span></div>
<ol style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 15px 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<li style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 3px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Riba</strong><br />Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.<br />Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua, riba jual beli terbagi lagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah.<br />Riba <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Qardh </em>adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang. Riba <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jahiliyyah </em>adalah utang yang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utang pada waktu yang telah ditetapkan.<br />Riba<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Fadhl</em> adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. Riba <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nasi </em>adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nasi’ah </em>muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau penambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.</span></li>
<li style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 3px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Zakat</strong><br />Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.<br />Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan pendidikan (QS. 58:11). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat dan agar kaum muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan memuaskan.</span></li>
<li style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 3px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Haram</strong><br />Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan lembaga keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan ini beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang independen.<br />Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan.Oleh karena itu lembaga keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.</span></li>
<li style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 3px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Gharar</em> dan <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Maysir</em></strong><br />Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Alquran menggunakan kata <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">maysir</em> untuk perjudian, berasal dari kata<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">usr</em> (kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.<br />Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi yang adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.<br />Islam juga melarang transaksi ekonomi yang melibatkan unsur spekulasi, <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gharar</em> (secara harfiah berarti resiko). Apabila riba dan maysir dilarang dalam Alquran, maka <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gharar </em>dilarang dalam beberapa hadis. Menurut istilah bisnis, gharar artinya menjalankan suatu usaha tanpa pengetahuan yang jelas, atau menjalankan transaksi dengan resiko yang berlebihan. Jika unsur ketidakpastian tersebut tidak terlalu besar dan tidak terhindarkan, maka Islam membolehkannya (Algaoud dan Lewis, 2007).</span></li>
<li style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 3px 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Takaful</strong><br />Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">kafala,</em> yang berarti memperhatikan kebutuhan seseorang. Kata ini mengacu pada suatu praktik ketika para partisipan suatu kelompok sepakat untuk bersama-sama menjamin diri mereka sendiri terhadap kerugian atau kerusakan. Jika ada anggota partisipan ditimpa malapetaka atau bencana, ia akan menerima manfaat finansial dari dana sebagaimana ditetapkan dalam kontrak asuransi untuk membantu menutup kerugian atau kerusakan tersebut (Algaoud dan Lewis, 2007).<br />Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mutual insurance</em>), karena para anggotanya menjadi penjamin (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">insurer</em>) dan juga yang terjamin (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">insured</em>).</span></li>
</ol>
<ol style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 15px 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></ol>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Prinsip Bagi Hasil</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;">Gagasan dasar sistem keuangan Islam secara sederhana didasarkan pada adanya bagi hasil (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">profit and loss sharing</em>). Menurut hukum perniagaan Islam, kemitraan dan semua bentuk organisasi bisnis didirikan dengan tujuan pembagian keuntungan melalui partisipasi bersama.Mudharabah dan musyarakah adalah dua model bagi hasil yang lebih disukai dalam hukum Islam.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mudharabah </em>(Investasi)</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;"><em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mudharabah</em> dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shahib al mal </em>atau <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rabb al mal</em>) yang mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, dalam hal ini pengusaha (<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mudharib</em>) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Dalam<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mudharabah, </em>pemilik modal tidak mendapat peran dalam manajemen. Jadi mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan memberi pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai. (Algaoud dan Lewis, 2007)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Musyarakah </em>(Kemitraan)</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: inherit;"><em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Musyarakah </em>adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; line-height: 19px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;">Disadur dari</span> <span style="color: blue; font-size: x-small;">Tapak-Tapak Ekonomi Syariah oleh Oktofa Yudha Sudrajad</span></span></em></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-48902632946980587982012-06-19T13:42:00.000+07:002012-06-19T13:42:00.595+07:00Bahagia dengan Bersyukur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQM8PRGvI_kogzgk-qpwp78sU58yY-A7vmJuMtonQLm4O6s58ryyxMlUm4" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQM8PRGvI_kogzgk-qpwp78sU58yY-A7vmJuMtonQLm4O6s58ryyxMlUm4" /></a></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;">Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memalumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nimat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nimat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.</span></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;">(QS : Ibrahim :7)</span></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;">Syukur punya banyak manfaat salah satunya akan kembali kepada orang yang bersyukur. Hati kita menjadi lebih tentram dan bahagia. Sebab dengan bersyukur , kita akan menyikapi segala hal dengan positif. Sesungguhnya hiduf akan lebih bahagia bila kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Bila menyikapi segala problematika dengan bersyukur , niscaya semua manusia akan menjalani hidup lebih mudah dan lebih bahagia. Dengan bersyukur hal yang negatif dapat menjadi positif. Segala perkara akan menjadi berkah bagi orang-orang yang pandai bersyukur. Sebaliknya , ketika kita tidak bersyukur atas apa yang kita dapatkan, maka kita akan senantiasa diliputi ketidakpuasan dan merasa tidak bahagia.</span></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;">Kebahagiaan yang hakiki , pada dasarnya bukan terletak pada harta yang berlimpah, segala kebutuhan terpenuhi maupun kekayaan materi. Letak kebahagiaan hidup pada dasarnya ada di hati. Oleh karena itu , untuk meraih kebahagiaan hidup , manusia perlu banyak bersyukur. Sesesungguhnya Allah akan menambah nikmat bagi hamba-nya yang b ersyukur . Wallahu alam bisshowab.</span></div><div style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto;"><span style="background-color: white;">Sumber : <i><u>Sajian Utama Majalah Yatim Mandiri Edisi April 2012</u></i></span></div><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-28516423626148951892012-06-18T23:48:00.001+07:002012-06-18T23:53:21.879+07:00Berjabat Tangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcST0pmnP2xijrgQFRsdAkx2pD-Hj4i4JPtOWMPPpFhdkUc7538P" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="157" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcST0pmnP2xijrgQFRsdAkx2pD-Hj4i4JPtOWMPPpFhdkUc7538P" width="200" /></a></div><div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; line-height: 19px; text-align: justify;"><br />
</span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; line-height: 19px; text-align: justify;">Tahukah Anda, sebuah studi akademik yang dilakukan oleh Universitas Iowa, Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa jabat tangan yang mantap dan kuat adalah bagian dari sukses seseorang. Khususnya, saat ia berjuang melewati tahap wawancara dalam proses rekrutmen pekerjaan. Sebaliknya, jabat tangan yang dingin dan ragu-ragu bisa mengakhiri harapan diterima dalam sebuah pekerjaan, bahkan sebelum interview dimulai.</span><span class="fullpost" style="background-color: white; display: inline; line-height: 19px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span style="font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">"Kita sudah sering mendengar bahwa para pewawancara membuat keputusan atas kandidat pada menit pertama atau kedua, meskipun wawancaranya sendiri bisa tetap berlangsung bermenit-menit,"</span> ujar seorang peneliti.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Peneliti lain menegaskan, <span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">jabat tangan bahkan lebih penting dibandingkan dengan pakaian atau pun penampilan fisik seseorang. Ia menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi pewawancara.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span style="font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">"Kami menemukan bahwa kesan pertama itu dimulai dengan jabat tangan, yang itu akan mempengaruhi proses wawancara selanjutnya,"</span> tambah sang peneliti. Ia menjelaskan, jabat tangan menjadi penting karena itu salah satu dari sedikit hal yang secara cepat bisa mewakili individualitas seseorang.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Pada sisi lain, sebuah survei menemukan, mereka yang memiliki "skor tinggi" dalam hal jabat tangan adalah orang-orang yang terlihat memiliki sifat-sifat yang lebih terbuka. Itu artinya, mereka juga cenderung lebih supel, punya kontak mata yang kuat, dan keterampilan-keterampilan sosial lainnya.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Lalu, <span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">bagaimanakah jabat tangan yang baik dan benar itu?</span> Apakah hanya cukup untuk disebutkan <span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">"mantap dan kuat"?</span> Berikut ini definisinya, yang dirangkum daripada beberapa sumber.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></span><br />
<ol style="margin-bottom: 0px; margin-left: 5px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><span class="fullpost" style="background-color: white; display: inline; line-height: 19px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tataplah mata lawan bicara Anda saat berjabatan tangan dengannya. Dengan menatap lawan bicara saat berjabatan, Anda menumbuhkan keyakinan, sekaligus menampakkan kepercayaan diri dan sopan santun.</span></span></li>
<span style="font-family: inherit;"><span class="fullpost" style="background-color: white; display: inline; line-height: 19px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Berjabat tanganlah dari telapak ke telapak (jangan berjabatan tangan dengan mempertemukan jari ke jari, atau telapak dengan jari). Jabat tangan yang mempertemukan telapak akan memberikan perasaan bersahabat dan nyaman.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Jangan terlalu akrab. Beberapa orang bertindak berlebihan dengan menarik tangan lawan dan secara keras mengayunkan ke atas ke bawah. Hal ini bisa membuat orang lain kesal.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Sadarlah akan keterbatasan fisik seseorang. Lansia, orang cacat, atau penderita arthritis (rematik) mungkin memiliki tulang yang lemah dan keterbatasan gerak. Melukai seseorang saat berjabatan tangan bisa menutup pintu hubungan yang baik dengan seseorang.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Ingatlah untuk mencipatakan jabat tangan yang bermakna. Jika Anda berjabatan tangan lalu dengan segera menarik tangan Anda dan melanjutkan pembicaraan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, maka orang akan menganggapnya sebagai jabatan tangan yang tidak berarti dan tidak tulus. Maka, berikan perhatian melalui kontak mata atau sapaan (sekitar 3 detik) sebelum menarik tangan Anda.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 27px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Jika Anda memiliki keyakinan tidak membolehkan menyentuh tangan lawan jenis, lakukan jenis penghormatan menurut kebiasan yang biasa Anda lakukan atau kebiasaan yang umum (misalnya dengan mengatupkan ke dua lengan di depan dada atau juga dengan membungkukkan badan seperti orang Jepang). Orang-orang akan tetap menghormati Anda. Hal ini juga bisa dilakukan, bila Anda sedang mengalami gangguan kesehatan. Utarakan hal ini pada lawan bicara Anda, dengan didahului permintaan maaf.</li>
</span></span></ol><div><span style="font-family: inherit;"><span class="fullpost" style="background-color: white; display: inline; line-height: 19px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px;">Sumber : <i><u> http://kembara-bumi.blogspot.com</u></i></span> </span></span></div><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-24546924849697254052012-06-18T23:36:00.001+07:002012-06-18T23:38:55.986+07:00Aturan Hidup Bahagia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSxBsEIzX3Ov4zZ0vux1aG3CK6nwK6Yxokg4InMtmmvKUkmNpnPpA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSxBsEIzX3Ov4zZ0vux1aG3CK6nwK6Yxokg4InMtmmvKUkmNpnPpA" /></a></div><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br />
</span></span><br />
<span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Thomas Jefferson, presiden ke-3 Amerika Serikat, pernah menyebutkan 10 aturan yang ia anggap bisa membuat hidup Anda bahagia.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 20px;"><span style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Aturan ini sebenarnya ditulis Jefferson atas permintaan orang tua seorang bayi yang baru lahir dan diberi nama Thomas Jefferson Smith.</span></span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 20px;"><span style="font-family: inherit;"><br />
</span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;">Apakah Anda ingin mencobanya? Berikut nasihat Thomas Jefferson yang legendaris itu:</span></span></div><span style="font-family: inherit;"><span class="fullpost" style="background-color: white; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"><span style="line-height: 20px;"><br />
</span></div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>1. Jangan pernah menunda sampai besok untuk hal yang bisa Anda lakukan sekarang.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Sepertinya ungkapan ini cukup populer bagi kita, karena kalimat bijak ini biasanya bisa kita lihat di bagian bawah buku tulis yang kita gunakan saat sekolah<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYLviPWcRnosJdtj_LjaT9yyxUC_YX5bJWaZMkayVHH0EIoCP0RdSrcq4eYhDGwRsDdZ2gLZtN5Pjg_qtsKbHWXNncjG5x9nMxN5pCvlcvXbp9smueGt5_6UY-ghhCWXuurj8oyxi0b54/" style="padding-bottom: 4px; padding-left: 4px; padding-right: 4px; padding-top: 4px;" /></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Jadi, intinya sikap menunda itu tidak baik. <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2012/06/bertindak-sekarang-juga.html" style="color: #e13800; font-weight: bold; text-decoration: none;">Lakukan sekarang</a>, karena belum tentu besok Anda bisa melakukan apa yang saat ini Anda tunda.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>2. Jangan pernah merepotkan orang lain untuk hal-hal yang bisa Anda lakukan sendiri.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Kalau Anda bisa makan sendiri, jangan minta disuapi. Kalau Anda bisa mencari uang sendiri, jangan meminta uang dari orang lain</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>3. Jangan pernah membelanjakan uang sebelum Anda memilikinya.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Lho…bagaimana bisa belanja kalau uangnya tidak ada?</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Ya, artinya jangan berhutang untuk hal-hal konsumtif. Kalau Anda memang belum punya uang, jangan berharap untuk membeli yang macam-macam, sehingga nantinya Anda justru terjerat hutang.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Karena itulah, Anda perlu memiliki pengetahuan finansial, sehingga Anda tahu bagaimana mengatur uang, dan bagaimana seharusnya memperlakukan harta yang Anda miliki.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>4. Jangan pernah membeli hal-hal yang tidak Anda sukai hanya karena harganya murah; karena Anda tak akan merasa hal tersebut berharga.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Kalau Anda berbelanja, sebaiknya jangan selalu melihat sesuatu dari harganya yang murah. Misalnya, kalau Anda membeli sepatu hanya karena harganya murah, bersiap-siaplah untuk menyesal, karena sepatu Anda sebentar lagi tak akan bisa dipakai. Lebih baik membeli barang yang sedikit mahal, namun kualitasnya sebanding. Dengan membeli barang yang lebih mahal dan berkualitas baik, maka Anda juga akan <span style="font-weight: bold;">lebih menghargainya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Ini juga berhubungan dengan poin nomor 3, di mana Anda harus tahu bagaimana mengatur keuangan Anda .</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>5. Kesombongan lebih merugikan daripada kelaparan, kehausan, dan kedinginan.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Orang kaya yang suka menyombongkan pangkat dan hartanya adalah tidak lebih baik dari orang miskin yang selalu hidup kelaparan, kehausan, dan kedinginan.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>6. Jangan pernah menyesal karena Anda makan terlalu sedikit.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Bersyukurlah. Meski hanya sedikit, Anda masih bisa makan. Anda masih lebih baik dari orang-orang yang tak bisa makan sama sekali karena kemiskinan, penindasan, atau bencana alam.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>7. Tak ada hal yang merepotkan jika kita melakukannya dengan senang hati.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Menurut Paul Zane Pilzer, salah satu tanda bahwa bisnis Anda sudah tepat adalah jika Anda tidak merasa repot atau susah ketika menjalankan bisnis Anda. Bahkan ketika Anda sedang menonton tv bersama keluarga, Anda sesekali masih memikirkan bisnis Anda, karena Anda sangat menyukai dan menikmati apa yang Anda kerjakan.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Lakukan pekerjaan Anda dengan senang hati, maka Anda tak akan merasa bahwa Anda sedang “bekerja”. Saya tahu kalau saya merasakannya. Bagaimana dengan Anda?</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>8. Jangan biarkan Anda merasa tersakiti untuk hal-hal yang tak pernah terjadi.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Banyak orang mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, dan pada akhirnya bahkan tidak pernah terjadi sama sekali. Ini hanya akan membuat Anda "sakit" karena suatu hal yang tidak jelas. Jika Anda memiliki masalah kekhawatiran, saya menyarankan Anda membaca buku Dale Carnegie, <span style="font-style: italic;"><span style="color: blue;"><b>How to Stop Worrying and Start Living</b>.</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>9. Jangan menangani hal dengan perdebatan.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Kalimat ini dalam bahasa Inggrisnya berbunyi <i><span style="color: red; font-size: large;">“take things always by their smooth handle”</span>,</i> dan sebenarnya bisa diartikan apapun oleh pembacanya. Namun, arti yang banyak diterima adalah bahwa sebaiknya jangan menangani hal dengan perdebatan. Sebab, perdebatan menyangkut opini, dan siapapun bisa memiliki opini.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Argumen dan debat memang masih perlu, tapi jangan sampai hanya membuat keadaan menjadi <span style="font-weight: bold;">semakin buruk</span>, bukannya semakin baik.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><b>10. Ketika marah, berhitunglah sampai 10 sebelum Anda berbicara; dan jika Anda sangat marah, berhitunglah sampai 100.</b></div></b><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Ada satu kalimat bijak yang mengatakan bahwa kemarahan adalah bila kata-kata atau tindakan keluar lebih dahulu daripada logika. Saya rasa itu benar.</div></span></span></span><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-66683651368555965282012-06-18T23:28:00.000+07:002012-06-18T23:28:36.311+07:00Bertindak Sekarang Juga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRRm1NH7gOXsMKorlr34DPiWXXhj_G2sqPwJ2_sTQAYdmc3mX5xtg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="135" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRRm1NH7gOXsMKorlr34DPiWXXhj_G2sqPwJ2_sTQAYdmc3mX5xtg" width="200" /></a></div><span style="background-color: white; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">S</span></span><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">egudang mimpi tanpa tindakan nyata tak akan membawa Anda ke mana-mana. Banyak orang gagal meraih impian mereka karena mereka suka menunda-nunda.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Pernahkah Anda mengalami, setelah membaca buku motivasi reaksi Anda hanya manggut-manggut, dan pikiran Anda mengatakan ”Ya, saya pasti akan melakukannya nanti.” Atau ketika Anda ingin berbisnis, Anda tahu apa yang seharusnya Anda lakukan, namun pikiran Anda hanya tertuju pada berbagai alasan mengapa Anda seharusnya tidak memulai bisnis karena banyaknya risiko yang ada.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Sikap seperti itu adalah sikap orang yang takut mengalami kegagalan, orang yang selalu menunggu bertindak sampai waktu yang tepat menurut mereka. Sekarang pertanyaannya adalah, kapan waktu yang tepat itu? Sampai kapan kita harus menunggu?</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Ingat, kita tidak hidup di dunia ini selamanya. Orang-orang yang Anda cintai pun tidak akan selalu hidup di dunia ini. Waktu Anda terlalu berharga untuk dibuang-buang dengan merenungi mimpi-mimpi Anda yang luar biasa.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Apa pun tujuan Anda, apapun yang Anda inginkan, mulailah </span><span style="font-family: inherit;">bertindak sekarang juga</span><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">! Jangan takut gagal, karena justru kegagalan itulah yang akan membawa Anda menuju tingkat yang lebih tinggi, kegagalan itu lah yang akan menjadi guru terbaik Anda!</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Coba resapi kata motivasi dari salah seorang internet marketer sukses, </span><a href="http://mikelitman.com/" style="background-color: white; color: #e13800; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-weight: bold; line-height: 20px; text-align: justify; text-decoration: none;" target="_blank">Mike Litman</a><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">, ini:</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 20px; text-align: justify;">”Anda tak harus melakukannya dengan benar, Anda cuma harus melakukannya”</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Dari motto Mike Litman tersebut, tindakanlah yang harus menjadi fokus dari tujuan kita. Tak perlu takut salah, tapi belajarlah dari kesalahan tersebut seiring Anda melangkah.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Mungkin Anda juga pernah mendengar kata-kata dari </span><span style="color: red;"><b>Purdi E. Chandra</b></span><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">, sang boss group Primagama, bahwa memulai usaha tak perlu dihitung-hitung. Memang segalanya butuh perhitungan, tapi jika terlalu banyak menghitung, maka kita akan fokus pada kegagalan yang akan muncul nantinya. Oleh karena itu, lakukanlah yang sebaliknya. Apa pun bentuk usaha Anda, mulailah usaha Anda dahulu, belajar dari kesalahan, baru menghitung keuntungannya. Jika Anda tidak memulainya, apa yang akan dihitung?</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: justify;">Apa pun mimpi Anda, wujudkanlah dengan melakukan yang terbaik mulai saat ini juga. Lakukan yang terbaik bagi diri Anda sendiri dan orang-orang di sekitar Anda!</span><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-21427022629609662812012-06-18T23:18:00.000+07:002012-06-18T23:18:53.471+07:00Konsep Dasar Ekonomi Syariah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Dalam pandangan Al-Qur’an, filsafat fundamental dari ekonomi islam adalah tauhid. Hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah, dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tauhid menjadi dasar seluruh konsep dan aktifitas umat islam, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya, landasan filosofis inilah yang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme, karena keduanya didasarkan pada filsafat sekularisme dan materialisme. Konsep tauhid menjadi dasar ekonomi, dalam tataran ini disebut teologi ekonomi islam.</span></div><div style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b style="color: #333333;">Teologi ekonomi islam</b><span style="color: #333333;"> yang berbasiskan tauhid tadi mengajarkan </span><span style="color: blue;"><b>dua pokok utama </b></span><span style="color: #333333;">:</span></span></div><span style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 16px; text-align: justify; text-indent: -10px;"><ul><li><span style="font-family: inherit;">Pertama Allah SWT menyediakan sumber daya alam sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia yang berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daya yang banyak itu untuk kebutuhan hidupnya. Dalam pandangan teologi Islam, sumber daya-sumber daya itu merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhitung (tak terbatas) banyaknya, sebagaimana dalam firmannya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak bias menghitungnya”. (QS. 14:34).</span></li>
</ul></span><span style="text-align: justify; text-indent: -10px;"><span style="color: #333333;"><span style="line-height: 16px;"><br />
</span></span><ul style="color: #333333; font-family: inherit; line-height: 16px;"><li><span style="font-family: inherit;">Berbeda dengan pandangan di atas, para ahli ekonomi konvensional selalu mengemukakan jargon bahwa sumber daya alam terbatas (limited) karena itu menurut ekonomi islam, krisis ekonomi yang di alami suatu negara, bukan terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak meratanya distribusi, sehingga terwujud ketidak adilan sumber daya ekonomi.</span></li>
</ul></span><div style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Tak terhitung banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa alam dan seluruh isinya disediakan untuk kepentingan manusia. Ayat-ayat itu menunjukkan bahwa pertanian, perdagangan, industri baik barang maupun jasa dan berbagai bentuk kegiatan produktif juga untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu sistem ekonomi islam sebenernya lebih maju dari pada sistem ekonomi konvesional yang berbasis bunga (riba), sehingga kalau negara kita ingin mempunyai basis ekonomi yang kuat sistem ekonomi islam bisa menjadi alternatifnya.</span></div><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-86527197927910100252012-06-18T22:50:00.000+07:002012-06-18T22:50:28.926+07:00Pengertian Ekonomi Syariah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBhASDw8UDxQWFRUUFRgWFBUYFhccFhQVFxUXFBcRFhoYGyceFx4jGhcUHy8gJCcpLTgsFiExNTAqNSYrLSkBCQoKDgwOGg8PGSwkHyApNSosKi0tLCkpKSkpKiwsLDUpKSkpLC0pKSwtLCw0NTUsLC0sNS8pLDAtLCwvLCksLP/AABEIAIMAoAMBIgACEQEDEQH/xAAcAAEAAQUBAQAAAAAAAAAAAAAABAEDBQYHAgj/xABEEAACAQMCAgcEBgcFCQEAAAABAgMABBESIQUxBhNBUWFxgQciMpEUQlKhsfAjMzVicrLRgpLB4fEWFyQlNDZzdKIV/8QAGwEAAQUBAQAAAAAAAAAAAAAAAAECAwQGBQf/xAAxEQACAQIEBAUDAwUBAAAAAAAAAQIDEQQSITEFQVFhEyJxgbEykcEjM/A0odHh8RT/2gAMAwEAAhEDEQA/AO4E1gOkfS+G0GD78nYg/Fj9UffTpf0j+iQZX9Y+0Y/Fz4Db5iuRTTM7MzkszHLE8ye810sFgvG88/p+Tj8Q4h4Hkh9XwZvifTW8mJ/SFF+ynu/f8R+dYSSVmOWYk95JJ+ZNeSapWghRhTVoqxlqlepUd5NsUpValIilKUpA1FKrSgNSlKUoDUVsns9/aEf8D/y1rdbJ7Pf2hH/C/wDLVbF/sy9C5gf6iHqdbFVqgpmskborSlKAFKUoA47014mZr2Xf3Yz1a+Snf/61VgSa9yyFmZjzYknzJJrxWypQVOCiuR59XqOpUc3zYpSlSkJB4hfPG0YVVIdtIySCD47V7eaZSuQmCQDhmyMnGdxUXjZw1sQCf0nIcztyGalx3bmRVKMgIJydJyRjlgmor6s6WRKlGSitnct3d9IksaAKesJCkk7Ywd9vwq7dXRUKFAZ25L2eJPcB31B41LpmtmALYLnA5nAG1SeEyK69ZnUzbMfs4+oO4D/OhPVoWVKKpRquOlvu7v7IvyXOiPVLjyXJznkBnma8BrgjIEa9wbUT6kbVF4q2Z7RTyLknzAGKytO3diGSVOEZWV5a+hCtOIanZHGmReYzsR9od9WouKkTmKQAdgYE4JwDp3Hj+c1a4iMXdqw5nUp8h/rXu4sBL145MHBVu5tC/n/SmXf2LCp0tHJWUl9nexkZNWPdxnxzj7qy/s/4ssc6z3BVEWKR2OThVC9ue3y7613hV8ZEIfaRDhx49/rUYkGKyRvhklhR/FSwyD6Uyv56bXYdhKThWjFrVSX5O3W3EuJ3KCW3jggjYZjWfrGlZTurOsZAjyN8ZY99W+E9MpBeCy4hEIZ2XVEyMWhnXfOgndTsfdPdzralFc+9rcWk8ImT9Yl9Gqntw+5X1KL99ZWFpPLY2BOuenU0HFYLO5jjCTDKSoznBYuI1YMoAJKEc63TNc59oHAmuZb7qv10NpbTwkcxJHNdtt4lcj1rO2nTIScIS8QandAFT7Vwx6tYvWQgeVLKCcU0BEh6dTTcWmsraKMrEuWldnGdJVZAoVSDhmxz5g1W86V3ycTjslityZI2mSQvJgIGcYYafi93s2rFdHeGfR+PLFnUU4aNbfbkaYNJIfFmLH1qXxL/ALosf/Rk/nkp+WN9OgHPaUpWuPOWKUpSiGJ43KBJbZOMPk+AxzqRPxaLHuMrNyUb8zgd1T80zTLO5b8aDjGMk9O/f0MPxO5X6Tbe8PdLavDIAGe6l5btE3Xwbqd5EHJh9ofn/GsxmlJlJFisuVJaJWa5NGJvx18SSQ7sjBgO3xU+PL5VJg4vEy5LBT2qxwQe7B51NzXkqM5wPOls1qiN1oSjlktFtrsuhAjj6ycSHZEUhM7aieb47B/SvdlcK0kwBBOoEeI0qMjv3zU7NKVRsJKspJprlZdjFcUhaNxPGNxtIv2l7/w+VTeE9HnvYEhjOJOqLx+LoMhc9mdxnxFX62T2ej/mEX8D/wAtV8T5KcpLoW8JXc6lOD3T37G19G/aFbPCqX0i21zGAs0UxEZ1AYLrqwCDz276sXcf/wCpfWbRgmztHMxlIIWefkix53ZV3JblvtW5SWyNjUqnHLIBx5Z5VdArK5kndGyNRs+kFq3GLhVmjJNtDGMON5EmuC0Y7CwDLlee9YHo30dmi4tc2uP+DglF7GOzXKrJHGPAHrD5xiul6aaKFUsrIDm8PH7b/aV366PQbMRB9Y0GTrFPVhuWrwzz2rxxTj1qOktq5mj0R2skUj6hoSTXJ+jZuQPga6Xpppp3iLpysBwGlKVsTzliqiqUpRCtKhz3TGTq48ZC6mY5wo7BgczVY3mDlW0H3SytuNwQMMN8c+ym5kWPAdrtrr7EulQLC/ZpJI5QFddxjOGXv39PnV6a4PWIiAZPvNn6q8s+ZO3zoUluDoTjLK+l/YkUqLxK86qJmAyeQHefzmpEMoZVYcmAI9RS31sMdOShn5bHo1XNY68vZUliRQh6wkAkNtjvwd+dJ76SJk6wKVZtOVyCpPeCabmRKsLN2tbVXRkK2T2e/tCP+B/5a0zil5JHoKhSGYLuDkE9uxrcvZ3n6fFnGdEnLl8PnVfFv9Ga7E+EpONanN7NnXBVa1S86arHxe3scDTJGxL77S/EkYPL4ASR++vLt2WfWUbqyA2PdLAlQe9gCCR5EVlHFrc2xepWm9Eukl9dXN5HN1Cpay9U2hJNUhwcMpaTCchzB7vGr3tB6R3VhatcwCJkQqrI6vqJZsalZXAxy2I9aXI82UDbKVD4UZuqU3BQudz1asqgHsGpiTjv+4VMpoHz/SlK2x5yxSlVpRDF3ltMsxlgAbK6WUnHLkRXuy4sWk6uVDG+MjfIOKuvxJEkZZDp5FSQcHbffzzVvT1s0brnTGGw2CNRbsGeYHf41Fz0On9ULVY7R0l8FvjKaCk684zhv3kOxH576lWKHBc/FJ73kv1V9B+Jqxx1x1Dr2sNhgnO47qv210ohVs7BVB2OQcDbGKXaQ1uUsPHTW9vb/pbmdWm0uRpRTkEjdnGPuXP96rPAZcK8ZOTExAPep3B/GvfDokdCzKCzElsruCeS7jsGBUaZ1iu1KDCsumQBTgHsOw8qTpIlSUoyoq90va6/yXeJf9Raeb/gKpG/0lhn3RE+Sh+IsOWewDnXniNwv0i2PYhbUcHbIGM7V6v0McizxgkHaQD6ynk2KTqOivJBbSy6Pvd/g9ce+GH/AMyf41ufQSdUvlZzhVjkZieQATJJ9K0jjVwrLDpyf0iscA7KM7nbastZ3atLFHqIWc9XKwVjpgb9adhkZUFf7VQ4jWnNdh2HhLNR05v5Nm6RBX4UL1JEF0twL9V1rqAJCrDgHO0IjBH7tdP4TxJLiCGaP4ZUV18mGcenL0rGy9H+G9SztbW4QpqLdSnwkZyMLnkfOtW9l3HFht57WYsBbySGGRkcLJb5LBwSvZuceIrNStKOnJ/2NaWeiN3dpf8AG/o1ukwN37xabqyp07ADQ2a8e1a+vm4VOJ7WONNSZcXAcg6xgaerGcnHbUr2dcTj+ncWB1Dr7rXDqRwJECsNSkrjsz61f9st0p4bJAuppXKMqKrMSofJOw2xg/Kn3/VWnQDe4PhXyH4VcqFwjiEc0KvEdS8s4I3A3BBANTarvcD5/pSlbU85YpSlKIVpVKUC3K0zVKUBcrmsrwnovdXGDEh0/bY4X0Pb6Vn+g/Q8S4nuBlM/o0PJ8fXbw7h+T0hEAAAGMcq4+K4hkk4U9+p3sFwt1Y+JV0T5HN4/ZfPj3pox5Bj/AEqHfezq8jGU0SeCkg/JsV1bFYrpDx6O0i6xwWywVVGMkkZ7fAGqMMfiJSstb8rHRqcMwsYNvS3O5xmWF0Yq4KsNiCCCD4itg9n37Qi/gf8AlqbxnpLZ3qoskTRSZx1uQQm2xON2XOMjbHPsqx0JtGj4oqOMMqyA/wB3mO8HbBrqVarnQkpxtK38scajRUMTB05Zo33OqAVXTQVWs0bApimKrSgABSlKAPn+lKVtjzlilKUogpSlACpPD7QyzRRj67hfLJ3PoM1GrKdGJNN5bkDJDEgd50NgfPFRVm1Tk10JqCUqkU+p2W3hVFVUGFUAAdwAwBV3NYu247GbNLiRgqlAzHsBxuo8c5GK1eL2pLqbXA2nJwQwzp8Qe31rKQw9WpfKr2NtPFUaKWaVr7G58TvhDDJIRkIpbHfjsrkXHeKPKdUhJ6w60UsT1SZIVQPhyRj0A7633jnS21aydlbUJVZAANwxU+64+r/lXLBlj2k/M7D+grqcNoWvKS5nG4tiL2jF3TRSt26FN1k9pIfijEkLHvGjXGfQa1/sitJrevZjBkznsVkx56JQfuIq7xD9lsocMu8Qo/zQ6IKrVBVay5sxSlKAFKUoA+f6UpW2POWKUpSiClKUAKvWlyY5I3XmjBh5g5xVmlI1dWHRdndGfvLrSPo5bTaySCdGxkhDk6Rv2HbHeKwk2nU2jOnPu6sZx2ZxtmptleIU6qfOjOUcbtEx5kDtU9q+oqzecMkjAJ95D8Mi7o3iD2eR3FVaSVN5Xp+e/qW6rdSOZa/K/wBE3o3wKW6kKxFV0DUWYZAPYCMb5wdvOtm/3aPpXM4LKrAALgDYlRnmfeO+RyNapwPj8tq7PDpOpdJDAlSM5zgEb/1raLL2jzOjJ1SmUg6CurBPYNG5z4A/KqmKWJUr07W9i9g//I4Zaieb39jT14dK0jxhcMmosvLSFyWySezFdP6B8HMFqC4w0h1kdoyBgH0A+dY7o10WkYK92Me8XZM5MjltQeXy2wm47TW6quKo43FuovDWyOnw/Aqk/Fe72PQpSlcw7IpSlAClKUAfP9VpStqedvcUpSgQUpSgBSlKAGKv21/LFkxOy5ODg7EdxHI+tVpTJpPRk1F2ehsfA3EzL1qRNnn+ijH4LXRLHh8SY6tFXI30qB+FKVmcS3na5GuwkVkTtqTxVaUqmdEUpSgBSlKAFKUoA//Z" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: left;">Perekonomian Syariah</td></tr>
</tbody></table><br />
<div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> </div><br />
<br />
<div><span style="background-color: white;"><span style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: -webkit-auto;"><br />
</span></span></div><span style="background-color: white;"><span style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: -webkit-auto;">Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam[1]. Ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan[2]. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah[3].</span><br style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: -webkit-auto;" /><span class="fullpost" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: -webkit-auto;"><br />
<span style="font-weight: bold;">Perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional</span><br />
<br />
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim[1], ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan[4]. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Ciri khas ekonomi syariah</span><br />
<br />
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi[5]. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:<br />
<br />
1. Kesatuan (unity)<br />
2. Keseimbangan (equilibrium)<br />
3. Kebebasan (free will)<br />
4. Tanggungjawab (responsibility)<br />
<br />
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi[2]. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan"[6]. Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275[7] disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba[8] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[9]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba</span></span><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-45472464729012261682012-06-17T13:20:00.001+07:002012-06-17T13:23:30.476+07:00Pengantar Ekonomi Pembangunan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img height="200" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBhQSEBQUExQUFRUVFRUUFRgWFRQVFBQVFRgVFBUUFBUXGyYeFxkkGhQUHy8gIycpLCwtFR4xNTAqNSYrLCkBCQoKDgwOFA8PFykeHhwpKSkpLCkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpLCkpKSkpLCkpKSwpKSkpKf/AABEIAOEA4QMBIgACEQEDEQH/xAAcAAABBQEBAQAAAAAAAAAAAAAAAgMEBQYBBwj/xAA+EAABBAAEBAQEBAUDAwQDAAABAAIDEQQSITEFQVFhBhMicTKBkaEUQrHwByNSwdFi4fFygpJDU6LTJDNE/8QAGgEAAwEBAQEAAAAAAAAAAAAAAAEDAgQFBv/EACERAQEBAQACAgMAAwAAAAAAAAABAhEhMQMSE0FRIjJx/9oADAMBAAIRAxEAPwDxhCEL6xAIQhACEIQAhCEwEIpKDEF0lFJ0RpYiQzdQxSMqkCJK8pBfdFyopSfKQYkD7otIUgxJJjQc1DKEssSSENdcQhCDCEISAQhCAEIQgBCEIAQhCAEIQgBCF0BMOUltYlsjTzI0J62abGnWxp5sakRYUnslbxG6t9IoiTjICdgT7BXUPBHCPzCxxZdZiPTZT0bFP8k/R/S/tTx8Mefy/UgJ9vBHnm0fM/4Vw2gng4BYvyj6KUeH3f1N+/8Ahcd4dk5Fp+dfqFoGH4fh131oNPQuOlrVcN8EumiztnjvkG+pvzKnfn41+N5dLwOUfkJ9qP6KDJAQaIIPcV+q9PxvAZ4AXSRkNB1cCC3360opwgfo4AjuAVufP1m5sednDe3L7pqTC/rXc/LkvQIvCWHeSHSPgJ2OXPEb5dR9VB4v4Lmw7c5b5kVGpYvWwXoMzdCz5iu5W582b4P/ACjCSRUm6WhxHChXpOmtDQXWpdfRVOIwTm7j+4+oVet531EQulq4hUIQhACEIQAhCEAIQhACELoCAGtUyDDaWfl32ScNBZCs2xjtQ03P0RajvSF5FJxkaW91lORBK1OZuvaXwzAte8Bz2sHNzth/uvVfCfgfCFolD/P3B/pv2XlMbV7R/DnhRhwYLt5DnroOS4vnt/q8knpbcU8PRTweSRlboRl0ojosPxz+HL4wHYcmQcwaDh0IXpaFyTVhvJPFHD8kzWiJ7XZG5juHnLWgAqwVUMgAPrDjoSAPSdrBNjbTX5L0rxT4rEDjExmaXKDZAysvY67rBYovlfne/M7SrAr5AaUq57YLZHI4gPhzaDVpAJrmWFvxAdKBUvA4ySIl0D8pIo1WV3PXkPfukRRyNHnBpy+tmYgFgv0uvLq33XcDhsoo1m57X0+et6rXvwzf63mG8RsfghLO3RzhEWijncTXpBq71NDp10WP4qcPh5HOdI2GFzg2LNmcXn8zmNAvIL32FddExjImeS9krc8Or3tui0tBJkiO7XUDtuszw2NzWsxWLBkEsYbDO8+d+FDHFjTNERqDQp2vXcrOMc8tTmo1Xm0/LlBFAhw1a5tWHAjQtN7glWHCuKuwzraCWH42A6b/ABNHI9lXcU43h8KxhxEwke5oc1uHDXZmnZ9ZsrGncWb907wviMGKjMmHcTlrOx4DZGXtYBIIOuoNJ87PKdlnmHcdwrCY17hC0QPN1YDWSUQXDLXoN7112WK4xwSSF5a5tO5gjQlx0IOzhXf/AAtPiGmIi3FwJtt3maR/S/rrsd6K0mBfHjojDNRc3Z1U7s5vQ7WFTHyXP/Cs75jxbEcPDvh9J6cj/glVMsRaaIohekeI/Cb8O/K4X/Q4D0uABoV1H2WVx2BzWDo5ux3/APLlquzO5Y1nTPISpIyDR3CStqhCEIAQhCAEIQmAE9GxIY1T8JDz6VpW4OiSe6m8Lw2jncxl+h69uXzUjHxZGC9M2w0JPbtV81YcJhDGFz6vTLfPcaWqzjTi5wJ6kfpz5+6n3yjM/aoLApUbVHjClxhFXWHB8H5k0bP6nNHyvVfQMEQa1rRsAAPkvJf4b8BdLiBKR6I9b6u5AL15ef8APruuAIQhRDO+JvCYxJ8xrssgbQ0GV3P1c1icbw2SBwbK2iQSKOYEDeua9YVZxngEeJDc+YFvwuaaIvdbzuwc6pfBuAc/CvbIAYZCSxuhNHUkkdyncZ4IjERENiQEOa5xJ20yk/01pSu8Ph2YaDK28kbSep01PuVhMdxyaYmb+bHFma1uV2VrQTVmwcx59AEvdNSeJsSYAGTMLb9L2kWSx4LC6N+x0J76qi4bicZAzy4Th5oqc2OV/lnIx+pBD3aDU+lwcLJq0/4tldI4B7nPfu7MQaOwDSNKrVZ5uFIs0dBelD7nRduMdz5GfC54Bh2wSE4d0eJmyFssZYA4i7LsG8jVw6EWenIXnhVscnEpJMPeQYM/iPQYwJXOADXM2DrDbrS2mlneHvPlsfhvKY82JJXvqSHqWg6DT8zbPYaLSeF+HQviLsFO+PGRF3mSPJLMRmNhs0Zv+W7kRqNbs6rHyTna1fTQyQA7gHY666jUFJje6KQSR1mAdodnZqv56FWEzNry5sozZLyZq9WW9avqormqefMrl7yjjHiIYg+V5dsyWb0kY/Ylt6WL+YKxvF+FaXXqGvWwdqA3K0gw/pIABljJlsmjLERThrsQBt2SYyJLbZug5t6fEAS0HuKP7Kfx6+qt8vLuMYSxnG40dt8j7qmIW84zw4MeR+Vw25C9x3KxOJhLXEHkaXfi9h5plCELagQhCQCAhKYEyp6GOytBw/CbXsOvQ7/dVXDoMzhpa0GJcI4jy01vb581jVc271XYnin88C6aPSaO3Tt/yrPFYISR2KBBH/a7k0Abg3uskHWSTzWk4DxbKQ1xo1lBJNFpItpob6aFY1OeVpPrFe2Mg0RR6HdS8NHbgOpA+qvsXwlkgsekkEi9NNrcdy72VeOFvjeDVkEGjpsefT/dY+3Yb3PgfDmwYeNjRQDRfckalWCqfDPFvxGGY8jK6qLelaXStV5t9m6hcRaCdQkOlA3PIn6bqJieJtbzA217HZzRz9kBzi/FWQRuc4i6OUH8x6LzbimJdI3NI6yaLQNGAc2hvI9yp/F8aZZ3POtU1m9CtyByshVM7LJJ16/5CvjHCtUUmGvU8/oeyjYzDVGdNxWozadD091emC/7125qDxSL8vPnV+4OvULpmh1m8Nw8k0Adempoak1zoAmuy9I8BcL8uKR1UHPGX0tykNHxRv8AiLTex2IPdVHC+ClozEHMQ0igfMY01kmjr4qdoR0P03/DeHCKJrKaDu7KCGlx1cQDtZ/Y2U/m+TxxP5NeDcjNFDpWGL0b9lCA/Y/eqnj0ih4vCBwGpaRdFpo0RRHt27Kw8KcIa+OZztfXkbQoDyhlBHekw8Kf4OnIkmi/LpKOxeTmH1F/NT0v8dZrxhwmm2Nr0JJ36fReX8dhqS/6hfzGhXu3GsNmzs6g12O4K8a8UYeq7OP31/sV1/Bpq+Ky5C4lyBIXYpAhCEjCdjCaCkRBNjV8Lzw7h7cTV19UrxFiKbV79e3TopvhuL+U92nTTce6puPy+o6123J9zyU/2jmd0rIlLhKhxKXEtVetBwnjJb6TqNNOvP43H0rTQYlkg3B3sOv4jRFHcn7LBxKwwuKLSO23b26KGsd9M2PTfDLvLmq3U7Sib5Aghy2Jn7kb/ZeP8L45kc02W5SDWpGh+5IXrWGeySNr2nRwB02XD8mfrQ7PjcosvoD25hQHcdYQf5uw+em1d1VeI8cGyhg9VUT0F/3pVgxwPLr/ALfVEz0urxnHWPPxPG51FDbt1VVxDEFziG6NFCxudOR5BM/ir5dD8+nukskskdNP8H56LXODpnJ0CT+Fvf8AfZS7SC1zttP8LfWUPEODRpvy50eYPZcwHB9c79DdNvUNfoWh4PIqyw+CAN1mPMnmDzHQhWUGHG7tTVHo4A6Fw5lK74V0Vwrh4sPc2qJLGm7jcdHgHmw7gK3c5RWvScTig1t/T3UfOqlfKPjJLdQ5dNdU0P3r+6TIffT6ndOHb9j7Los+s4RL1YeDSPMxI55mf+OQUq2QpfAp8mNZ0kY5h9205p+5Ub6W+P2s+OOqb3peX/xCwuU3yc4OHzv+9r0jxNJU4HYLDfxFbeHjd/qy/qVf4fFimvTzOUJlSZQo5XoHj04hCENOhSIgo7VJiQxtsuBN/wDwyf8AVWm/cd+qzHF3anU77b33cVreB64E76POw78upWT4gNHbjUmhreu7io591j4/aujKlRFRI1JiKpVU2IqVGVDiKkxFYpJsRXrX8N8ZGcJ5Ydb2klzTuL6dl5JA0nQAn2VrgxPC4PYJGEc6I+vVc/y5+04UanxsJIsY4gkNkaC3ppvXdV2Gx0j3BrQHOJJrQCq9VnkEqbxc+ZmTEMZKOvwPHs4c1bNxGG/BSDCsImcMrgTcgB3I6j2Ue3M5YfJVSziLiNMoNkXuNNiOqWcbIBdBwrl6T30Ng+yi+W5tZmPaNhmaQOwsp5uoI6rXE74SsLj2v2O3XkD32U6Nyq/IzMylxI5/CLHQiq/4T+GwjWkkFwJFb0PoBV/JZpXi2jcpDHqugNAAkmuZ3PvSckxgaLJ/ys86wsDOALOyrJcWZHXyG2qhy4p0h6NHJdbJyCrnH1Liwid+9AnMyjMeAOvy1TmbRZ1Rx2RyYhxPlzwvOzZAD7PBb+pCHvUWeiCDsd1nnW8+LFj4kxV4pwB2ofT2We8ZRZsA539D4zz/ADEj+6T+LJdZJPc6qNx7FO/CSgH0uygjlo5pBH0Vs55xXXp57KFFcpcqivXcWCUIQhV1qkxKMFIiKE9t34U9WFkbz305Vf32WXxTPiHq1Jqvjd3PZaHwTiaJFg61Wx12+6rONYTy55AbAzXmO5B1AbX0/wB9VGf7WMfGzFUaUiIpOMgyu2IB2s2UmJyqsmxlWGAgMj2sbqXEAfNVkZWi4RIY8LiJWyNhe0DI9wBLjRuFl7OcOfIAqW7yFzpR4g4vfFhXiGKIfzsQficdjlduATYa1uponbZjD4/1fy+I4hr73kDvLce/rdQ9wVN8K8Indg/5UuALZHucYpiPNtnoBPMDQkDupsvhadgzS4TB5BWZ8cjhlHN1F2tDsuf7T02reJccymMPDXPyDzXMyhuazsBptW1LuH4xG6tSD7bfMLPvxDM7gActmu4vRSYsh5qszOJ2Nu/xP5uGbE9+Yska5pJ1LdQQe4NJuPFN/qH1CzEcDevTmpLMMOu3dY/HIzfLSDGjYEE+4AHcldHE63G2ho2ff2+6OGcMgyMcXD1Or1OG1Am/qp8ONw0eWqJ9WjRmP+kLNkLivfxV5HpaWjqQa+q61vNxs/YqzfxJ7mCmiNhaRmfRutT6fmPooLOFOeM0QJAqydG2edck54ZscE17bKTFoL+hB/smpcK+EZntH/U1wP1G67FrqdkrWeJcbuZ+SU6RMGRIdIp+wcdIq7ieLysPU6D+/wBv1Uh8tarG8V40JJND6Ro3v1K3jHa3meVjFNZ9074hdWGcP+kfcKHwYZjm5DbTn8l3xLN/JA6uH2s/4Vef5RrfpkZVFepMpUZy6hglCEIVAUiIqOnYyhjU8NH4bxNPLSRrqARuR35bfdaHxBgPOa2Ro9YFcyAPlzWN4bicjw6666Xpz0W2gxAy8q35t+xUN+L1HN5WKxeGDmmq03e6xZ6D9+yq2FbrHcLDzYrPplH5ebbP0GvdZviHDDZ3zDUkkBp7D9/dbzp0IUblfcClEgfh3hhErXhmYA5JS0hjmnkboX3WdaKNFSYZKII3CNTsC34RBE/DOZ+FZJiInuLwXSNkdGa2AcLykEHTSwkYaYDN5GEkY8tc343uaA4UTlcN9TqnXYmGdwfIXxTCv5sX5iNA57bHq/1AglSHzkUXY6eVoIOQMcM9a04l+31ULD6yzYi066Udb6qXF7JniLnyyveWkZnF1VtZRCHDr1VelVjEVLi16qBDKVb8Lmk1yMLjto0muh0G6VY4n4WC9o3u17gd9le4Hh8ulCOIWS06F1jTLm5H/ZRsHgsfJ8MLxtrWWq5i9leYPwTjJP8A9sjYwSCQDZuuQGyjrc/pcpuPDQs9Uji8mwcx9TXDeuqnYTEyzkCFh2rPWUdNeR0Vvw3wLBHq+5Hb+ra/ZaKOINADQAByGihr5Z+hxT4Dw0xoJk9bnCjewsVosdjuCzYclpjc5gJyuaMwLeVgaggfovTKXKUvve9a48k/Ft6j5miPcFKZbiANSdB816dNwiFxt0TCTuS0WsXxXh0GGxTMjwxrQXy53gRx3oyidiXVoqTbP0YrjPiMmY4XCQiZ4Ja95BeHFvxBjQQAwHdx39t4DcHLIZGYjDtic2MyNe1hZdFoy2CWO3P0UDwy4GLF/wAyON7mxgF72sLgXuLw0k67NJ9gnoZJWEse4gA/DZonkQuuZ54ivpZ4QBjAB0+6q/Ec9ljegJPz0H6fdTIJcx/5VDxLEZ5HHvQ9hoFTM89R3UCUqOU7KUyrN4ngIRaEmglsKQgFAqZG5argeOztynM4gUbqsuugWRjcpuFnyuBHL3CWp2ObU5WuElGrFHQEXZG49jonZYmyDUWNco/+QJ6c/wDlQMNjhI0UfVoC0GgBtZP01T8Ulatq62FuO96nbqPmuezi2ddiFj+A5tvV35sBFgAc1RT4BzNd29ar7HVbRko22rQDqR6h9kuSBrtxZ2voDqNVqasbYaNykMervF+HWu1aaO/v8tlVT8Kkj3bY6t1+vMLf2lJ1j0+xyhNenmSJWFU5hHQK24Dxt+GlD2bfmHJw5/NUTJE82RT1ns4T3/AY5s0bZGG2uFj/AApC8r8HeORho/KkaSyyQ4bi+VL0zAY5k0YkjNtPNcGs3N8tJKFxdWCCFy11AVniLi34bDvk57NHVx2XmGHY3EmSGcvInIL3NIDrac4okHSx9Fof4l8TGaOEHa3u/QWsfw7GiOVrjsCun48eOjvGb8L8BZiGYhzmTPMXl5REWg+svBzW038I2U7jOHnL3SOhexum98hXJJHhGAf/ANjh7QH/AOxSuHcJhw7i8Yh0voezIYiwettXec7b7Lp+3nrXYrzJkhJ/M/QdrVJI5TeIYrO7sNB/c/voq2RyvmOf/ampCm11xXFt0QIQhIwhCEAuNylRuUIJ6N6ae8rLDzkHQ1/f3VrheKflN88rQSB13+uioo3p7Qiis2dc8v0rWRuB21o/lFVzFk7805HIRt6gL21NjUX8lk8PxV0RAfqBVEduvVaDC8Qa8A311B9I5gFoUbnjq9rNkwOx7+wK6f38lEOo2sEbt0NcvT2K6HnWiDtodK66LAdnga7doPy1UKXhzOQpTXTdQRy90294TgVr8JW36qPJYVjKoUy3DV887up1H6K1xPiPExMgxOHnljsBkjWvcGeZHVZm3RDm175SqnEBP8GZ5rZcNuZBmj7Ss9Tfrq3/ALkbzLPJx71hfGuFfFFIZWNMsQlDLJdro5gA3cHBza30WV8R/wAWzHjG4fBwsxFU15cXi5D+SOiKy7Enne1a+XcP8TeVhHRBp84PPlSf+0x4PmAD+qwK6ZnHdeq/wx/h+MHEMViW/wA97ba13/oRnXW//UI36DTe1w6+LOPfn+DjefiMsQfLlaQwOflJcwGrcGkgEjvQtYTj38TKOXDAHq9w0P8A0hQfHXjrzM0EB9Gz3f1dh2WD8xP4vh7O1i1PxWOdI9z3uJc42SUwZFH81JMq6+SMnzIoWOxdDKNzv7Lk+Jod1WyyKmcsav6hEj1FkclyPTJKq3jLiEIQqEIQkAhCEALrSuITCRG9SWPUBrk+yRJDeU0gOFFRCHxG2k19vmE6yRPB6E86uD2C8Q1o8Ed2/wCFdQcTa8X6XdxuFl5sDerfp/hRDbTzB+ixcSujOpr03QmHJxHY6/dJefY+yyMXGJG88w/1a/fdTI/EHVtdwf7FZ+taXUhUSV3dRhxlh5ke4SXY5p5hElBrEP7qx8KUHTPdP5GRjQJsr3eW9zgGuAZrfLTa75KJguHSYhxbCx0jgLIaLP0VjgOGT4LFNbiYcrDo9sjWOY7ct6tIutUt2cs75OK7gQkdj80cuGMjXvkbJiC1kL3NJIdTxVk6gHnS13ijxjiTLLEZSW3ldXM0M1dBdrOcN4OMO2WTExxv9DfKAkBGfMCXDy3cgDodNVCxeOMkjnu3cS4+5U/pN67f4Ke8xHmqJ5i75itxipPmJuSdMukTL5FqZSu++I7JIo0j0PkTDnLR5wHuSUITWgQhCRhCEIAQhCAEIQgBda5cQmD7JE82RQrTjXoS1hPZIlmjuLUJsqcbIhG446/AA7GvdMPwbhyv2UoSJYkSOb1FYWkLocrTzFwgdB9Ahr839iX4Q8VOwM/mhodpRCa49xv8RKZM0hs3leQcvYEH+yYyN6D6I06D6BY/Hn7fY/zT+IzXk9U62M+ycMiQZVvjP5LfRQYgvTTpU06VHC5dezrpEw+RIdImyU1c4Kc5JQhCoQhCQCEIQAhCEAIQhACEIQAhCEAIQhMOgpQekIQXDwkSxKoy7aTNwlCRd81RM67nTZ/GleauGVRs65mQPxpBlSTKmbXENTBZkSSVxCGpAhCEGEIQkAhCEAIQhACEIQAhCEAIQhACEIQAhCEAIQhACEIQQQhCZhCEIAQhCCCEISMIQhACEIQAhCEAIQhACEIQH//Z" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="200" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ekonomi</td></tr>
</tbody></table><br />
<div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-left: 1em; margin-right: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></div><br />
<br />
<div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Meskipun setiap negara sedang berkembang memiliki perbedaan antar negara dan klasifikasinya, namun sebagian besar memiliki tujuan yang sama. </span><br />
<span style="font-family: inherit; line-height: 1.6em;"><b>Tujuan</b> mereka diantaranya adalah :</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><div style="color: #333333;"><span style="font-family: inherit;">•Memerangi Kemiskinan<br />
•Mengurangi Ketidak merataan<br />
•Mengurangi Pengangguran<br />
•Memenuhi Standar minimum pendidikan, kesehatan, perumahan dan makanan bagi masyarakat<br />
•Memperluas kesempatan di bidang ekonomi dan sosial serta menempa persatuan bangsa<br />
Selain tersebut di atas terdapat pula kesamaan masalah yang dihadapi tetapi dengan kadar yang berbeda-beda yaitu :<br />
1.Kemiskinan yang kronis dan meluas<br />
2.Tingkat pengangguran yang tinggi dan cenderung meningkat terus<br />
3.ketidakmerataan distribusi pendapatan yang semakin melebar<br />
4.Rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian<br />
5.Kesempatan ekonomi antara desa dan kota<br />
6.Kurangnya pelayanan kesehatan dan pendidikan<br />
7.Memburuknya neraca pembayaran dan hutang luar negeri<br />
8.meningkatnya ketergantungan teknologi terhadap luar negeri<br />
9.Lemahnya kelembagaan dan sistem penilaian<br />
<br />
</span></div><span style="font-family: inherit;"><b>Tinjauan tentang perbedaan struktur ekonomi dunia ketiga</b></span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: #333333;">Terdapat </span><i><u><span style="color: blue;">tujuh komponen</span></u></i><span style="color: #333333;"> utama perbedaan diantara negara sedang berkembang :</span><br />
<span style="color: #333333;"> 1.Ukuran Negara (Geografis, Penduduk dan pendapatan)</span><br />
<span style="color: #333333;"> 2.Evolusi Sejarah</span><br />
<span style="color: #333333;"> 3.Sumberdaya manusia dan fisik</span><br />
<span style="color: #333333;"> 4.Kepentingan relatif sektor pemerintahan dan swasta</span><br />
<span style="color: #333333;"> 5.Sifat struktur industri</span><br />
<span style="color: #333333;"> 6.Tingkat ketergantungan terhadap ekonomi luar negeri dan kekuasaan politik</span><br />
<span style="color: #333333;"> 7.Pembagian kekuasaan, kelembagaan dan politik luar negeri</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: #333333;"><br />
<b>Ukuran Negara dan Tingkat Pendapatan</b></span></span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Luasnya suatu negara, penduduk serta tingkat pendapatanperkapita merupakan determinan potensi ekonomi yang penting dan faktor yang membedakan antar negara sedang berkembang. Diantara 143 negara berkembang anggota PBB, 104 negara diantaranya berpenduduk kurang dari 15 juta jiwa dan 75 negara berpenduduk kurang dari 5 juta jiwa. Negara besar yang padat penduduknya hidup berdampingan dengan negara kecil yang berpenduduk sedikit, negara dengan wilayah yang luas biasanya memiliki keuntungan dari tersedianya macam-macam sumber daya, potensi pasar yang luas dan kurang bergantung kepada produk dan bahan baku dari luar, tetapi meski demikian timbul permasalahan dari pengawasan administratif kesatuan nasional dan ketidak sinambungan regional dimana ketidakmerataan pendapatan nasional menjadi persoalan. Sehingga tidak menjamin bahwa negara dengan luas wilayah yang besar akan menciptakan pendapatan yang besar bagi masyarakatnya misalnya saja India dengan penduduk sekira 140 juta jiwa ternyata tingkat pendapatan perkapita pertahun sebesar $265 US, sedangkan Singapura dengan penduduk sekira 2,6 juta jiwa berpendapatan perkapita pertahun mencapai $5.900US (data tahun 1993)</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Latar Belakang Sejarah</b></span><br />
<span style="background-color: white; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Kebanyakan negara Asia dan Afrika pernah dijajah oleh negara Erofa seperti Inggris, Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, Portugal dan Spanyol. Struktur Perekonomian, pendidikan dan lembaga sosial negara tersebut dibentuk oleh bekas negara penjajah. Sehingga setiap negara yang pernah dijajah oleh negara yang berbeda-beda akan memiliki kebudayaan, pembentukan kelembagaan dan sosial yang berbeda-beda pula. Seperti India yang dijajah oleh Inggris, Philipina yang dijajah Spanyol dan Amerika, Vietnam dijajah oleh Perancis dan Indonesia yang dijajah oleh Belanda.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Sumber Fisik dan Manusia</b><br />
Potensi pertumbuhan ekonoi suatu negara sebagian besar dipengaruhi oleh sumberdaya fisik (tanah, mineral, dan bahan mentah lainnya) serta sumber daya manusia (baik jumlah maupun tingkat pendidikan). Sumber daya manusia tidak terbatas pada jumlah dan pendidikannya saja tetapi juga meliputi pandangan kebudayaan mereka, sikap terhadap pekerjaan dan keinginan untuk memperbaiki diri. selanjutnya tingkat kecakapan administratif seringkali menentukan kemampuan sektor pemerintah dalam mengubah struktur produksi dalam waktu yang tepat. Disini seseorang akan terlibat dengan masalah rumitnya hubungan antar kebudayaan, tradisi, agama, kesukuan dan pemecahan atau penyatuan suku. Jadi, bentuk sifat sumberdaya manusia dalam suatu negara merupakan determinan struktur ekonomi yang penting.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Peranan Sektor Pemerintah dan Swasta</b></span><br />
<span style="background-color: white; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Sebagian besar negara berkembang menganut sistem ekonomi campuran, yaitu sektor pemerintah dan swasta ikut campur dalam menggunakan sumber daya. Pembagian antar dua sektor tersebut masing-masing secara relatif umumnya ditentukan oleh situasi historis dan politis.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"> Besarnya pemilikan oleh pihak asing disektor swasta merupakan variabel yang penting untuk menentukan perbedaan diantara negara negara berkembang, Sektor swasta besar yang dimiliki oleh pihak asing biasanya mendorong timbulnya masalah serta kesempatan politis dan ekonomis yang ditemui. Misalnya negara Afrika yang seringkali mengalami kekurangan sumber daya manusia terdidik cenderung lebih menitik beratkan aktivitas sektor pemerintahan dan perusahaan negara berdasarkan asumsi bahwa kekurangan sumber daya terdidik dapat diatasi dengan koordinasi daripada melalui pemecahan administratif dan kewirausahaan.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Struktur Industri</b></span><br />
<span style="background-color: white; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Sebagian besar negara berkembang merupakan negara agraris, pertanian baik untuk keperluan konsumsi sendiri maupun komersial, merupakan aktivitas ekonomi utama ditinjau dari sudut distribusi penggunaan angkatan kerja maupun ditinjau daru proporsi sumbangan dalam GNP.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"> Peranan sektor manufaktur dan jasa diantara negara berkembang juga memperlihatkan perbedaan yang besar. Walaupun terdapat persamaan masalah namun strategi pembangunan di negara berkembang berbeda-beda, tergantung kepada sifat alam, struktur dan tingkat saling ketergantungan antara sektor primer (pertanian, kehutanan, perikanan), sektor industri sekunder (umumnya bidang manufaktur) dan sektor industri tersier (perdagangan, keuangan, transportasi dan jasa).</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Ketergantungan Terhadap Luar negeri; Ekonomi, Politik dan Kebudayaan</b></span><br />
<span style="background-color: white; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Bagi negara berkembang, ketergantungan tersebut sangat tinggi tingkatnya, bahkan beberapa kasus menyentuh pada hampir semua tingkat kehidupan. Kebanyakan negara kecil sangat tergantung pada perdagangan luar negeri dengan negara maju. Hampir semua negara kecil tergantung pada impor teknologi produksi yang umumnya tidak cocok dengan kondisi negara tersebut.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">Walaupun tingkat ketergantungan ekonomi sangat tinggi, yakni dalam bentuk transfer barang dan teknologi, namun ada juga keuntungannya yaitu berupa transmisi kelembagaan (umumnya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan), nilai-nilai, pola konsumsi, serta sikap hidup, bekerja dan bersikap diri.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>Struktur Politik, Kekuasaan dan Kelompok Penekan</b></span><br />
<span style="background-color: white; font-family: inherit; line-height: 1.6em;">Konstelasi kepentingan dan kekuasaan diantara berbagai kelompok masyarakat dikebanyakan negara berkembang lahir sebagai akibat sejarah politik ekonomi dan sosial yang berbeda satu dengan lainnya. Tanpa memandang pembagian kekuasaan diantara angkatan bersenjata, kaum industrialis, dan tuan tanah Amerika Latin, kaum politisi dan pejabat tinggi pemerintahan di Afrika, para raja minyak dan mogul-mogul keuangan di Timur Tengah, rentenir dan industrialis Asia yang kaya, kebanyakan negara berkembang secara langsung atau tidak langsung diperintah oleh segelintir elit dibandingkan dengan apa yang terjadi dinegara maju.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"> Oleh karena itu, setiap perubahan ekonomi dan sosial memerlukan dukungan dari kelompok elit, baik melalui persuasi meupun paksaan dan jika perlu menyingkirkan mereka dengan kekuatan. Jalan manapun yang ditempuh, pembangunan ekonomi dan sosial tidak mungkin dilakukan tanpa mengubah lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi suatu negara (misalnya sistem sewa tanah, struktur pendidikan, hubungan pasar tenaga kerja, undang-undang hak milik, pembagian dan pengawasan harta keuangan dan fisik,undang-undang perpajakan dan warisan dan peraturan perkreditan).</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><b>* Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memiliki karakter atau ciri sebagai berikut :</b></span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi<br />
Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang umumnya lebih tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara maju. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya di negara berkembang yang berbeda dengan di negara maju. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah di masa depan yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">2. Tingkat Pengangguran Tinggi<br />
Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi. Jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan lapangan kerja yang tersedia dan tungkat pertumbuhan keduanya yang tidak seimbang dari waktu ke waktu.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">3. Tingkat Produktivitas Rendah<br />
Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga sektor usaha mengalami kesulitan untuk meningkatkan produksinya.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">4. Kualitas Hidup Rendah<br />
Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak bisa baca tulis, rentan terkena penyakit, dan lain sebagainya.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">5. Ketergantungan Pada Sektor Pertanian / Primer<br />
Umumnya masyakat adalah bermata pencaharian petani dengan ketergantungan yang tinggi akan hasil sektor pertanian.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">6. Pasar & Informasi Tidak Sempurna<br />
Kondisi perekonomian negara berkembang kurang berkompetisi sehingga masih dikuasai oleh usaha monopoli, oligopoli, monopsoni dan oligopsoni. Informasi di pasar hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">7. Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan Kerja Tinggi<br />
Perbandingan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori angkatan kerja dengan penduduk non angkatan kerja di negara sedang berkembang nilainya berbeda dengan dengan di negara maju. Dengan demikian di negara maju penduduk yang berada dalam usia nonproduktif lebih banyak bergantung pada yang masuk angkatan kerja.</span></div><div style="background-color: white; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #333333; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;">8. Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian Eksternal Yang Rentan<br />
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada perekonomian luar negeri yang bersifat rentan akibat hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu</span></div><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-44802591981159029862012-06-13T11:59:00.000+07:002012-06-13T12:12:19.011+07:00Prediksi Denmark vs Portugal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTAsr3WM56Ds2quRO26j5whd7qsNj92HEi3O7_X-wpk88B8rlQ_" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="129" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTAsr3WM56Ds2quRO26j5whd7qsNj92HEi3O7_X-wpk88B8rlQ_" width="200" /></a></div><br />
Timnas Denmark percaya diri mampu mengalahkan Portugal dalam lanjutan Euro 2012 setelah secara luar biasa mampu mempermalukan Belanda 1-0 pada laga perdana.<br />
<br />
Setelah berhasil memuncaki klasemen Grup B, Denmark butuh satu kemenangan lagi untuk melaju ke perempat final. Sementara Portugal yang menghuni dasar klasemen dipastikan tersingkir jika kalah dari Denmark.<br />
<br />
Faktanya, Portugal yang mengandalkan Cristiano Ronaldo belum pernah menang pada 2012 ini. Empat laga Portugal di tahun 2012 berakhir dengan dua imbang dan dua kekalahan. Portugal bahkan hanya mampu mencetak satu gol.<br />
<br />
Saat ini Denmark duduk di peringkat-9 ranking FIFA, sementara Portugal di peringkat-10.<br />
<br />
<b>Head to head :</b><br />
12 Okt 2011 : Denmark 2-1 Portugal (Kualifikasi Euro 2012)<br />
9 Okt 2010 : Portugal 3-1 Denmark (Kualifikasi Euro 2012)<br />
6 Sept 2009 : Denmark 1-1 Portugal (Kualifikasi Piala Dunia 2010)<br />
11 Sept 2008 : Portugal 2-3 Denmark (Kualifikasi Piala Dunia 2010)<br />
<br />
<b>5 pertandingan terakhir Denmark :</b><br />
9 Jun 2012 : Belanda 0-1 Denmark (Euro 2012)<br />
2 Jun 2012 : Denmark 2-0 Australia (persahabatan)<br />
26 Mei 2012 : Denmark 1-3 Brazil (persahabatan)<br />
1 Mar 2012 : Denmark 0-2 Rusia (persahabatan)<br />
16 Nov 2011 : Denmark 2-1 Finlandia (persahabatan)<br />
<br />
<b>5 pertandingan terakhir Portugal :</b><br />
10 Jun 2012 : Jerman 1-0 Portugal (Euro 2012)<br />
3 Jun 2012 : Portugal 1-3 Turki (persahabatan)<br />
26 Mei 2012 : Portugal 0-0 Macedonia (persahabatan)<br />
1 Mar 2012 : Polandia 0-0 Portugal (persahabatan)<br />
16 Nov 2011 : Portugal 6-2 Bosnia (Play-off Euro 2012)<br />
<br />
<br />
<b>Susunan pemain:</b><br />
Denmark : Andersen- Jacobsen - Kjaer - Agger - S. Poulsen- Zimling - Kvist<br />
Rommedahl - Eriksen - Krohn Dehli- Bendtner<br />
Pelatih : Morten Olsen (Denmark).<br />
Portugal : Rui Patricio- Pereira - Pepe - Alves – Coentrao- Meireles - Veloso - Moutinho<br />
Nani - Postiga – Ronaldo-<br />
Pelatih : Paulo Bento (Portugal).<br />
<span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-49565622379709271542012-06-13T11:51:00.000+07:002012-06-13T11:51:17.862+07:00KESELARASAN EKONOMI DALAM ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRkQwsyo_WmP4vcII03Zz4d27E4ljiR4XJOZIeQ7Tst__HBSOabFA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRkQwsyo_WmP4vcII03Zz4d27E4ljiR4XJOZIeQ7Tst__HBSOabFA" width="200" /></a></div><br />
<a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2012/05/definisi-ilmu-ekonomi.html" target="_blank">Ekonomi </a>dapat didefenisikan sebagai kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya dengan maksud untuk memenuhi pelbagai kebutuhan, atau juga dapat dikatakan sebagai proses produksi dan penghasilan produksi.<br />
Adapun proses ekonomi meliputi hal-hal sebagai berikut :<br />
1. Proses produksi barang-barang dan jasa-jasa (pendapatan);<br />
2. Penukaran pendapatan;<br />
3. Pembagian pendapatan-pendapatan antara golongan-golongan masyarakat;<br />
4. Pemakaian atau konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dalam kehidupan sehari-hari. <br />
Prinsip setiap sistem ekonomi ada dua hal, antara lain adalah sebagai berikut :<br />
1. Tercapainya pemuasan pelbagai kebutuhan manusia, baik perseorangan maupun masyarakat;<br />
2. Tercapainya hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga dan ongkos yang sekecil-kecilnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya menurut akal dan rasio.<br />
Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh pandangannya tentang dunia yang mengetengahkan bagaimana alam semesta ini muncul, makna dari tujuan hidup manusia, prinsip kepemilikan, dan tujuan manusia memiliki sumber-sumber daya yang ada ditangannya, serta hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian yang lain dengan lingkungan sekitarnya.<br />
Karena itulah tujuan dan strategi dari sistem ekonomi adalah hasil logis dari pandangannya terhadap dunia. Tentu saja bisa terjadi sebuah sistem ekonomi mengambil tujuan-tujuannya dari suatu pandangan hidup, tetapi strategi yang dipakai diambil dari pandangan hidup yang lain. Misalnya, tujuan ekonomi mungkin diambil dari sebuah pandangan hidup agama yang menganggap umat manusia sebagai anggota dari sebuah persaudaraan yang satu dan berprinsip bahwa mereka bertanggung jawab atas nasib orang lain, tetapi strateginya diambil dari pandangan hidup bahwa si kuat adalah menang dan konflik kelas.<br />
Suatu pandangan hidup yang secara implisit meniadakan persaudaraan dan kesejahteraan umat manusia secara kolektif. Dalam hal ini akan terjadi konflik antara tujuan dan strategi. Konflik ini tidak saja akan menyulitkan sistem itu merealisasikan tujuan-tujuannya, tetapi juga akan menambah problem sosio ekonomi yang tidak terpecahkan dan sulit itu.<br />
Dalam tujuan pembangunan ekonomi Indonesia, maka landasan bagi kebijakan ekonomi dimasa depan harus disusun menurut perspektif menyeluruh atas kekuatan-kekuatan yang membentuk kondisi kita sekarang ini. kondisi obyektif tersebut dapat diringkas dalam bentuk-bentuk pikiran, antara lain adalah sebagai berikut :<br />
1. Segala bentuk korupsi yang menyebabkan biaya transaksi tinggi terjadi akibat dari sistem yang tertutup dan protektif. Pertumbuhan ekonomi tidak lebih dari ilusi belaka. Apabila lembaga demokratis gagal mengendalikan keserakahan penguasa, semua mimpi pada waktunya akan sirna;<br />
2. Pengusaha-pengusaha yang tangguh tidak dilahirkan dari rekayasa sistem preferensi. Hanya pergulatan dalam pasar yang akan memberikan kita industrialis dan pengusaha yang dapat kita banggakan. Sistem preferensi hanya akan mengukuhkan eksistensi elit dan mengekalkan sistem proteksi, yang dalam jangka panjang akan merusak sendi-sendi ekonomi dan demokrasi masyarakat kita;<br />
3. Kenaikan standar hidup rakyat harus dilihat sebagai bagian pembentukan modal nasional (capital accumulation). Ini berarti tujuan pokok dan terus menerus dari kebijakan ekonomi kita adalah peningkatan daya beli (purchasing power) dari rakyat. Pelajaran ini sangat penting, bahwa dimasa depan, kekukuhan ekonomi nasional harus ditemukan didalam potensi besar yang dimiliki masyarakat luas, yaitu usaha kecil dan menengah.;<br />
4. Persoalan yang juga akut menyangkut pengembangan usaha kecil dan menengah adalah terjebaknya usaha kecil dan menengah didalam kelumpuhan sumber daya. Keadaan mereka yang miskin, kektidakpastian dan resiko yang tinggi praktis telah mengasingkan mereka dari sumber-sumber modal, keahlian, informasi, dan peluang bisnis. Tidak semua kelemahan usaha kecil/menengah berasal dari kelemahan internal mereka. Kesalahan kebijakan yang melahirkan kosentrasi kekuasaan dan ekonomi mempunyai andil yang tidak kecil atas keterpurukan UKM. Modal, keahlian, informasi dan pasar adalah komoditi ekonomi yang senantiasa bergerak menuju lokasi dengan potensi keuntungan tertinggi.<br />
B. Menggagas Ekonomi Dalam Islam<br />
Kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, baik dalam bentuk produksi, konsumsi, distribusi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Bagi kaum muslimin, kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari tugasnya sebagai khalifah dan ibadah kepada Allah swt. Karena itu kegiatan tersebut harus dilandasi dan diikat oleh nilai dan prinsip yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah saw.<br />
Al-Qur’an memerintahkan kita untuk mencari rezki yang halal. Firman Allah swt dalam QS al-Mulk (67) : 15<br />
(huwaladzii ja’alaa lakumula’ardha dzaluu fa’amsyufii manaakihaa wakuluu minrizkihi wa’ilaihinnusyur)<br />
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.<br />
Firman Allah swt dalam QS al-Jumu’ah (62):10<br />
(faidzaa qudhiyatishalaatu faantasyirulfiladhi wabthaghu minfadhlillahi wazkhurullaha katsiraan la’allakum tuflikhun)<br />
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” <br />
<span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-34723711889473112552012-06-10T01:59:00.001+07:002012-06-10T01:59:00.304+07:00Prediksi Spanyol VS Italia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQStWpvCFYZa_8iMViHig4CfFrZjkdbDURd7g7oKiGraOqNlKJc" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQStWpvCFYZa_8iMViHig4CfFrZjkdbDURd7g7oKiGraOqNlKJc" /></a></div><br />
Laga Spanyol vs Italia ini akan berlangsung pada Minggu,10 juni 2012 yang akan di siarkan langsung RCTI pada pukul 23.00, kali ini blog mamen akan meprediksikan pertandingan Big match di babak penyisihan group EURO 2012 ini.<br />
<br />
Spanyol adalah tim yang paling di unggulkan di group C ini, mereka juga di favoritkan akan bisa menjuarai gelaran piala eropa 2012 ini, Spanyol adalah tim terkuat saat ini mereka adalah Juara Piala dunia 2010 afrika selatan, pada ajang EURO 2008 merea juga berhasil menjadi sang juaranya, di skuad spanyol mayoritas dari mereka adalah pemain dari klub-klub terbaik mereka saat ini yaitu Barcelona dan real madrid,spanyol mengadopsi permainan tiki-taka seperti Barcelona yang mengandalkan perpindahan bola yang sangat cepat dan sangat rumit untuk di atasi oleh lawan karena pergerakan para grlandang mereka yang seketika bisa berubah, jelas sekali dalam melakukan hal seperti ini spanyol didukung para gelandang kelas atas dengan kemapua membaca permainan seperti Xavi hernandez, andres iniesta, cesc fabregas,gerard pique,dll<br />
Kiper: Iker Casillas (Real Madrid), Pepe Reina (Liverpool/Inggris), David De Gea (Manchester United/Inggris)<br />
<br />
<b style="color: red;">Prediksi skuad Spanyol </b><br />
Bek: Jordi Alba (Valencia), Raul Albiol (Real Madrid), Alvaro Arbeloa (Real Madrid), Alvaro Dominguez (Atletico Madrid), Sergio Ramos (Real Madrid), Ignacio Monreal (Malaga), Juanfran (Atletico Madrid)<br />
<br />
Gelandang: Santiago Cazorla (Malaga), Xabi Alonso (Real Madrid), Isco (Malaga), Benat Etxebarria (Real Betis), Javier Garcia (Benfica/POR), Bruno Soriano (Villarreal)<br />
<br />
Penyerang: Alvaro Negredo (Sevilla), Roberto Soldado (Valencia), Jesus Navas (Sevilla), Adrian Lopez Alvarez (Atletico Madrid), David Silva (Manchester City/Inggris).<br />
<br />
Sementara itu Italia sebagai lawan dari tim matador yang juga tim elit eropa yang banyak di isi oleh para pemain bintang,Italia Adalah sang juara piala dunia 2006, Saat itu mereka masih mayoritas para pemain senior yang sebagian nya mereka sekarang sudah gantung sepatu.<br />
Maka dari itu pelatih mereka saat ini cesare prandeli sedang berbenah di dalam timnya menjelang EURO 2012 kali ini, ini bukti keseriusan italy di ajang ini, sekarang ini italy adalah perpaduan antar pemain muda dan pemain senior yang sudah berpengalaman,Di Group c bersama lawanya spanyol mereka adalah tim yang di unggulkan.<br />
<br />
<b style="color: red;">Prediksi Skuad Italia</b>:<br />
Posisi Kiper: Gianluigi Buffon (Juventus), Salvatore Sirigu (Paris Saint Germain), Morgan De Sanctis (Napoli), Emiliano Viviano (Palermo).<br />
<br />
Posisi bertahan: Cristian Maggio (Napoli), Domenico Criscito (Zenit St. Petersburg), Ignazio Abate (Milan), Federico Balzaretti (Palermo), Davide Astori (Cagliari), Salvatore Bocchetti (Rubin Kazan), Leonardo Bonucci (Juventus), Andrea Barzagli (Juventus), Giorgio Chiellini (Juventus), Andrea Ranocchia (Inter), Angelo Ogbonna (Torino).<br />
<br />
Posisi Gelandang: Andrea Pirlo (Juventus), Claudio Marchisio (Juventus), Emanuele Giaccherini (Juventus), Daniele De Rossi (Roma), Thiago Motta (Paris Saint Germain), Antonio Nocerino (Milan), Riccardo Montolivo (Fiorentina), Ezequiel Schelotto (Atalanta) Luca Cigarini (Atalanta), Alessandro Diamanti (Bologna), Marco Verratti (Pescara).<br />
<br />
Posisi Penyerang: Antonio Cassano (Milan), Mario Balotelli (Manchester City), Sebastian Giovinco (Parma), Antonio Di Natale (Udinese), Mattia Destro (Siena), <br />
<br />
Pertandingan ini akan menjadi salah satu laga yang di tunggu-tungguoleh para pencinta sepakbola di seluruh dunia kerena akan menjadi laga yang sangat sngit dan menegangkan dan jura spanyol vs italia merupakan laga lanjutan <span style="font-family: inherit; font-size: small;">jadwal EURO 9 10 11 Juni 2012</span>., di karenakan mereka akan saling berambisi untuk meraih kemenangan sekaligu akan mengangkat moral mereka jika salah satunya dapat memenangkan pertandingan ini.<br />
Di lihat dari head to head mereka di tiga laga terakhir mereka saling mengalahkan dan 1 kali hasil imbang.Sudah di pastikan laga ini akan sangat sengit dan ketat karena dan akan sulit untuk di prediksikan. <br />
<br />
<b>Hasil Skor Spanyol Vs Italia : 1 - 1</b>.<br />
<span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-39316778299596641732012-06-09T16:58:00.001+07:002012-06-09T17:17:36.616+07:00Prediksi Euro 2012 Belanda vs Denmark<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcThd6GXZO9HVZSIsMt848UpCKT4nZ3LLKLdNt6jBvYnY2bAZJTF" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcThd6GXZO9HVZSIsMt848UpCKT4nZ3LLKLdNt6jBvYnY2bAZJTF" width="200" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><b></b><br />
Belanda tak pernah kalah dari Denmark dalam sejarah delapan kali pertemuan mereka sejak 1967, walaupun Belanda pernah menderita akibat harus kalah adu penalti dari the Danes pada semi final Piala Eropa 1992. Denmark pun berhak melaju ke babak final berhadapan dengan Jerman.<br />
<br />
Belanda memiliki rekor menakjubkan dalam 25 pertandingan internasional terakhir mereka. Belanda memenangi 23 pertandingan dari 25 pertandingan internasional.<br />
<br />
Mereka hanya kalah dari Spanyol pada babak tambahan waktu 0-1 pada Piala Dunia 2010, dan kalah dari Swedia pada babak kualifikasi Piala Eropa 2012, 2-3, Oktober lalu.<br />
<br />
Rekor imbang Belanda adalah saat lima tahun lalu, 0-0 melawan Rumania pada babak kualifikasi Piala Eropa 2008 di Rotterdam.<br />
<br />
Sejak kemenangan Belanda pada kejuaraan Eropa 1988 di Jerman Timur, Belanda hampir selalu tampil konsisten pada Piala Eropa dan Piala Dunia. Mereka selalu berhasil keluar dari grup dan melaju ke babak selanjutnya.<br />
<br />
Sedangkan Denmark telah memenangi empat pertandingan pada babak kualifikasi dan tak pernah kalah pada enam pertandingan terakhir mereka.<br />
<br />
Sejak kemenangan mengejutkan mereka pada Piala Eropa 1992, Denmark selalu tampil mengecewakan pada putaran final tiga Piala Eropa. <br />
<br />
Denmark bahkan tak lolos babak kualifikasi pada Piala Eropa 2008 di Austria dan Swiss. Denmark telah menyarangkan dua gol dari lima pertandingan terakhir mereka melawan Belanda.<br />
<br />
<b><u>Head to Head Belanda vs Denmark:</u></b><br />
14 Jun 2010 Belanda 2 - Denmark 0 (PD)<br />
30 Mei 2008 Belanda 1 - Denmark 1 (UJI)<br />
<br />
<b><u>Lima Pertandingan terakhir Belanda:</u></b><br />
3 Jun 2012 Belanda 6 - Irlandia Utara 0 UJI<br />
31 Mei 2012 Belanda 2 - Slowakia 0 UJI<br />
27 Mei 2012 Belanda 1 - Bulgaria 2 UJI<br />
23 Mei 2012 Bayern München 3 - Belanda 2 UJI<br />
1 Mar 2012 Inggris 2 - Belanda 3 UJI<br />
<br />
<b><u>Lima Pertandingan terakhir Denmark:</u></b><br />
2 Jun 2012 Denmark 2 - Australia 0 UJI<br />
26 Mei 2012 Denmark 1 - Brasil 3 UJI<br />
1 Mar 2012 Denmark 0 - Rusia 2 UJI<br />
16 Nov 2011 Denmark 2 - Finlandia 1 UJI<br />
12 Nov 2011 Denmark 2 - Swedia 0 UJI<br />
<br />
<b><u>Perkiraan susunan pemain Belanda vs Denmark:</u></b><br />
<br />
<b style="color: red;">Belanda</b>: <i>Krul, Van der Wiel, Heitinga, Mathijsen, Willems, De Jong, Van Bommel, Van Persie, Sneijder, Van der Vaart, Huntelaar.</i><br />
<br />
<b style="color: red;">Denmark</b><span style="color: red;">: </span><i>Sorensen, Wass, Kjaer, Agger, S. Poulsen, C. Poulsen, Zimling, Schone, Eriksen, Krohn-Dehli, Bendtner.</i><br />
<br />
<b><u>Prediksi skor pertandingan</u></b><br />
Belanda 2 - Denmark1<b> </b><b><u><i><span class="Apple-style-span" style="background-color: #e06666;"></span></i></u></b><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost"> </span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-7076098691617054062012-06-09T16:51:00.000+07:002012-06-09T16:51:38.069+07:00Prediksi Pertandingan Uero Jerman vs Portugal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRstrVpCvhpxPA4t3hmhCUUdDdeUkIPalclych0KN92-PzVr8qC" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="108" src="https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRstrVpCvhpxPA4t3hmhCUUdDdeUkIPalclych0KN92-PzVr8qC" width="200" /></a></div><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;">Portugal akan menjalani laga perdananya di turnamen Euro 2012 meladenin tim favorit juara,Panzer Jerman pada 9 Juni 2012. Pemain tengah Tim Nasional Portugal Joao Moutinho mengungkapkan timnya siap meladeni permainan Jerman.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;">Moutinho yakin betul timnya siap menjalani laga perdana, meski mengantungi hasil tidak memuaskan di laga persahabatan. Portugal hanya berhasil imbang 0-0 melawan Polandia dan Makedonia, kemudian kalah 1-3 dari Turki.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;">“Kami telah bekerja dengan baik dan kami siap untuk bermain melawan Jerman yang memiliki tim sangat kuat dengan karakteristik kuat, tetapi tim kami juga punya itu,” ungkap Moutinho seperti dilansir Goal, Rabu (6/6/2012).</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;">“Masa lalu tidak berarti. Kami fokus pada pertandingan melawan Jerman, karena pertandingan akan ditentukan dengan hal-hal kecil yang detil. Kami ingin tampil kuat di lapangan,” tambahnya.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;">Hasil tidak memuaskan di laga persahabatan membuat lini depan skuad Seleccao das Quinas berada dalam sorotan. Walau begitu Moutinho meyakini tiga penyerang Portugal yang diisi Helder Postiga, Hugo Almeida dan Silvestre Varela bisa menjawab keraguan.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;">“Kami memiliki tiga striker hebat yang akan berada dalam puncak performa. Siapapun yang memimpin serangan di laga melawan Jerman akan memberikan kemampuannya yang terbaik. Itu adalah hal yang bisa kami janjikan,” tutupnya.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;"><strong>2 Rekor Pertemuan Terakhir Portugal vs Jerman :</strong><br />
20 Jun 2008 : Portugal 2-3 Jerman (Euro 2008)<br />
9 Jul 2006 : Jerman 3-1 Portugal (Piala Dunia 2006)</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;"><strong>Perkiraan Susunan Pemain Antara Portugal vs Denmark:</strong></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><i><b style="color: red;">Jerman</b></i> :<br />
Neuer, Lahm, Boateng, Mertesacker, Badstuber, Schweinsteiger, Khedira, Ozil, Muller, Podolski, Gomez.<br />
Pelatih : Joachim Loew (Jerman).</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;"><b style="color: red;">Portugal :</b><br />
Rui Patricio, Pepe, Bruno Alves, Coentrao, Pereira, Meireles, Veloso, Moutinho, Nani, Ronaldo, Postiga.<br />
Pelatih : Paulo Bento (Portugal).</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;"><br />
</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div style="font-family: inherit;"><strong>Prediksi Hasil Pertandingan ini:</strong><br />
Jerman 0 – 1 Portugal</div><div style="font-family: inherit;"><span class="fullpost"> </span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-31656695980680927952012-06-09T16:43:00.000+07:002012-06-09T16:43:44.958+07:00Sistem Politik Dalam Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQcynbUhxATHMbNEPVkRxWVyvN05qjA0uZMa92W05ZJNj1DjYGy" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="166" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQcynbUhxATHMbNEPVkRxWVyvN05qjA0uZMa92W05ZJNj1DjYGy" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Politik Islam</td></tr>
</tbody></table><br />
<strong>Pengertian Politik Menurut Islam</strong><br />
<a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2011/08/konsep-konsep-dasar-dari-ilmu-politik.html" target="_blank">Politik</a> dalam <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2011/04/pendidikan-agama-islam.html" target="_blank">Islam</a> menjurus kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syariat bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai sahsiah untuk menerajui dan melaksanakan undang-undang. Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah:<br />
<em>Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. </em><br />
(Al-Isra’: 80)<em> </em><br />
<br />
<strong>Asas-asas Sistem Politik Islam</strong><br />
<ol><li><strong>1. Hakimiyyah Ilahiyyah</strong></li>
</ol>Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.<br />
<em>Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. </em>(Al-Qasas: 70)<em> </em><br />
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:<br />
<ul><li>Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa</li>
<li>Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki oleh sesiap kecuali Allah</li>
<li>Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab Dialah satu-satuNya Pencipta</li>
<li>Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan-peraturan sebab Dialah satu-satuNya Pemilik</li>
<li>Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebab hanya Dia sahaja yang Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalah sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus</li>
</ul>Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahawa teras utama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyah dan Uluhiyyah.<br />
<ol><li><strong>2. Risalah</strong></li>
</ol>Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.<br />
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:<br />
<em>Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. </em>(Al-Hasyr: 7)<br />
<em>Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya</em>. (An-Nisa’: 65)<br />
<ol><li><strong>3. Khilafah</strong></li>
</ol>Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adlah sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.<br />
<em>Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. </em>(Yunus: 14)<em> </em><br />
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:<br />
<ul><li>Terdiri daripada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung prinsip=prinsip tanggngjawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah</li>
<li>Tidak terdiri daripada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya</li>
<li>Terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifan serta kemampuan intelek dan fizikal</li>
<li>Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan yakin dan tanpa keraguan</li>
</ul><strong>Prinsip-prinsip Utama Sistem Politik Islam</strong><br />
<ul><li><strong>Musyawarah</strong></li>
</ul>Asas musyawarah yang paling utama adldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan oarang-oarang yang akan menjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkara baru yang timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.<br />
<ul><li><strong>Keadilan</strong></li>
</ul>Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah di antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.<br />
<ul><li><strong>Kebebasan</strong></li>
</ul>Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.<br />
<ul><li><strong>Persamaan</strong></li>
</ul>Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.<br />
<ul><li><strong>Hak menghisab pihak pemerintah</strong></li>
</ul>Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.<br />
<strong>Tujuan Politik Menurut Islam</strong><br />
Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Din dan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut. Para fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam:<br />
<ol><li>Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak salaf daripada kalangan umat Islam</li>
<li>Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah dikalangan orang-orang yang berselisih</li>
<li>Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai</li>
<li>Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak manusia</li>
<li>Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan daripada pihak luar</li>
<li>Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam</li>
<li>Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang ditetapkan syarak</li>
<li>Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir</li>
<li>Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan menguruskan hal-ehwal pentadbiran negara</li>
<li>Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-ehwal awam demi untuk memimpin negara dan melindungi Ad-Din</li>
</ol><strong>Persamaan dan Perbedaan antara Islam dan Demokrasi</strong><br />
Biasanya, setiap prinsip buatan manusia lemah. Jadi, sudah sewajarnya jika demokrasi memiliki cacat. Itulah yang membuatnya berbeda dengan syura Islam. Dalam hal persamaan dan perbedaan antara Islam dengan demokrasi, ada pandangan yang bagus dan seimbang dari salah seorang pemikir Islam dari Mesir, Dr. Dhiyauddin ar Rais.<br />
<strong> </strong><br />
<br />
<strong>Persamaan antara Islam dan Demokrasi</strong><br />
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan Islam dan demokrasi. Namun, perbedaannya lebih banyak. Persamaannya menyangkut pemikiran sisstem politik tentang hubungan antara umat dan penguasa serta tanggung jawab pemerintahan. Akhirnya, ar Rais sampai pada kesimpulan bahwa antara Islam dan demokrasi tidak hanya memiliki persamaan di bidang politik. Lebih dari itu, unsur-unsur yang terkandung dalam demokrasi dan keistimewaannya pun sudah terkandung di dalam Islam. Dalam menerangkan hal itu, dia mengatakan, Jika yang dimaksud dengan demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus memahami Islam secara komprehensif. Jika maksud demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan, realisasi keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam<br />
Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, itu pun sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam sistem demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah dari kekuasaan Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum didasarkan pada alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan UU terpisah dari Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam. Adapun Imam harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah (kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan independen karena pengambilan keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau presiden, jelainkan berdasarka pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah Swt.<br />
<strong> </strong><br />
<br />
<strong>Perbedaan antara Islam dan Demokrasi</strong><br />
Menurut Dhiyauddin ar Rais, ada tiga hal yang membedakan Islam dan demokrasi. Pertama, dalam demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas wilayah, iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan kata lain, demokrasi selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain. Dengan demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat internasional. Kedua, tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan kebutuhan dunia yang ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan fundamental. Ketiga, kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan. Jadi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan, kezaliman atau kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi batasan-batasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.<br />
Menurut Islam, kekuasaan tertinggi bukan di tangan penguasa karena Islam tidak sama dengan paham otokrasi. Kekuasaan bukan pula di tangan tokoh-tokoh agamanya karena Islam tidak sama dengan teokrasi. Begitupun bukan di tangan UU karena Islam tidak sama dengan nomokrasi atau di tangan umat karena Islam bukan demokrasi dalam pengertian yang sempit. Jawabannya, kekuasaan tertinggi dalam Islam sangat nyata sebagai perpaduan dua hal, yaitu umat dan undang-undang atau syariat Islam. Jadi, syariat pemegang kekuasaan penuh dalam negara Islam. Dr. Dhiyauddin ar Rasi menambahkan, jika harus memakai istilah demokrasi tanpa mengabaikan perbedaan substansialnya sistem itu dapat disebut sebagai demokrasi yang manusiawi, menyeluruh (internasional), religius, etis, spiritual, sekaligus material. Boleh pula disebut sebagai demokrasi Islam atau menurut al Maududy demokrasi teokrasi.<br />
Demokrasi seperti itulah yang dipahami aktivis Islam termasuk Ikhwanul Muslimun saat terjun di dalam kehidupan politik dan bernegara di negara demokrasi. Ustadz Mamun al Hudhaibi hafizhahullah pernah ditanya pandangan Ikhwan tentang demokrasi dan kebebasan individu. Katanya, Jika demokrasi berarti rakyat memilih orang yang akan memimpin mereka, Ikhwan menerima demokrasi. Namun, jika demokrasi berarti rakyat dapat mengubah hukum-hukum Allah Swt dan mengikuti kehendak mereka, Ikhwan menolak demokrasi. Ikhwan hanya mau terlibat dalam sistem yang memungkinkan syariat Islam diberlakukan dan kemungkaran dihapuskan. Menolong, meskipun sedikit, masih lebih baik daripada tidak menolong. Mengenai kebebasan individu, Ikhwan menerima kebebasan individu dalam batas-batas yang dibolehkan Islam. Namun, kebebasan individu yang menjadikan muslimah memakai pakaian pendek, minim dan atau seperti pria adalah haram dan Ikhwan tidak akan toleran dengan hal itu.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-7246408072344724372012-06-08T15:32:00.004+07:002012-06-08T15:32:00.279+07:00Tips Berguna Untuk Meraih Sukses<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRS5m6uXhOhEIBQsjIm41QkMB7g4xhN3OccUp6MmWxJxkX3CpUg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRS5m6uXhOhEIBQsjIm41QkMB7g4xhN3OccUp6MmWxJxkX3CpUg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
Menjadi sukses adalah impian semua orang. Tentunya untuk itu diperlukan motivasi yang kuat untuk mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Motivasi ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Anda bisa saja membaca ratusan buku atau pergi ke puluhan seminar untuk memperoleh suntikan motivasi, namun hal yang sering terjadi adalah kenaikan emosi sesaat untuk berubah. Barangkali ini bertahan satu atau dua minggu dan setelah itu Anda merasa semuanya kembali menjadi biasa-biasa saja seperti kondisi yang lama. Pernahkah merasa begitu?<br />
<i>“Motivasi adalah pohon yang Anda siram dengan kedisiplinan diri”</i><br />
Bagaimana caranya supaya Anda tetap termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan yang diinginkan? Intinya motivasi adalah seni berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini melibatkan perasaan yang Anda rasakan melalui emosi yang muncul. <br />
<br />
Lantas apa bedanya antara perasaan dan emosi?<br />
Contohnya begini, jika Anda merasa bersalah maka emosi yang muncul bisa ketakutan dihakimi, ingin melarikan diri, dsb. Jika Anda merasa bahagia, emosinya bisa berupa keceriaan, kegembiraan, keinginan berbagi, dsb. Emosi timbul sebagai akibat dari perasaan yang terjadi didalam diri.<br />
Jadi sebetulnya mudah untuk hidup termotivasi. Kuncinya adalah rasakan hal-hal yang membahagiakan dan bayangkan kesuksesan yang akan Anda raih. Saya jamin Anda akan termotivasi untuk bekerja.<br />
Selain itu ada beberapa tips yang ingin saya berikan agar Anda bisa termotivasi kapanpun dan dimanapun:<br />
<b>1. Selalu konsisten</b><br />
Kemudahan timbul dari kebiasaan. Motivasi pun sama. Ia memerlukan kedisiplinan sehingga Anda terbiasa hidup dengan motivasi. Ada ungkapan bagus yang mengatakan, “Sesuatu yang Anda ulangi tiap hari selama 21 hari akan menjadi kebiasaan”. Saya anjurkan Anda untuk mempraktekkannya. Mulai dengan hal yang sederhana seperti tersenyum dihadapan cermin, mengatakan “Yes” sebelum bekerja, dan banyak lagi.<br />
<b>2. Bertanggung jawab</b><br />
Anda perlu seseorang yang bersedia mengingatkan Anda untuk tetap berada di tujuan. Ia bertugas memberikan dukungan dan menjadi mitra bertukar pikiran bagi ide dan gagasan yang Anda punya. Dari sini Anda akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik baginya. Proses mencapai tujuan menjadi lebih mudah dengan hadirnya seseorang yang menjadi cermin diri Anda.<br />
<b>3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bervisi sama</b><br />
Kalau Anda mau menurunkan berat badan, pastikan Anda bersama teman-teman yang mempunyai tujuan sama. Kalau Anda ingin membangun bisnis, bertemanlah dengan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis atau mereka yang mau memulai bisnis. Anda bisa memperoleh energi dan motivasi dari mereka. Akan sangat mudah untuk termotivasi ketika Anda memperoleh support. Apa yang Anda rasakan sebagai rintangan ketika bekerja sendiri bisa teratasi dengan bantuan dan dukungan teman-teman yang bervisi sama.<br />
<b>4. Fokus pada proses, bukan tujuan</b><br />
Ini yang sangat penting. Seringkali Anda turun mental ketika dihadapkan pada kesulitan mencapai tujuan. Fokuslah pada proses. Setiap proses memerlukan waktu. Entah cepat, entah lambat. Tujuan Anda sudah jelas, namun perjalanan menuju kesana bisa berliku dan naik turun. Dengan fokus pada proses Anda terhindar dari beban mental karena sekarang Anda memegang kendali atas proses itu sendiri, bukan dikendalikan oleh target untuk mencapai tujuan.<br />
Sekarang Anda lebih tahu bahwa motivasi merupakan kunci untuk meraih sukses. Yang Anda perlukan sekarang adalah kemauan kuat untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Seperti apa kata pepatah “Ada kemauan ada jalan”. Selamat mengerjakan dan jangan lupa hargai diri Anda disetiap momen keberhasilan sekecil apapun itu.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-32826535578183466562012-06-08T14:10:00.000+07:002012-06-08T14:10:00.115+07:00Hubungan Agama Islam dan Ilmu Pengetahuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: inherit;">Terlalu banyak godaan di diri ini.</div><div style="font-family: inherit;"><div dir="ltr" style="text-align: left;"><br />
Setiap melangkah harus melintasi rintangan - rintangan kehidupan yang menjadikan kita semakin kuat jika kita bisa melewatinya dengan baik...<br />
<br />
Mari kita selalu mempelajari ilmu agama karena terdapat hubungannya dengan ilmu pengetahuan kita...<br />
<br />
Untuk lebih jelasnya,,monggo di simak ya....<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQMYGt7pwL_8VM3404P4f5kcf4FiFUYnmlyGzJ58SCJ-PS0t0Xc" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQMYGt7pwL_8VM3404P4f5kcf4FiFUYnmlyGzJ58SCJ-PS0t0Xc" /></a></div><br />
<br />
Dalam pergerakan alam semesta ini maka jika dicermati dengan seksama akan terjadi banyak fenomena yang luar biasa. Dan semuanya ternyata telah dijelaskan didalam Al-Qur`an sebagai pembelajaran dari Allah Swt kepada hamba-Nya yang beriman agar mereka berpikir dan menjadi pintar.<br />
Berikut saya cuplikkan dari buku <em>“This is The Truth, Newly Discovered Scientific Focts Revealed in the Quran & Authentic Hadeeth”</em> dimana terdapat sebuah diskusi yang terjadi antara Abdullah M. al-Rehaili (penulis) dengan Profesor Shrceder (ilmuwan kelautan dari Jerman). Disana penulis mengatakan “Kami bertemu dengannya pada seminar Ilmuwan Kelautan yang diselenggarakan di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Saya bertanya untuk mengantarkan pembicaraan fenomena laut antara penemuan ilmiah dan ayat Al-Qur`an. Pada hari selanjutnya, Profesor Shroeder berdiri dan memberi komentar apa yang telah kami katakan: “Saya hendak memberi komentar tentang kuliah yang disampaikan Syeikh az-Zindani kemarin, dan akan mengatakan berapa banyak saya menghargai perkuliahan ini dalam rangka pertemuan ilmiah. Seseorang tidak dibutuhkan untuk menjadi seorang Muslim (untuk melihat ilmu pengetahuan dalam konteks agama yang lebih luas), bahkan untuk saya seorang Nasrani, penting tidak hanya melihat ilmu pengetahuan, namun saya juga dalam perasaan dan gambar yang lebih lebar dan ketika dibandingkan dengan agama, lihatlah hal ini dalam konteks agama”<br />
Setelah mengetahui hal itu, Profesor Shroeder mendiskusikan hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama. Dia menunjukkan jurang pemisah antara agama yang berbeda-beda dan ilmu pengetahuan. Maka dari itulah terdapat saling bertolak belakang antara pemikiran pemuka agama dan ilmuwan. Namun, Profesor Shroeder heran ketika dia ditunjukkan kebenaran yang berisi bermacam-macam ayat Al-Qur`an yang telah diturunkan 1400 tahun yang lalu. Dia memberi komentar: “Dalam beberapa agama, kita mendapatkan pemuka agama yang berpikir bahwa ilmu pengetahuan dapat mengambil sesuatu dari agama. Jika ilmu pengetahuan membuat peningkatan, agama harus berputar kembali, menjadi dilanggar batasannya. Di sinilah kita lihat sebuah pendekatan yang berbeda secara lengkap. “Syeikh az-Zindani menunjukkan kita bahwa ilmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertuliskan di dalam Al-Qur`an beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya ilmuwan sekarang menemukan apa yang telah dikatakan sebelumnya, saya pikir hal ini penting. Penting dalam arti untuk diadakan sebuah simposium atau workshop untuk dijadikan peran serta, diskusi, dan persetujuan ilmuwan dari seluruh bangsa dan saya yakin bahwa kita semua akan pulang dan sekarang berpikir lebih banyak lagi tentang hubungan antara agama dan pengetahuan kelautan’”.<br />
Hal ini menjadi jelas bahwa para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang telah tersebut di dalam Al-Qur`an sejak 1400 tahun yang lalu. Hal ini mengingatkan kita pada pernyataan sebagai berikut: Siapa yang memberitahukan Nabi Muhammad tentang hal ini? Siapa yang menurunkan pengetahuan ini kepadanya? Sebab, inilah kebenaran yang se-zaman dengan apa yang diketahui oleh para ilmuwan, baik itu mereka sebagai ahli astronomi, ahli kelautan, ahli geologi atau ahli dalam bidang keilmuwan yang lain, akan tetapi Al-Qur`an dan Sunnah telah menyebutkannya.<br />
Setelah mendengarkan kita, Profesor Shroeder percaya dengan sepenuhnya dan membuat pernyataan sebagai berikut:<br />
“Tidak ada pengetahuan pada satu sisi, juga agama pada satu sisi. Orang-orang tidak berbicara dengan yang lain, akan tetapi mereka akan menuju pada satu petunjuk. Mereka menyatakan hal yang sama dalam bahasa yang berbeda, bahasa ilmiah (bahasa abstrak) dan bahasa tulisan, sebagaimana yang telah dikatakan Syeikh”<br />
Dia meminta dengan jelas bahwa kenyataan ini dipersembahkan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, akan tetapi khusus untuk ilmuwan dalam pusat studi mereka, dalam semua bahasa. Sehingga mereka paham dengan jelas dan ada hubungan yang benar antara agama dan ilmu pengetahuan yang telah diklarifikasikan. Kita berbicara tentang agama yang telah bebas dari distorsi. Pengetahuan yang benar harus ditegaskan dengan agama yang benar.<br />
Sebagaimana dalam konteks Islam, seperti yang tersebut di dalam Al-Qur`an:<br />
<em>“Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”</em> (QS. Yunus [10] : 101)<br />
<em>“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya, dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berakal. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya, maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya”</em> (QS. al-Jaatsiyah [45] : 3 -6)<br />
<em>“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar [39] : 9)<br />
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah”</em> (QS. Muhammad [47] : 19)<br />
Agama mendorong kita untuk memperoleh pengetahuan dan mengharapkan kita merenungkan alam semesta dalam sebuah bahasa yang bisa dipahami sekarang. Maka dari itulah mari sekali lagi kita mempelajari dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing diri sebagai upaya menjalani arti peran kehidupan yang bermanfaat.</div></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-72166589087992090962012-06-08T11:00:00.000+07:002012-06-07T15:18:15.018+07:00Hasil Tes Aragon: Jorge Lorenzo Tercepat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: inherit;"><span class="fullpost">Hari ini saya merasa agak jenuh dengan kegiatan hari ini,,tak lupuyt membuat artikel ini untuk mengobati kejenuhn dan merefresh lagi dengan balap motor dunia yatu MotoGP yang selalu menjadi yang terbaik dari semua balap( menurut saya sich,hehe )</span></div><div style="font-family: inherit;"><span class="fullpost"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQAlFjjMkZe-XsnU9zSGqPModZmCUKr-GcjqbPzcWdlGB_GOdCJ6A" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQAlFjjMkZe-XsnU9zSGqPModZmCUKr-GcjqbPzcWdlGB_GOdCJ6A" /></a></div><span class="fullpost"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;">Jorge Lorenzo menjadi pembalap tercepat dalam tes pengembangan motor 1000cc yang diselenggarakan di Sirkuit Aragon, Spanyol pada Hari Rabu.<br />
<span id="more-4037"></span><br />
Jorge Lorenzo mencatatkan waktu tercepat 1.49.187 yang membuatnya unggul 0.225 sekon atas teammatenya Ben Spies.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Seperti halnya di tes Catalunya, kedua pembalap Yamaha Factory tersebut melakukan uji coba terhadap mesin, sasis dan elektronik.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Tetapi, lagi-lagi Lorenzo tidak menemukan sejumlah keuntungan besar melalui pemakaian modifikasi baru pada mesin M1 dan juara dunia MotoGP 2010 itu mengatakan: “Ini merupakan tes yang sangat penting karena tidak mudah untuk menemukan setup motor 1000cc terbaik di sini karena terdapat banyak perubahan dari motor 800cc. Kami sudah mencoba mesin baru lagi seperti di Barcelona. Tidak banyak perbedaan antara keduanya jadi para insinyur harus membuat keputusan untuk melakukan langkah selanjutnya.”</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Cal Crutchlow menjadi rider tercepat ketiga setelah menyelesaikan sesi tes selama 67 lap. Pembalap Yamaha Tech3 tersebut mengaku senang dengan kemajuan terhadap paket elektronik baru yang memberinya tenaga yang lebih halus dan mesin baru yang membenahi kemampuan akselerasi.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Mengalami kecelakaan saat melaju dengan kecepatan tinggi di Barcelona membuat Crutchlow melakukan banyak putaran untuk menyelesaikan program tes di Aragon.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Pada tes yang berlangsung di bawah cuaca terik yang berjalan selama delapan jam tersebut, Andrea Dovizioso mampu finish di posisi keempat setelah melakukan 54 lap. Walaupun mengaku kelelahan, namun ia merasa senang terhadap performa elektronik baru yang sudah ia coba di Catalunya.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Dovizioso mengaku kalau elektronik tersebut membuat ketahanan ban lebih lama, baik saat ia coba untuk melakukan simulasi balap di tes Catalunya maupun di Aragon.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Tidak adanya alokasi ban baru membuat tim Repsol Honda absen dari tes Aragon kali ini.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Tes yang diadakan di Aragon juga menjadi uji coba untuk menjelajahi setup terbaik yang bisa dipergunakan saat menjalani balapan di sirkuit tersebut pada September mendatang.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh Nicky Hayden dan Valentino Rossi yang menyelesaikan tes di peringkat ke-6 dan ke-8. Untuk berita selengkapnya dari tim Ducati, pantau terus MotoGP Tale.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;"><br />
</div><div style="font-family: inherit;">Berikut hasil tes MotoGP yang diselenggarakan di <b>Sirkuit Aragon</b> pada Hari Rabu, 6 Juni 2012:<br />
Wednesday’s Aragon test results</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">1. Jorge Lorenzo ESP Yamaha Factory (YZR-M1) 1m 49.187s (Lap 57/59) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">2. Ben Spies USA Yamaha Factory (YZR-M1) 1m 49.442s (55/57) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">3. Cal Crutchlow GBR Yamaha Tech 3 (YZR-M1) 1m 49.687s (63/67) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">4. Andrea Dovizioso ITA Yamaha Tech 3 (YZR-M1) 1m 49.887s (51/54) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">5. Hector Barbera ESP Pramac Racing (GP12) 1m 50.196s (56/64) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">6. Nicky Hayden USA Ducati Team (GP12) 1m 50.204s (31/66) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">7. Alvaro Bautista ESP Honda Gresini (RC213V) 1m 50.294s (54/56) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">8. Valentino Rossi ITA Ducati Team (GP12) 1m 50.369s (78/78) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">9. Stefan Bradl GER LCR Honda MotoGP (RC213V) 1m 51.146s (31/72)</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">10. Karel Abraham CZE Cardion AB Motoracing (GP12) 1m 51.977s (15/19)</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">11. Michele Pirro ITA Honda Gresini (FTR-Honda CRT) 1m 52.452s (47/51) </div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">12. Yonny Hernandez COL Avintia (FTR-Kawasaki CRT) 1m 52.502s (30/64)</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">13. Colin Edwards USA Forward Racing (Suter-BMW CRT) 1m 52.589s (33/53)</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br />
<div style="font-family: inherit;">14. Ivan Silva ESP Avintia (FTR- Kawasaki CRT) 1m 53.929s (49/69)</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-47574960356120513312012-06-07T14:49:00.002+07:002012-06-07T14:57:51.948+07:00Jadwal Pertandingan Lengkap Euro 2012<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Selamat siang dan selamat makan siang bagi anda yang siang ini berada di Indonesia, senang rasanya bisa update lagi dan bisa berbagi pengetahuan dan informasi hana untuk anda pembaca setia blog ini. Kali ini saya akan update tentang <b><span style="color: blue;">Jadwal Pertandingan Lengkap Euro 2012 (Piala Eropa).</span></b><br />
<br />
Setelah diadakan 2008 lalu kini piala eropa kembali dilaksanakan pada juni 2012 yang pastinya ditunggu-tunggu anda karena sebagian besar pemain terbaik berada di eropa ini.Kali ini piala eropa diikuti oleh 24 negara di Eropa. Piala Eropa ini akan disiarkan langsung di RCTI. Kali ini piala Eropa akan dilaksanakan di Plandia dan Ukraina dengan logo 2 orang pemain bola.<br />
Yups langsung aja deh gak usah pakai lama dan basa basi lagi ini dia Jadwal Pertandingan Lengkap Euro 2012 (Piala Eropa):<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUTbcr8o7VYGQMo-yH2MlQO0gn5XMtd4KKY6rrffHEuBvy_ZXStvtPhn_FPc6fui1LOEAQ35OddTI5BPwe48593PyNCg5b8C9bRhYV6bdxNaZQFwnZiz7eN-KS_G9fVO2AMqMYg8LtSf4/s1600/Table-EURO.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUTbcr8o7VYGQMo-yH2MlQO0gn5XMtd4KKY6rrffHEuBvy_ZXStvtPhn_FPc6fui1LOEAQ35OddTI5BPwe48593PyNCg5b8C9bRhYV6bdxNaZQFwnZiz7eN-KS_G9fVO2AMqMYg8LtSf4/s320/Table-EURO.jpg" width="320" /></a></div><br />
</div><br />
Yups kita lihat bersama di grup manakah negara favorit anda berada, ini dia pembagian grupnya :<br />
<br />
<b>Grup A </b>ditempati oleh 4 negara antara lain :<br />
<div style="color: blue;"><b>Polandia</b></div><div style="color: blue;"><b>Yunani</b></div><div style="color: blue;"><b>Rusia</b></div><div style="color: blue;"><b>Rep.Ceko</b></div><br />
<br />
Pertandingan yang akan dilaksanakan pada <b>grup A</b> :<br />
<div style="color: red; text-align: center;"><b>Tanggal Laga Jam</b></div><div style="text-align: center;">Jum'at,08 Juni 2012 : Polandia VS Yunani 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Sabtu,09 Juni 2012 : Rusia VS Rep.Ceko 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Selasa,12 Juni 2012 : Yunani VS Rep.Ceko 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Rabu, 13 Juni 2012 : Polandia VS Rusia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Minggu,17 Juni 2012 : Rep.Ceko VS Polandia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Minggu,17 Juni 2012 : Yunani VS Rusia 01.45 WIB</div><br />
<b>Grup B</b> ditempati oleh 4 negara antara lain :<br />
<div style="color: blue;"><b>Belanda</b></div><div style="color: blue;"><b>Denmark</b></div><div style="color: blue;"><b>Jerman</b></div><div style="color: blue;"><b>Portugal</b></div>Pertandingan yang akan dilaksanakan pada <b>grup B</b>:<br />
<div style="color: red; text-align: center;"><b>Tanggal Laga Jam</b></div><div style="text-align: center;">Sabtu, 09 Juni 2012 : Belanda VS Denmark 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Minggu, 10 Juni 2012 : Jerman VS Portugal 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Rabu, 13 Juni 2012 : Denmark VS Portugal 23.00 WIB </div><div style="text-align: center;">Kamis, 14 Juni 2012 : Belanda VS Jerman 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Senin, 18 Juni 2012 : Portugal VS Belanda 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Senin, 18 Juni 2012 : Denmark VS Jerman 01.45 WIB</div><br />
<b>Grup C</b> ditempati oleh 4 negara antara lain:<br />
<div style="color: blue;"><b>Spanyol</b></div><div style="color: blue;"><b>Italia</b></div><div style="color: blue;"><b>Rep.Irlandia</b></div><div style="color: blue;"><b>Kroasia</b></div><br />
<div style="color: red; text-align: center;"><b>Tanggal Laga Jam</b></div><div style="text-align: center;">Minggu, 10 Juni 2012 : Spanyol vs Italia 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Senin, 11 Juni 2012 : Irlandia vs Kroasia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Kamis, 14 Juni 2012 : Italia vs Kroasia 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Jumat, 15 Juni 2012 : Spanyol vs Irlandia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Selasa, 19 Juni 2012 : Kroasia vs Spanyol 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Selasa, 19 Juni 2012 : Italia vs Irlandia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><br />
<b>Grup D</b> ditempati oleh 4 negara antara lain:<br />
<div style="color: cyan;"><b>Ukraina</b></div><div style="color: cyan;"><b>Swedia</b></div><div style="color: cyan;"><b>Petancis</b></div><div style="color: cyan;"><b>Inggris</b></div><br />
<div style="color: red; text-align: center;"><b>Tanggal Laga Jam</b></div><div style="text-align: center;">Senin, 11 Juni 2012 : Prancis vs Inggris 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Selasa, 12 Juni 2012 : Ukraina vs Swedia 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Jumat, 15 Juni 2012 : Swedia vs Inggris 23.00 WIB</div><div style="text-align: center;">Sabtu, 16 Juni 2012 : Ukraina vs Prancis 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Rabu, 20 Juni 2012 : Inggris vs Ukraina 01.45 WIB</div><div style="text-align: center;">Rabu, 20 Juni 2012 : Swedia vs Prancis 01.45 WIB</div><br />
Yups itulah <u style="color: blue;"><b>Jadwal Pertandingan Lengkap Euro 2012</b></u> (Piala Eropa) semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang menggemari sepakbola</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-27678617040122573782012-06-07T14:14:00.000+07:002012-06-07T14:14:34.591+07:00Rahasia Allah Tentang Usia Kita<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="mceTemp"><br />
<dl class="wp-caption alignleft" id="attachment_277" style="width: 147px;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAYHRBtIkMhS7_DOCzYuXZTIRZ7zyR2JuqSWedgU3hyphenhypheniBqvvnD9qBV6ee2LzqORkjjXIgVd_I1OMM7OvG8IaKTK7kgpHm_nXCPJOgZG5egnZ0HE8UJR4wT5pwtucZr93shYS7WyeYvJBgS/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAYHRBtIkMhS7_DOCzYuXZTIRZ7zyR2JuqSWedgU3hyphenhypheniBqvvnD9qBV6ee2LzqORkjjXIgVd_I1OMM7OvG8IaKTK7kgpHm_nXCPJOgZG5egnZ0HE8UJR4wT5pwtucZr93shYS7WyeYvJBgS/s200/images.jpeg" width="168" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br />
</td></tr>
</tbody></table><dt class="wp-caption-dt"></dt>
</dl></div>Berapa seringkah kita mengantar mayat ke kubur? Berapa seringkah kita menyolatkan jenazah? Mungkin kita sudah sering, bahkan sangat sering. Entah itu tetangga kita, sahabat kita ataupun orang tua kita.<br />
Sahabat, Idul fitri kemarin adalah hari yang begitu istimewa. Tidak hanya untuk orang yang telah berhasil melewati ramadhan. Tetapi juga untuk jenazah-jenazah yang dipanggil untuk dikembalikan. Jasad tubuh yang dipinta oleh pemiliknya. Nyawa yang dipinta oleh pemberi pinjaman. Iya sahabat, tubuh dan nyawa yang saat ini berada pada saya penulis artikel ini maupun pada diri sahabat yang saat ini membaca artikel ini, sejatinya adalah pinjaman. Akankah kita berontak untuk menolak dipintanya apa-apa yang dipinjamkan kepada kita? Misalkan iya, seberapakah mampu kita menolaknya?<br />
<span id="more-275"></span><br />
Sesungguhnya apa yang ada di langit dan di bumi adalah milikNya. Tiada satupun yang dapat menandingi kekuasaanNya. KekuasaanNya adalah apa yang ada di langit dan di bumi. Serta di alam yang tidak kita ketahui.<br />
Sahabat, kami ingin bercerita tentang saudara kami yang meninggal di tanggal 1 syawal kemarin. Beliau adalah Imam Mukti.<br />
begini ceritanya.<br />
1 Syawal adalah hari yang menggetarkan. Bagaimana tidak, gema takbir membahana dimana-mana. Sehingga dada-dada setiap muslim menjadi hanyut dan terbawa kesuasana haru. Pagi itu Bpk. Mukti (60 th) melakukan shalat id. siapa sangka kalau shalat inilah shalat id terakhirnya. Sehabis shalat id, anak-anak sungkem, kemudian beliau meminjam sepeda motor tetangga untuk berziarah kemakam ibu dan bapaknya. Sekitar 20 menit perjalanan. Setelah ke makam ibu bapaknya, dia mengunjungi adik-adiknya yang kebetulan tidak begitu jauh dengan makam bapak ibunya.<br />
Setelah itu pulang, dan mengembalikan motor beserta kuncinya ke tetangganya. Namun, sebelum sempat berdiri tiba-tiba dia terhuyung-huyung dan jatuh. Oleh tetangganya, dia diangkat, namun betapa terkejutnya karena setelah diangkat Bpk. Mukti telah meninggal dunia.<br />
Ya, Pak Mukti telah dipanggil pemiliknya disaat yang tiada orang dapat menduganya. Beberapa hari sebelumnya Pak Mukti memang sakit, tetapi pada hari itu dia kelihatan sangat sehat. Mungkin Tuhan ingin kita belajar, bahwa mati bisa datang saat kita sehat ataupun sakit.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-9668213077715359032012-06-07T14:04:00.000+07:002012-06-07T14:04:58.385+07:00Masalah itu Tantangan tuk Maju<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnmv7O-ANzZlvk-G7Xn1402OuecWwgpIT0kmV3kFLDfaNx_0Ks1EtHAzxcY7g_Kr-VrSyHPDh9uwfAl1YI-dKQW0h68Qz0kIWNBLS1rYltamYfRkg5P8TIVbXBI0H6cxRRi0d5VKUW567i/s1600/images.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnmv7O-ANzZlvk-G7Xn1402OuecWwgpIT0kmV3kFLDfaNx_0Ks1EtHAzxcY7g_Kr-VrSyHPDh9uwfAl1YI-dKQW0h68Qz0kIWNBLS1rYltamYfRkg5P8TIVbXBI0H6cxRRi0d5VKUW567i/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div><br />
Beberapa hari terkhir saya merasa terkulai dalam berbagai kegelisahan yang menyelimuti diri ini,,<br />
namun karena saya menyadari kalau hidup ini hanay milik yang maha kuasa saya hanya berikhlas dan sabar,,dan nuntuk menenangkan hati saya ini dan untuk teman - teman yang mersa terdapat kegelisahan hati saya tuliskan artikel <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/search/label/Motivasi%20Hidup" target="_blank">motivasi</a> ini agar tetap semangat dan bersama - sama berjuang untuk menjadi yang lebih baik lagi.<br />
Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat. Karena dalam, keadaan tetap bergerak, anda menciptakan kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak maju, sekalipun pelan, daripada tidak bergerak sama sekali.<br />
MASALAH adalah TANTANGAN tuk Maju<br />
Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan menghindarinya. Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin akan menghadapinya. Namun, masalah dalah hadiah yang dapat anda terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan dibalik setiap masalah.<br />
Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah, anda tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.<br />
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak akan menjadi seseorang yang sejati.<br />
Mutiara Kata :<br />
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi.<br />
Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan yang dan kesulitan. Jangan hanya berhenti pada langkah pertama!<br />
Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah msalah yang menantang. Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.<br />
Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjauangan dan pengorbanan. Keringat dan kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila anda terpesona pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan, anda bisa lupa dari keharusan untuk berupaya. Namun bila anda terkagum pada ketegaran seseoarang dalam berusaha, anda akan menyerap energi kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tak ada harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Ada harga yang harus dibayar untuk meraih keberhasilan itu. Berusahalah terus!<br />
Mulailah dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah, belajarlah, dan kembangkan pencapaian anda. Sukses bukan dicapai oleh orang yang memulai dengan hal yang besar, tetapi oleh orang yang memelihara momentumnya dalam waktu yang cukup panjang, hingga pekerjaannya menjadi karya besar.<br />
Apapun yang anda lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati. Keberhasilan bukan semata-mata karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. Anda perlu bertindak dengan kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di atas upaya sendiri. Di balik semua pencapaian terselip pengorbanan orang lain. Hanya bila anda melakukannya dengan kebaikan hati, siapapun rela berkorban untuk keberhasilan anda.<br />
Seorang bijak berujar. “Bila busur anda patah dan anak panah penghabisan telah dilontarkan, tetaplah membidik. Bidiklah dengan seluruh hatimu.” Semua tindakan anda bagaikan bumerang yang akan kembali pada anda. Bila anda melempar dengan baik, ia akan kembali dalam tangkapan anda. Namun, bila anda ceroboh melemparkannya, ia akan datang untuk melukai anda. Renungkan bagaimana tindakan anda sekarang ini. Lakukan segala semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tiada yang lebih manis daripada memetik buah atas kebaikan yang anda lakukan.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-8135955354479004572012-06-07T13:52:00.000+07:002012-06-07T13:52:11.648+07:00Komunikasi Non Verbal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Setelah kemarin telah membahas beberapa masalah dalam <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2012/06/komunikasi-verbal.html" target="_blank">Komunikasi Verbal</a>,sekarang untuk memperkaya pengetahuan kita,saya akan bahas apa yang di maksud / pengertian dari komunikasi non verbal...<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXMdqZrIy-MAEa7I9ULUyvrXgQFtJaqorqE6y9cf8dGYoaoSRhmVkfUu8T9VCmJxjLl-fOqurkvq23Ce-FPFEQqqYN3TvujqzeimR7_DrGQgWEyMssW06jqh2sObaM5GTqatSRVP9lw8JZ/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXMdqZrIy-MAEa7I9ULUyvrXgQFtJaqorqE6y9cf8dGYoaoSRhmVkfUu8T9VCmJxjLl-fOqurkvq23Ce-FPFEQqqYN3TvujqzeimR7_DrGQgWEyMssW06jqh2sObaM5GTqatSRVP9lw8JZ/s1600/index.jpeg" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;"> <b>Komunikasi non verbal merupakan</b> salah satu bentuk komunikasi, yang pada umumnya digunakan untuk memperkuat ata memperjelas pesan-pesan verbal. Sebagai contoh: Tuti meyampaikan informasi kepada Ana, sahabatnya, bahwa dia telah putus dengan pacarnya, selama menyampaikan informasi tersebut air mata tuti selalu teruari, sehingga Ana tahu bahwa tuti sangat sedih atas kondisinya saat ini. Airmata yang dikeluarkan Tuti merupakan bentuk komunikasi nonverbal yag mengindikasikan bahwa dia sangat sedih.</div><div style="text-align: justify;"> <br />
</div><div style="text-align: justify;"> Dari ilustrasi di atas tampak bahwa komunikasi non verbal tidak bisa dipisahkan dari setiap kegiatan komunikasi yang kita lakukan. salah satu bentuk kegiatan komunikasi, k<b>omunikasi non verbal memiliki ciri:</b></div><div style="text-align: justify;"> <br />
</div><div style="text-align: justify;"> 1. selalu ada dalam kehidupan nyata sehari-hari. Artinya bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu didiringi dengan kegiatan komunikasi non verbal. ekspresi wajah kita, gaya bicara kirta, gerakan tangan dan kaki kita semuanya menggambarkan kegiatan komunikasi non verbal.</div><div style="text-align: justify;"> 2. tidak mungkin tidak kita komunikasin. Hal tersebut menunjukkan bahwa direncanakan atau tidak, disengaja atau tidak komunikasi non verbal selalu kita komunikasikan.</div><div style="text-align: justify;"> 3. terikat oleh budaya. Artinya bahwa komunikasi non verbal dipengaruhi oleh budaya dari masing-masing orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan makna antara satu orang dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda terhadap suatu perilaku non verbal. sebagai contoh anggukan kepala bagi orang Indonesia diartikan sebagai tanda setuju, sedangkan angguukan kepala pada orang jepang diartikan sebagai tanda penghormatan.</div><div style="text-align: justify;"> 4. dapat mengungkapkan perasaan dan sikap seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi non verbal bisa mewakili seseorang dalam mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya yang mungkin tidak terungkap melalui pesan verbal. misalnya kita sedang marah dengan teman kita, namun kita tidak berani mengatakannya hanya raut muka kita yang tampak cemberut.</div><div style="text-align: justify;"> 5. memodifikasi pesan verbal. dalam hal ini komunikasi nverbal diartikan sebagai penguat atau pelengkap komunikasi. Misalnya kita berkata pada anak kita “ Ibu marah sekali melhat perilakumu seperti itu” ketika kita mengatakan hal tersebut diiringi intonasi yang keras, sehingga anak kita tahu bahwa ibunya benar-benar sedang marah.</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-17151026708461116802012-06-06T22:08:00.000+07:002012-06-06T22:08:49.007+07:00Kekuatan Tekad<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span> Adakalanya kita merasa jenuh dengan kehidupan kita ini,namun jangan selalu menyalahkan diri sendiri.Untuk melengkapi ilmu pengetahuan yang saya share,ini motivasi hidup untuk anda semua...</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZkJ_Ckg7p5c6bH2LqozDo4K3eUIfqZRWKSikwEvmiTAhp29HWhWWaD9T1sFkIuXk9FQgXaV2ziII-AtegBBfbtf2acrOfXwcOz-_-5cPdMLOWq2g75qSOKGUE1w3IoQyTJXdMGqW_n1Wt/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZkJ_Ckg7p5c6bH2LqozDo4K3eUIfqZRWKSikwEvmiTAhp29HWhWWaD9T1sFkIuXk9FQgXaV2ziII-AtegBBfbtf2acrOfXwcOz-_-5cPdMLOWq2g75qSOKGUE1w3IoQyTJXdMGqW_n1Wt/s1600/index.jpeg" /></a></div><br />
<span>Ada kisah pengorbanan seorang Ibu yang menahan mobil yang akan menabrak anaknya. Hasilnya, anaknya selamat tapi tulang belakang ibunya retak. Apa yang membuat ibu tersebut melakukan tindakan seperti itu? Jawabnya, karena kekuatan tekad untuk menyelamatkan anaknya.</span><br />
<span> Tekad adalah kemauan atau kehendak untuk berbuat sesuatu dengan sungguh-sungguh. Atau juga bisa dikatakan tekad sebagai kemauan yang teguh. Tak tergoyahkan oleh kesulitan. Tak kendor dengan hadangan masalah.</span><br />
<span> Kita bisa melihat bagaimana orang-orang yang melakukan perbuatan luar biasa. Seperti naik gunung ke puncak tertinggi. Bertemankan dinginnya salju dan udara dingin. Atau mengarungi samudra yang begitu luas dengan badai menghadang, menghadapi berbagai aral melintang dan kesulitan maha berat. Tapi semua itu bisa dihadapi, karena ia memiliki tekad yang kuat dan kehendak melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.</span><span id="more-1601"></span><br />
<span> Dalam beribadah kepada Allah, kekuatan tekadpun harus ada. Dengan memilikinya, seseorang akan mampu untuk shaum, shalat malam, dan berbagai ibadah ritual lainnya dengan penuh semangat. Tak lelah dan senantias Istiqamah. Berbagai amalan ini selanjutnya akan mengantarkan ia memiliki tekad kuat untuk lebih mendekatkan diri kepda Allah. Senantiasa membersihkan hatinya dan berbuat baik kepada sesama.</span><br />
<span> Jadi semua perbuatan yang kita lakukan akan memberikan hasil yang optimal bila didasari tekad yang kuat. Termasuk kualitas dan kuantitas ibadah kita pasca Ramadhan. Ibarat seorang pendaki gunung bila ia mempunyai tekad yang kuat untuk bisa sampai ke puncak, maka ia akan terus meningkatkan kemapuannya.</span><br />
<span> Begitupun dengan seseorang yang ingin mendekatkan dirinya dengan Allah di atas segala-galanya. Ketika ramadhan dengan segala fasilitanya, akan Ia optimalkan untuk dekat dengan Allah. Ketika selesai Ramadhan, karena memang tujuannya ingin dekat dengan Allah, ia tidak akan mau kehilangan apa yang sudah diraih di bulan Ramadhan. Terus dan terus ia meningkatkan amal ibadahnya. Senantiasa bermujahadah (ikhtiar yang sungguh-sungguh). Yaitu bermujahadah dalam taubat, mujahadah menjauhi maksiat, mujahadah di dalam taat, dan mujahadah memberi manfaat (Sumber: Majalah Swadaya DPU-DT)</span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-63683843959511257402012-06-06T22:00:00.001+07:002012-06-07T13:53:27.394+07:00Tips Cepat Memperbanyak Pengunjung Blog<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="background-color: white; color: black; font-family: inherit;"><b style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Tips Cepat Memperbanyak Pengunjung Blog</b><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> dengan system Multi level mirip dengan MLM Piramida, dann para sobat semua jika ingin mencobanya silahkan copas seluruh isi artikel ini dan lakukan dengan aturan yang benar dan jujur. </span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span><b style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Tips Dan Trik</b><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">------ Copy mulai di sini ------</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Silahkan pelajari dengan baik lalu anda terapkan dengan benar....</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Ada kata bijak yang mengatakan "Honesty is The Best Policy (Kejujuran adalah politik/strategi terbaik)", mari kita buktikan....apakah konsep kejujuran disini dapat kita gunakan untuk menghasilkan traffic dan popularity yang sangat hebat dari sebuah metode rumit para expert webmaster atau pakar <span style="font-size: small;"><span style="color: red;">SEO</span></span>..?...</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Saya percaya kita bisa asal metode ini anda terapkan dengan benar...,apabila ini di aplikasikan pada web/blog anda sesuai ketentuan maka:</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">* Blog anda akan kebanjiran traffic pengunjung secara luar biasa hari demi hari, tanpa anda harus repot-repot memikirkan </span><b style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">SEO</b><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> atau capek-capek melakukan promosi keberbagai tempat di dunia online.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">* Blog anda juga akan kebanjiran backlink secara signifikan hari demi hari, tanpa perlu repot-repot berburu link keberbagai tempat di dunia </span><b style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">internet.</b><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Hal yang harus anda lakukan adalah ikuti langkah-langkah berikut :</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">1. Buatlah postingan artikel seperti posting saya ini, atau copy-paste artikel ini. Lalu beri Judul sesuka anda (karena itu merupakan </span><b style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">SEO </b><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">buat web/blog anda sendiri).</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">2. Anda cukup hanya meletakkan Link-Link di bawah ini pada artikel anda tersebut pada blog/web anda.</span></div><ol style="font-family: inherit; text-align: left;"><li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Bisnis Online</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Panduan belajar </span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Wordpress</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> Friendster</span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"></span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Kapan lagi.com</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Lirik Music Luar</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Free Template</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Jogja-Blogger</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Tutorial Blogging | Internet Bisnis Online</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">pVidia Blog</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Mrs.Danielo</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> www.moccainside.co.cc</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">www.mymot-news.blogspot.com</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">http://detektif007.blogspot.com/</span><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;"> </span></li>
<li><span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">http://indexbisnis.blogspot.com/</span></li>
<li>http://bagiilmublogspot.blogspot.com/</li>
</ol><div style="background-color: white; color: black; font-family: inherit;"><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">PERATURAN :</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">1. Sebelum anda meletakkan Link-Link tersebut ditas ke dalam postingan web/blog anda, harap hapus Link nomor 1 , Sehingga link no 1 hilang dari daftar link dan setiap link anda naikkan 1 level ke atas. Yang tadinya no 2 naik menjadi no 1, yang tadinya no 3 menjadi no 2, yang tadinya no 4 menjadi no 3 dan begitu seterusnya. Setelah itu masukkan Link anda pada urutan Paling bawah ( no 15 ).</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">2. Ingat!!! Jangan Merubah Urutan daftar link</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Apabila setiap blogger yang ikut dalam metode ini berhasil diduplikasi oleh blogger lain yang akan bergabung, andaikan 5 blogger yang bergabung maka Backlink yang anda dapat adalah</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Ketika posisi anda 15, jumlah backlink = 1</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 14, jml backlink = 5</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 13, jml backlink = 25</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 12, jml backlink = 125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 11, jml backlink = 625</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 10, jml backlink = 3.125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 9, jml backlink = 15.625</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 8, jml backlink = 78.125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 7, jml backlink = 390.625</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 6, jml backlink = 1.953.125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 5, jml backlink = 9.765.625</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 4, jml backlink = 48.828.125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 3, jml backlink = 244.140.625</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 2, jml backlink = 1.220.703.125</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Posisi 1, jml backlink = 6.103.515.625</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Dan semua Dari kata kunci yang anda inginkan, bayangkan jika ini bisa berjalan dengan sempurna maka anda akan memperoleh 6.103.515.625 external link yang berasal dari berbagai blog yang anda tidak akan pernah bayangkan sebelumnya. Belum lagi apabila ada pengunjung blog anda dari Link List tersebut diatas maka otomatis anda akan memperoleh traffic ke web/blog anda juga.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Ingat!!! Aturuan mainnya, Anda harus memulai dari urutan paling bawah (no 15) sehingga hasil backlink anda bisa Maksimal. Jangan salahkan saya apabila anda tidak mengikuti metode ini dengan benar dan Link anda tiba-tiba berada pada urutan no 1 dan menghilang pada Link daftar. Jadi mulai lah pada urutan paling bawah(no 15).</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Bisakah Anda melakukan tindakan tidak fair atau tidak jujur dengan menyabotase metode ini, misalkan saja "menghilangkan semua link asal" lalu di isi dengan link web/blog anda sendiri...? .... Bisa!!! dan metode ini menjadi tidak maksimal. Kejujuran adalah strategi/politik terbaik.....Tapi saya yakin bahwa kita semua tak ingin menjatuhkan kredibilitas diri sendiri dengan melakukan tindakan murahan seperti itu...</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">---- SELESAI ----</span><br />
<br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Catatan :</span><br />
<span style="font-size: 14px; line-height: 16px; text-align: left;">Silahkan anda copy paste artikel tersebut di atas mulai dari ----- copy mulai di sini ---- sampai -----SELESAI ----. Boleh juga anda berkreasi dengan memberi sedikit basa basi terlebih dahulu. Semoga metode ini bisa berjalan sesuai harapan kita bersama. . . ! !</span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-71046224145541975482012-06-06T20:58:00.000+07:002012-06-06T20:58:57.903+07:00Komunikasi Verbal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: inherit;">Malem - malem gk ada kegiatan,,ke inget dengan blog ini yang hampir 1 bulan belum saya update lagi....</div><div style="font-family: inherit;">Langsung saja daripada saya bengong lama,,,,monggo di simak......</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFxo00rluq5802VC6OBBTMB9rc2utMefFhHk1lZcn3oEyT1c95jx97o1IPK4a2c-ISyeC9YNBCgHa_UvRC57-4cn-fYUqO5r2inP88FF13Xjff70ehQMzmqZ8veO4i_FpaA93JPTvxqgPy/s1600/images.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFxo00rluq5802VC6OBBTMB9rc2utMefFhHk1lZcn3oEyT1c95jx97o1IPK4a2c-ISyeC9YNBCgHa_UvRC57-4cn-fYUqO5r2inP88FF13Xjff70ehQMzmqZ8veO4i_FpaA93JPTvxqgPy/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div><div style="font-family: inherit;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;"> Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat symbol, dengan aturan untuk menkombinasikan symbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang digunakan satu kata atau lebih. Hamper semua ransangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa tertulis Thai misalnya terdiri dari 44 konsonan dan 32 vokal. Suaranya dikombinasikan dengan lima nada yang berbeda untuk menghasilkan bahasa yang bermelodi. Kelas-kelas orang yang berbeda menggunakan kata ganti orang, kata benda dan kata kerja yang berbeda pula untuk menunjukan status social dan keintiman. Setidaknya terdapat 47 kata ganti orang, termasuk 17 kata ganti orang pertama dan 19 kata ganti orang kedua. Karena bentuknya berbeda untuk setiap kelas orang, bahasa Thai dapat dibedakan menjadi empat kategori: bahasa kerajaan, bahasa kerohanian, bahasa halus harian dan bahasa orang kebanyakan. Bahasa cina mengandung makna dan pentingnya sejarah cina. Terdapat cara mengucapkan yang terdiri dari empat nada. Perubahan nada berarti perubahan makna.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;"> Bahasa verbal adalah sarana utama untuk <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2011/08/pengantar-ilmu-komunikasi.html" target="_blank">menyatakanpikiran, perasaan dan maksud</a> kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realita individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. Misalnya kata rumah, kursi, mobil atau mahasiswa. Realitas apa yang diwakili oleh setiap kata itu? Begitu banyak ragam rumah. Ada rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS).<br />
<a href="" name="more"></a></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Bila kita menyertakan budaya sebagai variable dalam proses abstraksi itu, problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk mempresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagi sejumlah pengalaman serupa. Namun bila berkomunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda dan konsekuensinya, proses abstraksi juga menyulitkan. Misalnya, kata <i>anjing </i>dapat dimaknai secara berbeda, meskipun orang-orang membayangkan hewan yang sosoknya kurang lebih sama. Bagi sebagian orang, anjing adalah sahabat setia dan penjaga rumah yang baik, bagi sebagian lainnya anjing menakutkan dan harus dihindari, sedangkan bagi sebagian orang lainnya lagi anjing melukiskan jenis hewan yang dagingnya lezat dimakan.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><br style="font-family: inherit;" /><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">ASAL-USUL BAHASA</span></b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Ada dengan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teotetikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku social. Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagai lokasi dalam system milik manusia yang memugkinkan membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan. Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan manusia lebih awal untuk mengartikulasikan isyarat-isyarat jari-jemari dan tangan yang memudahkan berkomunikasi nonverbal. Berkomunikasi secara naluriah, dengan bertukar tanda alamiah berupa suara (gerutuan, geraman, pekikan), postur dan gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan dan lengan, sedikit lebih maju dari komunikasi hewan primate masa kini. Mereka tidak menggunakan bahasa lisan yang membutuhkan penciptaan berbagai suara yang subtil. Salah satu sebabnya, kontak suara mereka identik dengan kotak suara kera, simpase, dan hewan primate yang lainnya yang kita kenal sekarang, yang tidak memungkinkan mereka mengkombinasikan berbagai suara untuk membentuk bahasa manusia. Pendeknya, cara berkomunikasi mereka sangat primitive dibandingkan dengan komunikasi kita.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan <i>dimiliki bersama</i>, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 109.2pt; text-align: justify; text-indent: -91.2pt;"> -Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? <i>(Where can I change some money?).</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 109.2pt; text-align: justify; text-indent: -91.2pt;"> -Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? <i>(Ou puis-je change de l’argent?).</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 109.2pt; text-align: justify; text-indent: -91.2pt;"> -Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? <i>(Wo kann ich etwasGeld wechseln?).</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 109.2pt; text-align: justify; text-indent: -91.2pt;"> <span style="line-height: 150%;">-Spanyol: Di mana dapat menukar uang? </span><i style="line-height: 150%;">(Donde puedo cambiar dinero?).</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 109.2pt; text-align: justify; text-indent: -91.2pt;"> <i style="line-height: 150%;"><br />
</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;"> Menurut Larry L. Barker bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan <i>(naming atau labeling)</i>, interaksi, dan transmisi informasi. </div><span style="font-family: inherit;"> </span><ol start="1" style="font-family: inherit;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo11; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. </li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo11; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. </li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo11; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. </li>
</ol><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Cansandra L. Book (1980), dalam <i>Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, </i>mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <div style="text-align: left;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.</div></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <div style="text-align: left;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.</div></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <div style="text-align: left;"> <span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.<span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keterbatasan Bahasa:</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. </b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;"> Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: 40.5pt;"> Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraph" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 40.5pt;"> Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata <i>berat</i>, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu <i>berat</i>; kepala saya <i>berat</i>; ujian itu <i>berat</i>; dosen itu memberikan sanksi yang <i>berat</i> kepada mahasiswanya yang nyontek.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 40.5pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraph" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Kata-kata mengandung bias budaya.</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata <i>awak</i> untuk orang Minang adalah <b>saya</b> atau <b>kita,</b> sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti <b>kamu.</b> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 0.9pt;"> Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin <i>communis</i> yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut <i>isomorfisme</i>. <i>Isomorfisme</i> terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada <i>isomorfisme </i>total.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 0.9pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraph" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;"> Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang <i>bekerja</i>. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud <i>bekerja</i>? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud <i>bekerja </i>adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 58.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">KERUMITAN MAKNA KATA</span></b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak merekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikan. Jadi hubungan itu diciptakan dalam pikiran si pembicara.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi yang menurut S.I. Hayakawa tidaklah buruk bila orang-orang menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasan (linguistik), yang punya banyak dimensi: <i>simbol </i>merujuk pada objek di dunia nyata; <i>pemahaman </i>adalah perasaan subjektif kita mengenai simbol itu; dan <i>referen </i>adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata. Padahal di samping itu, terdapat pula makna kata yang bersifat filosofi, psikolog dan logis.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraph" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 36pt;"> <span lang="SV"><br />
</span></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraph" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 36pt;"> <span lang="SV">Makna dapat pula digolongkan ke dalam: <i>makna denotatif</i> dan <i>makna konotatif. </i>Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu, makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun juga banyak yang bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif dan emosional daripada makna denotatif. Sebagai contoh, secara denotatif mobil adalah kendaraan beroda empat. Namun mobil mungkin memberi makna khusus bagi seseorang misalnya kemarahan bagi seseorang yang baru dipecat dari sebuah pabrik mobil atau kesenangan bagi seseorang yang baru membeli sebuah mobil.</span></div><span style="font-family: inherit;"> </span><br style="font-family: inherit;" /><span style="font-family: inherit;"> </span><br style="font-family: inherit;" /><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-align: justify;"> </span><span style="font-family: inherit;"> </span><br style="font-family: inherit;" /><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">NAMA SEBAGAI SIMBOL</span></b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Dimensi pertama atau fungsi pertama bahasa adalah penamaan. Nama diri-sendiri adalah simbol pertama dan utama bagi seseorang. Nama dapat melambangkan status, cita rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan pesan) atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya. Nama yang kita terima sejak lahir tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita tetapi juga mempengaruhi orang lain untuk memperlakukan kita dan terpenting mempengaruhi kita dalam mempersepsi diri-sendiri. Misalnya nama-nama di indonesia seperti Bejo, Juned, Pendul atau Samijo. Akan tetapi, tentu saja adapula kekecualiannya. Orang indonesia yang kebetulan bernama Dick (misalnya nama kecil atau panggilan dari Dicky) boleh jadi akan menjadi olok-olok kalau tinggal di Amerika atau Inggris, karena disan <i>Dick </i>itu bisa diartikan, maaf, alat kelamin pria. Nama Samijo pun akan menjadi jauh lebih keren kalau di tulis ”Sammy Joe”.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ø<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAHASA GAUL</span></b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFxo00rluq5802VC6OBBTMB9rc2utMefFhHk1lZcn3oEyT1c95jx97o1IPK4a2c-ISyeC9YNBCgHa_UvRC57-4cn-fYUqO5r2inP88FF13Xjff70ehQMzmqZ8veO4i_FpaA93JPTvxqgPy/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Orang-orang yang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume (keras atau lemahnya), dan yang pasti kosakatanya. Cara bicara dan pilihan kata ilmuan berbeda antar bahasa pejabat dan pilihan kata pedagang. Bahasa subtruktur ini disebut bahasa khusus (spesial language), bahasa gaul atau argot. Meskipun argot sebenarnya merujuk pada bahasa khas yang digunkan setiap komunitas atau subkultur apa saja (termasuk kelompok seniman), argot lebih sering merujuk pada bahasa rasia yang digukan kelompok menyimpang (deviant group), seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, kaum pelacur dan sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam suatu lingkungan sering tidak berfungsi bila digunakan dalam lingkungan lain. Penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya. <i style="color: blue;">Pertama</i> sebagai kontrabudayan dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup di lingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar. <i style="color: blue;">Kedua</i> argot berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka. <i style="color: blue;">Ketiga</i> argot berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang lain</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Kaum bahasa selebritis</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Kalangan selebritis kita pun memiliki bahasa gaul. Perhatikanlah kata-kaya yang digunakan kelompok itu</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Baronang = baru</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Cinewinek = cewek</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Pinergini = pergi</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Ninon tinon = nonton</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Ada kebutuhan diantara para pemakainya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang tidak diketahui banyak orang, terutama bila menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Bahasa gay dan bahasa waria</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> <b> </b>Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Sekelompok mahasiswa saya dari Fikom Unpad, berdasarkan penelitian mereka atas kaum gay di Bandung menemukan sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya adlah: <i>binagius, cinakinep, duta,</i> <i>kemek, linak, maharani, jinelinek, minerinangsinang, minurinah, ngondek, rumpi, seribong, tinta dll.</i></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> ·<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><b>Bahasa kaum waria</b></div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> </div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 67.5pt; text-align: justify;"> <b> </b>Sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuah komunitas banci (waria) di pekanbaru, seperti yang diperoleh sekelompok mahasiswa<b> </b>jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN (kini universitas Islam Negri = UIN) Sulthan Syarif Qasim, berdasarkan wawancara dengan seorang waria.</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Akika/ike = aku</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Bis kota = besar</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Cakra = ganteng</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Cucux = cakep/keren</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Diana = dia</div><span style="font-family: inherit;"> </span><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> -<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Duktrek = duit</div><span lang="SV" style="font-family: inherit;"> Maka inilah antara kalimat yang mungkin mereka gunakan dalam sehari-hari</span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-24236621631641765642012-06-06T20:45:00.000+07:002012-06-06T20:45:23.646+07:00Sistem Ekonomi Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Kembali lagi dengan aktifitas saya untuk menulis beberapa pembahasan tentang apa yang kita pelajari dalam dunia ini.<br />
Pembahasan saya ini akan mengorek beberapa bahasan penting dalam <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/" target="_blank">sistem ekonomi di negara kita</a>.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZrBjIv6fomgTYrkGnk6obSIjvGpnmTUemPSTzxw9vVUm2Lr_3EZgQWET__rGwkL_FzTstKXPfDI21aqZS1DJDPY4zWDBg4aCQq0JLIpNYvMbv9zCN02_32-VBpvRmPakmQ0brsbGLuMJ6/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZrBjIv6fomgTYrkGnk6obSIjvGpnmTUemPSTzxw9vVUm2Lr_3EZgQWET__rGwkL_FzTstKXPfDI21aqZS1DJDPY4zWDBg4aCQq0JLIpNYvMbv9zCN02_32-VBpvRmPakmQ0brsbGLuMJ6/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div><br />
<br />
<ul style="text-align: left;"><li><strong>Pengertian Sistem</strong></li>
</ul><br />
Sebuah system pada dasarnya adalah suatu “organisasi besar” yang menjalin hubungan berbagai subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah system dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu system social atau system kemasyarakatan,.<br />
Kehadiran subjek-subjek ( atau objek-objek ) semata belumlah cukup untuk membentuk sebuah system. Itu baru merupakan himpunan subjek, atau himpunan objek. Himpunan subjek atau himpunan objek tadi baru membentuk sebuah system jika lengkap dengan perangkap kelembagaan yang mengatur dan menjalin tentang bagaimana subjek/objek yang ada bekerja, berhubungan dan berjalan atau dijalankan. Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek ( objek ) itu berhubungan, yang mengatur hubungan subjek ( objek ) tersebut agar serasi.<br />
Keserasian hubungan antarsubjek ( antar objek ) termasuk bagian atau syarat sebuah system karena sebagai suatu “organisasi”, setiap system mempunyai tujuan tertentu. Guna membentuk dan memelihara keserasian itu maka diperlukan kaidah atau norma-norma tertentu yang harus dipatuhi oleh subjek-subjek ( objek-objek ) yang ada dalam bekerja dan berhubungan satu sama lain.<br />
Kaidah atau norma dimaksud bisa berupa aturan dan peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, untuk suatu system yang menjalin hubungan antarorang. Norma tadi biasa pula bisa berupa ketentuan-ketentuan administratif, umapamanya syarat penerimaan dan promosi dalam system kepegawaian, standar prestasi dalam system penggajian.<br />
Sebuah system bukan sekadar himpunan suatu subjek, bukan juga sekedar himpunan kaidah atau norma dan bukan pula sekadar kumpulan lembaga/badan/organisasi. System adalah jalinan semua itu, mencakup subjek ( objek ) dan perangkat kelembagaan yang membentuknya.<br />
System dapat dipilah menjadi beberapa subsistem, yakni system-sistem lebih kecil yang merupakan bagian dari dirinya. Sebaliknya, setiap system pada hakekatnya senantiasa merupakan bagian dari sebuah suprasistem, yakni sebuah system lebih besar kemana ia menginduk. Suatu system tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terkait dengan system lain.<br />
Kesadaran dapat menghindarkan kita dari perangkap kepicikan, yakni memandang sesuatu secara tegar hanya berdasarkan tinjauan sempit sebuah bidang. Sebaliknya, kesadaran demikian akan memperluas wawasan kita, yakni memandang secara arif berdasarkan pemahaman lintas bidang. System ekonomi tidaklah berdiri sendiri, ia terkait dengan system-sistem lain dalam sebuah suprasistem kehidupan social-kemasyarakatan.<strong></strong><br />
<ul style="text-align: left;"><li><strong></strong><strong><a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/search/label/Ekonomi" target="_blank">Sistem ekonomi</a> dan <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/2011/08/konsep-konsep-dasar-dari-ilmu-politik.html" target="_blank">sistem politik</a></strong></li>
</ul>Sistem ekonomi adalah suatu system yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Subuah system ekonomi terdiri atas unsur-unsur manusia sebagai subjek, barang ekonomi sebagai objek, serta seperangkat kelebagaan yang mengatur dan menjalinnya dalam kegiatan berekonomi. Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga-lembaga ekonomi ( formal ataupun non formal ), cara kerja, mekanisme hubungan, hukum dan peraturan-peraturan perekonomian, serta kaidah dan norma-norma lain ( tertulis atau tidak tertulis ).<br />
Suatu system ekonomi tidaklah berdiri sendiri. Ia berkaitan dengan falsafah, pandangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sebuah system ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam suprasistem kehidupan masyarakat.<br />
System ekonomi berkaitan erat dengan system-sistem sosial lain yang berlangsung didalam masyarakat. Kecenderungan umum bahwa system ekonomi disebuah Negara “bergandengan tangan” dengan system politik di Negara bersangkutan.<br />
System ekonomi suatu Negara dikatakan bersifat khas, sehingga bisa dibedakan dari system ekonomiyang berlaku atau diterapkan di Negara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan seperti :<br />
<ol><li>System kepemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi</li>
<li>Keleluasan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama lain dan untuk menerima imbalan atas prestasi kerjanya.</li>
<li>Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan, dan merencanakan kehidupan bisnis dan perekonomian pada umumnya.</li>
</ol><br />
<div> <ul style="text-align: left;"><li><strong></strong><strong>Kapitalisme dan sosialisme</strong> </li>
</ul>Secara garis besar, dikenal dua macam system ekonomi yang ekstrem, system ekonomi kapitalis dan system ekonomi sosialis. Dalam system ekonomi kapitalis mengakui adanya kepemilikan individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi atau faktor produksi. Tidak terdapat kekangan atau batasan bagi orang perorangan dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya.<br />
Campur tangan pemerintah atau Negara sangat minim, pemerintah berkedudukan sebagai pengamat dan pelindung perekonomian.<br />
Sistem ekonomi sosialis adalah sebaliknya. Sunber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik Negara. System ini lebih menekankan pada kebersamaan masyarakat dalam menjalan kan dan memajukan perekonomian. Imbalan yang diterimakan pada orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan. Campur tangan pemerintah sangatlah tinggi, justru pemerintahlah yang menentukan dan merencanakan tiga persoalan pokok ekonomi ( what,how, for whom )<br />
Dalam terminolgi teori mikroekonomi, system ekonomi kapitalis merupakan suatu system ekonomi yang menyandarkan diri sepenuhnya pada mekanisme pasar, mekanisme pasarlah yang akan menentukan secara efisien ketiga pokok persoalan ekonomi.<br />
Sedangkan system ekonomi sosialis adalah sebaliknya. Pasar justru harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat, oleh karena itu pemerintah turut aktif bermain dalam perekonomian. Satu hal penting untuk dicatat berkenaan dengan system ekonomi sosialis adalah bahwa system ini bukanlah system ekonomi yang tidak memandang penting peranan kapital.<br />
Diantara kedua system ekonomi tersebut terdapat sebuah system lain yaitu campuaran antar keduanya. System ekonomi campuran pada umumnya diterapkan oleh Negara-negara berkembang atau Negara-negara dunia ketiga.<br />
<br />
<ul style="text-align: left;"><li><strong></strong><strong>Persaingan terkendali</strong></li>
</ul>Iklim persaingan berekonomi dan kompetisi berbisnis di Indonesia bukanlah persaingan yang bebas lepas, melainkan persaingan yang terencana-terkendali. Dalam system ekonomi kapitalis, persaingan bersifat bebas tanlpa kendali pemeriontah. Sedangkan dalam system ekonomi sosialis, perencanaan terpusat, sehingga persaingan praktis terkendali, atau bahkan tidak ada sama sekali. Indonesia tidak demikian. Persaingan tetap/ada, akan tetapi dalam beberapa hal terkendali. Pemerintah turut bermain dalam perekonomian yaitu berperan sebagai stabilisator dan dinamisator yang dimainkan baik oleh lembaga departemen ataupun badan-badan usaha milik Negara. <br />
<ul style="text-align: left;"><li><strong></strong><strong>Kadar kapitalisme dan sosialisme</strong></li>
</ul>Unsur-unsur kapitalisme dan sosialisme jelas terkandung dalam pengorganisasian ekonomi Indonesia. Untuk melihat seberapa tebal kadar masing-masing “isme” ini mewarnai perekonomian, dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama adalah dengan pendekatan factual structural, yakni menelaah peranan pemerintah atau Negara dalam struktur perekonomian. Kedua adalah pendekatan sejarah, yakni dengan menelusuri bagaimana perekonomian bangsa diorganisasikan dari waktu ke waktu.<br />
Untuk mengukur kadar kerterlibatan pemerintah dalam perekonomian dengan pendekatan factual structural, dapat digunakan persamaan Agregat Keynesian yang berumuskan Y= C + I + G + ( X-M ). Dengan formula ini berarti produk atau pendapatan nasional dirinci menurut penggunaan atau sektor pelakunya. Kesamaan ini merupakan rumus untuk menghitung pendatan nasional dengan pendekatan pengeluaran. Variabel C melambangkan pengeluaran ( konsumsi ). Variabel I melambangkan pengeluaran investasi perusahaan. Variable G yang melambangkan konsumsi pemerintah. Adapun X dan M masing-masing melambangkan ekspor dan impor.<br />
Pengukuran kadar keterlibatan pemerintah dengan pendekatan factual struktual dapat pula dilakukan dengan mengamati peranan pemerintah secara sektoral. Maksudnya, keterlibatan pemerintah dalam mengatur sector-sektor produksi dan berbagai kegiatan bisnis, terutama dalam hal penentuan harga dan dan tata niaganya.<br />
Dengan pendekatan sejarah dapat dipelajari betapa bangsa atau masyarakat kita tidak pernah menrima pengelolaan makroekonomi yang terlalu berat ke kapitalisme ataupun sangat bias ke sosialisme.</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-19219322854699916302012-05-25T13:57:00.000+07:002012-05-25T13:57:55.188+07:00pengaruh politik etis terhadap pendidikan di indonesia Pengaruh Politik Etis Terhadap Pendidikan di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTjRHfXlRirtFRrU0AfSLk9hasowle2uLr14DdrB8pdaQU6DpjVOHEY6A" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTjRHfXlRirtFRrU0AfSLk9hasowle2uLr14DdrB8pdaQU6DpjVOHEY6A" /></a></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara yang pernah merasakan menjadi jajahan dari bangsa lain. Hal ini disebabkan indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, khususnya rempah-rempah yang pada waktu itu menjadi barang yang dibutuhkan di negara-negara Eropa. </span>Pada mulanya mereka datang ke <st1:country-region>indonesia</st1:country-region> hanya untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah, namun karena mereka melihat<st1:country-region>indonesia</st1:country-region> memiliki potensi alam yang besar yang dapat menghasilkan keuntungan maka niat mereka berubah menjadi ingin menguasai.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bangsa penjajah yang datang pertama kali adalah Portugis yang menginjakkan kakinya di tanah air, tepatnya di Maluku pada tahun 1511 kemudian akhirnya meninggalkan indonesia pada 1576, sedangkan Belanda datang pertama kali ke <st1:country-region>indonesia</st1:country-region> lewat pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis de houtman pada tahun 1595 dan meninggalkan <st1:country-region>indonesia</st1:country-region> 3,5 abad sesudahnya. <span lang="IT">Dari sela-sela pendudukan Belanda, Inggris menguasai indonesia dari tahun 1811 sampai tahun 1816. Kemudian kekuasaan kembali diserahkan ke Belanda sampai akhirnya indonesia diserahkan pada jepang tahun 1942. Hal ini disebabkan Belanda tak bisa melakukan perlawanan terhadap pasukan jepang yang datang ke indonesia dari berbagai wilayah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari mulai negara Portugis, Belanda, Inggris, dan jepang. Maka Belanda adalah negara yang paling lama pernah menjajah Indonesia. Dalam masa penjajahan yang panjang tersebut negara kita menjadi objek eksploitasi besar-besaran, baik itu yang bersifat sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Eksploitasi tersebut memberi keuntungan bagi negara Belanda dan musibah bagi negara kita. Eksploitasi tersebut seperti monopoli yang dilakukan Belanda terhadap perdagangan rempah-rempah atau hasil bumi lainnya semisal kopi. Serta eksploitasi sumber daya manusia, yang sangat menyengsarakan rakyat indonesia adalah tanam paksa atau <i>cultuur stelsel</i>, yang pada kemudian hari sistem ini menjadi penyebab lahirnya Politik Etis.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sistem culturestelsel ini di ciptakan oleh Gubernur Jendral Van den Bosch dan diterapkan selama 40 tahun, yakni dari tahun 1830 sampai 1870. sistem ini dijalankan untuk mengatasi keadaan keuangan Belanda yang memburuk sebagai akibat dari perang Belgia dan perang Diponegoro. Maka Belanda memanfaatkan pulau jawa yang memiliki potensi pertanian untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dijual di pasaran dunia. Sistem pertanian tersebut dijalankan secara paksa. Rakyat pribumi diharuskan membayar pajaknya dalam bentuk hasil yang dapat di jual sebagai ekspor. Hasil pertanian tersebut dikirim ke Belanda untuk di jual ke pasaran dunia, hal ini dilakukan untuk mendapat kesan bahwa negara Belanda adalah pusat perdagangan hasil negara tropis.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sistem ini dijalankan dengan aturan-aturan tertentu, yakni setiap desa harus menanami 1/5 dari tanahnya dengan jenis tanaman yang hasilnya dapat di ekspor dengan mendapat kebebasan bayar pajak tanah; Setiap kelebihan hasil tanaman dari jumlah pajak yang harus dibayar, dibayarkan kembali kepada desa; kegagalan panen akan menjadi tanggungan pemerintah; wajib tanam paksa dapat diganti dengan pencurahan tenaga untuk pengangkutan dan pekerjaan di pabrik.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn1" name="_ftnref1" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT"></span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Peraturan-peraturan tanam paksa dalam pelaksanaanya menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang memberatkan beban rakyat. Telah terjadi bahwa bagian yang ditanami untuk tanaman paksa melebihi dari 1/5, umpmanya sapai 1/3 atau 1/2, kadang-kadang sampai seluruh tanah desa itu. Pembayaran unuk setoran gula dibayar menurut apa yang dihasilkan pabrik dan tidak menurut jumlah tebu yang diserahkan. Banyak tenaga yang tidak dibayar. Kegagalan sering ditanggung oleh petani sendiri. Pekerjaan yang dilakukan di pabrik tiga kali lebih berat dari pekerjaan di sawah; jumlah pohon kopi diperbanyak secara sewenang-wenang, dari 250 sampai 1000, penanam kopi dikumpulkan dalam tempat konsentrasi; seringkali rakyat dipindahkan ke tempat-tempat yang jauh dari desannya; pekerjaan berat diperlukan untuk pengangkutan, mengolah hasil di pabrik, membuat jalan, saluran air dan jembatan yang kesemuanya tanpa upah.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn2" name="_ftnref2" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT"></span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada tahun 1848 terjadi kelaparan di Demak dan 1849 di Grobogan yang mengakibatkan kematian secara besar-besaran membuka mata pemerintah akan penderitaan rakyat yng diakibatkan tanam paksa.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="IT"></span><span lang="SV">G. Moedjanto (1987) menggambarkan culturestelsel seperti berikut : ” orang indonesia tetap sengsara, bahkan ada yang lebih sengsara dari pada masa VOC. Orang sunda biasa mengatakan ”orang lahir, kawin dan mati di ladang tom”. Sebagian besar rakyat indonesia tidak sempat mengurus ladangnya sendiri karena penyelewengan dalam melaksanakan cultuurestelsel, dan kesengsaraan makin bertambah besar karena adanya ”pemberian hadiah” (<i>cultuureprocenten</i>). Di antara rakyat yang tidak tahan, lari meninggalakan kampung halamannya dan mengganggu keamanan, tujuannya sama : indonesia dijadikan lembu perahan bagi Nederland”.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rakyat indonesia begitu menderita namun keadaaan ini berbeda jauh dengan Belanda yang mendapat keuntungan luar biasa dari culturestelsel ini, hingga di negaranya Belanda mampu melakukan pembangunan di segala bidang, diantaranya :<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">1)<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Melunasi hutang negara<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="FI">2)<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI">Membuat jalan-jalan kereta api dan pelabuhan-pelabuhan<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="FI">3)<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI">Membangu pusat perindustrian, antara lain Twente<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 81pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="FI">4)<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI">Lahirnya kaum modal yang kemudian justru menentang cultuurestelsel itu sendiri.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn3" name="_ftnref3" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"></span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="FI">Pada akhirnya, banyak pihak termasuk dari orang Belanda sendiri yang mengkritik sistem culturestelsel ini. Mereka menganggap culturestelsel sangat menyengsarakan rakyat indonesia. Lalu Penghapusan culturestelsel dimulai dengan adanya revolusi perekonomian di perancis pada februari 1848. Dalam revolusi ini ajaran-ajaran liberal menang sehingga banyak ide-ide liberalisme makin berkumandang, termasuk juga menggema di Nederland. Ajaran </span><span lang="IT">liberalisme menghendaki dilaksanakannya usaha-usaha bebas dan pembebasan kegiatan ekonomi dari campur tangan negara atau pemerintah. Dengan begitu liberalisme menghendaki di hapuskannya culturestelsel. Di samping golongan liberal terdapat juga golongan humanis, yang juga menghendaki dihapuskannya culturestelsel. Mereka melihat betapa menyedihkannya kehidupan rakyat indonesia karena culturestelsel itu. Di antara mereka terdapat antara lain Baron Van Hoevel, yang membela rakyat indonesia dengan pidato-pidatonya di depan DPR Nederland.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn4" name="_ftnref4" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT"> </span></span></span></a>Dan yang lainnya adalah E Douwes Dekker yang memperjuangkan hak rakyat indonesia melalui bukunya yang berjudul <i>Max Haveelar </i>atau<i> Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda. </i>Dalam buku ini beliau menceritakan secara terang-terangan betapa sengsaranya rakyat indonesia karena culturestelsel. Akhirnya Berkat golongan liberal dan golongan humanis, sedikit demi sedikit cultuurestelsel di hapuskan. Dan pada tahun 1870 cultuurestelsel benar-benar dihapuskan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="IT"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Walaupun culturestelsel dihapuskan bukan berarti rakyat indonesia mencapai taraf hidup makmur, Namun dengan penghapusan itu penderitaan rakyat indonesia hanya sedikit di kurangi. Pemerintah Belanda tetap mempertahankan keadaan masyarakat indonesia pada tingkatan ekonomi rendah. Hal ini bertujuan agar mudah mencari buruh yang murah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="IT">Politik kolonial yang bersifat mengeruk keuntungan semata ini mendapat kecaman dari berbagai pihak. Banyak kritikan muncul menanggapi sikap Belanda yang tidak memperhatikan kesejahteraan hidup rakyat pribumi. Hal ini terjadi sekitar akhir abad 19 <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn5" name="_ftnref5" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT"></span></span></span></a>. </span><span lang="SV">Salah satu kritik yang paling penting muncul dari seorang belanda yaitu C. Th. Van Deventer. Kritikannya di muat di majalah de Gids pada 1899 dengan judul <i>Een Eereschuld </i>(Debt of honour atau suatu utang Budi). Dalam karangannya itu antara lain dikemukakan bahwa kemakmuran negeri Belanda diperoleh karena kerja dan jasa orang indonesia. Karenanya Belanda berutang budi kepada rakyat Indonesia. Bangsa Belanda sebagai bangsa yang maju dan bermoral haruslah membayar utang itu dengan menyelenggarakan trias : irigasi, emigrasi, (transmigrasi) dan edukasi<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn6" name="_ftnref6" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"></span></span></span></a>. Hal ini membuat pemerintahan Belanda terbuka hatinya untuk lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat indonesia. Maka Belanda menanggapi kritik ini dengan mengemukakan gagasan pembaharuan seperti tercermin dalam pidato ratu Wilhelmina ketika naik tahta yang berjudul <i>Ethische Ritching </i>(haluan etika) atau <i>Niew Keurs </i>(haluan baru), ia berpidato dalam pembukaan parlemen Belanda bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (<i>een eerschuld</i>) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. </span>Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program<i>Trias Politika</i> yang meliputi:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.<span style="line-height: normal;"> </span>irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.<span style="line-height: normal;"> </span>emigrasi yakni mengajak penduduk untuk transmigrasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">3.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan (edukasi).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" face="lucida grande" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam pelaksanaan trias politika tersebut tak ada kesungguhan Belanda untuk benar-benar memakmurkan rakyat Indonesia. Program-program trias politika memang dijalankan, namun tetap saja ada niat lain di balik pelaksanaan program tersebut. Belanda tetap saja melakukan eksploitasi terhadap Indonesia. Jadi sebenarnya rencana pembaharuan tersebut hanya agar tidak banyak kritik yang muncul yang dapat menimbulkan perlawanan dari rakyat. Berikut contoh penyelewengan pelaksanaan trias politika:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">A.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">kemakmuran yang lumayan berarti kemampuan (daya beli) hasil industri Nederland, misalnya tekstil.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">B.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Perbaikan kesehatan berarti lebih mudah memperoleh tenaga yang sehat, perhatian yang serius terhadap penyakit menular tidak bisa dihindarkan karena penyakit menular tidak mengenal ras diskriminasi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">C.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Pengajaran yang dilaksanakan hanyalah pengajaran tingkat rendah, tujuannya ialah untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai rendahan, mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang bisa membaca. Upah mereka lebih murah daripada tenaga-tenaga kulit putih. Beberapa lama setelah dilaksanakannya ”Haluan Etika” ini dibuka juga sekolah-sekolah menengah dan kemudian semacam sekolah tinggi, tetapi bagi rakyat jelata tidak ada kemungkinan untuk dapat memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah ini karena mahalnya biaya. Lagi pula pembukaan sekolah-sekolah ini didasarkan akan kebutuhan pemerintah kolonial atau pengusaha, bukan kebutuhan pribumi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">D.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Irigasi hanya dibangun di daerah-daerah di mana ada perkebunan yang mempunyai hak utama penggunaanya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">E.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Pembangunan jalan dan kereta api berarti mempermudah pengawasan daerah pedalaman, jalan dan kereta api sangat diperlukan oleh perkebunan juga. Perlu diketahui bahwa tarif angkutan (bus dan kereta api) di masa penjajahan Belanda sangat mahal. Karena penumpang tidak pernah memberi keuntungan, keuntungan diperoleh karena angkutan barang.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">F.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Transmigrasi ke luar pulau jawa, khususnya ke sumatra, dimaksudkan untuk mempermudah pengusaha-pengusaha di luar jawa memperoleh tenaga kerja.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="SV">G.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Dalam mengatasi masalah kependudukan, berbagai negeri mengembangkan industri. Seharusnya di jawa di kembangkan juga industri itu, tetapi Belanda tidak melakukannya. Alasan resmi : Industri jawa akan mendesak kerajinan luar jawa. Tetapi sebenarnya Belanda khawatir industri di Nederland akan terdesak dan kelas buruh akan bangkit secara besar-besaran di Indonesia.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7025637290831491463&postID=2860349129781167066#_ftn7" name="_ftnref7" style="text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"></span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di bidang ekonomi, pemerintah tidak memberi perlindungan atau bantuan kepada usahawan pribumi secara sungguh-sungguh. Di bidang politik, Belanda membatasi hak pribumi untuk menduduki jabatan-jabatan yang penting. Di bidang pendidikan, pengembangannya tidak didasarkan atas kebutuhan rakyat indonesia.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: #eeeeee; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span lang="SV"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi bisa dikatakan, Belanda tidak sepenuh hati menjalankan trias politika ini karena dalam setiap pelaksanaannya selalu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Belanda.</span></span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-76161007113097947482012-05-25T13:47:00.000+07:002012-05-25T13:47:37.373+07:00Pengertian dan Definisi Wirausaha Menurut Para Ahli<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTTV7FtVV_bAObxJvXlDGtitRHm3l9Fh1YPcqNFguzDHgS8RRtWRw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTTV7FtVV_bAObxJvXlDGtitRHm3l9Fh1YPcqNFguzDHgS8RRtWRw" /></a></div><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan untung atau rugi. Oleh karena itu wirausaha perlu memiliki kesiapan mental, baik untuk menghadapi keadaan merugi maupun untung besar. Sehingga seorang wirausaha harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada diri seorang wirausaha seperti percaya diri, mempunyai banyak minat, bisa bersepakat, mempunyai ambisi, berjiwa penjelajah, suka mencoba sesuatu, dll</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Berikut ini adalah pengertian dan definisi wirausaha menurut beberapa ahli:</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># JOSEPH C. SCHUMPETER</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># RAYMOND W.Y. KAO</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah orang yang mampu menciptakan dan merancang suatu gagasan menjadi realita.</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># RICHARD CANTILLON</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># SCHUMPETER</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu)</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># SYAMSUDIN SURYANA</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.</span><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><strong style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;"># PRAWIROKUSUMO</strong><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #353535; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup</span> </div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-60099551753728803702012-05-20T12:25:00.000+07:002012-05-20T12:25:56.824+07:00Definisi Sosiologi Pendidikan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSw4TDpiPg_ecj8vjc6KIqfUSm-tjiU9vFBVKXbnKQhZzcXRQjD3Q" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSw4TDpiPg_ecj8vjc6KIqfUSm-tjiU9vFBVKXbnKQhZzcXRQjD3Q" width="176" /></a></div><span>Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.</span><br />
<div align="justify" lang="fi-FI" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span></span></div><div align="justify" lang="fi-FI" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:</span></div><ol><li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>F.G. Robbins,</b> sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.</span></div></li>
<li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>H.P. Fairchild</b> dalam bukunya ”<i>Dictionary of Sociology” </i>dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong <i>applied sociology.</i></span></div></li>
<li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>Prof</b>. <b>DR S. Nasution,M.A</b>., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.</span></div></li>
<li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>F.G Robbins dan Brown</b>, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.</span></div></li>
<li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>E.G Payne</b>, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.</span></div></li>
<li> <div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0;"><span>Menurut <b>Drs. Ary H. Gunawan</b>, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.</span></div></li>
</ol><div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0; margin-top: 0.17in;"><span>Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa <i style="color: blue;">sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.</i></span></div><div align="justify" lang="fi-FI" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0; margin-top: 0.17in;"><br />
</div><div align="justify" lang="fi-FI" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0; margin-top: 0.17in;"><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></div><div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0; margin-left: 0.39in; margin-top: 0.17in; text-indent: -0.39in;"><span>H. Gunawan, Ary. 2006. <i>Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan</i>. Jakarta: Rineka Cipta.</span></div><div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0; margin-left: 0.39in; margin-top: 0.17in; text-indent: -0.39in;"><span>Hartoto. 2008. <i>Defenisi Sosiologi Pendidikan</i>. Online (</span><span style="color: blue;"><u><span>http://www.fatamorghana. wordpress.com</span></u></span><span>, diakses 20 Maret 2008).</span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-81182064523090021882012-05-09T04:29:00.000+07:002012-05-09T04:29:22.141+07:00Definisi Ilmu Ekonomi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQUHX3uLsF3xB_PKMKnVF5tT3GMOHnY7KaV8vPUutN1CrwBd0gZJcSvmw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQUHX3uLsF3xB_PKMKnVF5tT3GMOHnY7KaV8vPUutN1CrwBd0gZJcSvmw" /></a></div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam hal ini Profesor Paul Anthony Samuelson, seorang ahli ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), telah mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari berbagai ahli lain.<br />
<b>Keenam definisi itu masing-masing adalah sebagai berikut :</b>1. Ilmu ekonomi, atau ekonomi politik (politicale conomy) adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antarmanusia<br />
2. Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produktif (tanah, tenaga kerja, barang-barang modal semisal mesin, dan pengetahuan teknik) yang langka dan terbatas jumlahnya, untuk menghasilkan berbagai barang (misalnya gandum daging, mantel, perahu layar, konser musik, jalan raya, pesawat pembom) serta mendistribusikan (membagikan) nya kepada pelbagai anggota masyarakat untuk mereka pakai/konsumsi.<br />
3. Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka seharihari, (untuk) mendapat dan menikmati kehidupan.<br />
4. Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia bertingkah pekerti untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya.<br />
5. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan.<br />
6. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang cara-cara memperbaiki masyarakat.<br />
<b><br />
Ilmu ekonomi</b><br />
Merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.<br />
<br />
<b>Lingkup Ilmu Ekonomi</b><br />
<b>a. Microeconomics</b> </span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">adalah bagian dari ilmu ekonomi yang membahas perilaku individu dalam membuat keputusan penggunaan berbagai unit ekonomi. Di sini ada perusahaan dan rumah tangga.<br />
Microeconomics is the study of individual people and businesses and the interaction of<br />
those decisions in markets.<br />
<br />
<i><span style="color: red;">Studies:</span></i><br />
• Prices and Quantities<br />
• Effects of government regulation and taxes</span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
<b>b. Macroeconom</b></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>ics </b></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menjelaskan perilaku ekonomi secara keseluruhan (economic aggregates)— akan terkait dengan income, output, employment, dan lain-lain—dalam kerangka atau skala nasional.<br />
Macroeconomics is the study of the national economy and the global economy as a whole.<br />
<br />
<i><span style="color: red;">Studies:</span></i><br />
• Average prices and total employment, income, and production<br />
• Effects of taxes, government spending, a budget deficits on total jobs and incomes<br />
• Effects of money and interest rates<br />
<br />
<b>Pembagian Ilmu Ekonomi<i> (Alferd W. Stonier dan Douglas C. Hague)</i></b><br />
<br />
<b>1. Descriptive Economics<span style="color: blue;"> <i>(ilmu ekonomi deskriptif)</i>.</span></b><br />
Di sini dikumpulkan semua kenyataan yang penting tentang pokok pembicaraan (topik)<br />
yang tertentu, artinya mendiskripsikan data-data yang menjelaskan berbagai fenomena dan kenyataan yang terjadi. misalnya: sistem pertanian di Bali, atau industri katun di India.<br />
<br />
<b>2. Economic Theory<span style="color: blue;"> (<i>ilmu ekonomi teori atau teori ekonomi atau analisis ekonomi</i>)</span>.</b><br />
<br />
Di sini kita memberikan penjelasan yang disederhanakan tentang caranya suatu sistem ekonomi bekerja dan ciri-ciri yang penting dari sistem seperti itu. Teori ekonomi dibangun dengan landasan pengamatan sebab akibat berdasarkan aksi dan reaksi yang terjadi dalam kehidupan ekonomi masyarakat.<br />
<br />
<b>3. Applied Economics<i> <span style="color: blue;">(ilmu ekonomi terapan)</span>.</i></b><br />
<br />
Di sini kita mencoba mempergunakan rangka dasar umum dan analisis yang diberikan<br />
oleh ekonomi teori untuk menerangkan sebab-sebab dan arti pentingnya kejadian-kejadian yang dilaporkan oleh para ahli ekonomi deskriptif.<br />
<br />
<b>The Method of Economics</b><br />
<br />
<b>a. Positive economics</b><br />
Positive economics studies economic behavior without making judgments. It describes what exists and how it works.<br />
<br />
<i><span style="color: red;">Ekonomi positif </span></i>adalah pendekatan ekonomi yang mempelajari berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi.<br />
<br />
<u>Ekonomi positif di bagi menjadi dua</u>, yaitu ekonomi deskriptif dan ekonomi teori.<br />
<br />
<b>b. Normative economics</b><br />
Normative economics, also called policy economics, analyzes outcomes of economic behavior, evaluates them as good or bad.<br />
<br />
Oleh beberapa ahli dari hal ini membangun yang disebut dengan politik ekonomi (political economics), salah satu cabangnya ekonomi kelembagaan. ekonomi normatif adalah pendekatan ekonomi dalam mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi, dengan mencoba memberikan penilaian baik atau buruk berdasarkan pertimbangan subjektif.<br />
<br />
<i>Adapun tiga masalah pokok dalam perekonomian</i>, yaitu :<br />
<br />
1. Jenis barang dan jasa apa yang akan diproduksi?<br />
2. Bagaimana menghasilkan barang dan jasa tersebut?<br />
3. Untuk siapa barang dan jasa tersebut dihasilkan?<br />
<br />
<b>Memecahkan Masalah Ekonomi :</b><br />
1. Barang Apa Yang Akan Diproduksi <i><span style="color: red;">(What)</span></i>: Ditentukan Oleh Hak Memilih Dalam Nilai Rupiah Yang Dimiliki Konsumen<br />
2. Bagaimana Barang Diproduksi <i><span style="color: red;">(How</span></i>): Ditentukan Oleh Persaingan Diantara Produsen<br />
3. Bagi Siapa Barang Dibuat <span style="color: red;"><i>(For Whom)</i></span>: Ditentukan Oleh Pola Permintaan Dan Penawaran Di Pasar Atas Faktor Produksi.<br />
<br />
<br />
<br />
<a href="http://www.gudangmateri.com/2010/11/definisi-ilmu-ekonomi.html"><img border="0" src="http://savepageaspdf.pdfonline.com/pdfonline/img/save_as_pdf.gif" /></a></span> </div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-45749557542175776732012-05-09T03:29:00.000+07:002012-05-09T03:29:09.016+07:00Filsafat Ilmu Pemerintahan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: left;"></div><ul style="text-align: left;"><li><strong style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px;">Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu</strong></li>
</ul><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><o:p></o:p></span><b><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /></b><span style="background-color: white; color: #333333;">Filsafat secara etimologis berarti cinta kebijaksanaan (<em>love of wisdom</em>) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM) dan kemudian diikuti oleh kaum sophist dan juga Socrates (470-399 SM). Ada juga yang berpendapat bahwa filsafat mengandung arti kegandrungan mencari hikmah kebenaran dan kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan.Dengan begitu, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan dan mendambakan pengetahuan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Menurut Mohammad Hatta, filsafat dapat meluaskan pandangan, mempertajam pikiran, serta merentangkan pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Sebab itu filsafat dapat disebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya. Filsafat meninjau dengan pertanyaan “apa itu”, “dari mana” dan “kemana”. Disini orang tidak mencari pengetahuan sebab akibat suatu masalah__seperti halnya penyelidikan ilmu__, melainkan orang mencari tahu tentang apa yang sebenarnya ada pada barang atau masalah itu, dari mana asalnya dan kemana tujuannya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Ilmu filsafat adalah ilmu yang menunjukkan bagaimana upaya manusia yang tidak pernah menyerah untuk menentukan kebenaran atau kenyataan secara kritis, mendasar dan integral. Karena itu dalam berfilsafat, proses yang dilalui adalah refleksi, kontemplasi, abstraksi, dialog, evaluasi, menuju suatu sintesis jawaban atas dasar pilihan keyakinan sendiri-sendiri, yang disana-sini tidak sama, berbeda, bahkan saling bertentangan, yang muncul dalam setiap tahap atau pun kurun waktu.</span></span><br />
<b style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</b><br />
<b style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fungsi filsafat dapat dibedakan menjadi dua</b><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, yaitu:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><ol style="text-align: left;"><li> Secara teoritis orang belajar filsafat akan menambah ilmu pengetahuan diharapkan ia akan lebih pandai, sehingga di dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi akan bertindak secara hati-hati dan bijaksana, serta dalam melakukan penyelidikan-penyelidikan lebih mendalam dan menyeluruh. Filsafat di sini berfungsi sebagai sumber, pemberi asas, metode, petunjuk, pemersatu perangka, penafsir dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.</li>
<li>Secara praktis filsafat berfungsi sebagai pendorong manusia untuk berpikir secara logis. Berpikir secara logis artinya berpikir secara teratur, runtut dan sistematis sehingga dapat menarik kesimpulan dengan benar berdasarkan hukum-hukum logika. Filsafat juga berfungsi sebagai pembangun hidup kemanusiaan, artinya manusia dengan belajar filsafat akan selalu menjaga keharmonisannya dalam hubungan antara dia dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam lingkungannya dan dengan penciptanya. Sehingga manusia akan bertindak bijaksana dan selalu mematuhi norma-norma yang ada.</li>
</ol></span></span><b style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masalah-masalah filsafat dapat digolongkan menjadi empat</b><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, yaitu:</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><br />
</span><span style="background-color: white; color: #333333;"><ol style="text-align: left;"><li>Masalah-masalah ilmu pengetahuan (epistemologi, logika, filsafat ilmu dan filsafat bahasa). </li>
<li>Masalah-masalah realitas atau eksistensi (metafisika, ontologi, kosmologi).</li>
<li>Masalah-masalah nilai (aksiologi, estetika, etika, filsafat agama), dan</li>
<li>Masalah-masalah masyarakat (filsafat sosial, ekonomi dan politik). Masalah besar filsafat adalah bagaimana caranya mepersatukan semua bagian yang berbeda-beda itu menjadi keseluruhan yang komprehensif.</li>
</ol></span><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin maju maka muncullah ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen , bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya<em> “knowledge is power</em>”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono, adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-<em>ilmu (the great mother of the sciences</em>).<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Lebih lanjut <i><u>Koento Wibisono</u></i> menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “<em>a higher level of knowledge</em>”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler, yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Filsafat ilmu adalah salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan masalah-masalah ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pun sesungguhnya dapat dibagi lagi menjadi sejumlah filsafat ilmu yang lebih khusus, seperti filsafat matematika, filsafat ilmu-ilmu fisika, filsafat biologi, filsafat linguistik, filsafat psikologi, filsafat ilmu-ilmu sosial dan filsafat ilmu-ilmu lainnya<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Koento Wibisono S. memberikan pengertian tentang filsafat ilmu (<em>Philosopy of Science, Wissenchaftlehre, Wetenschapsleer</em>) sebagai cabang dari ilmu filsafat itu sendiri. Menurtnya, kalau ilmu filsafat didefinisikan sebagai kegiatan berefleksi secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah <em>refleksi mendasar dan integral mengenai</em> <em>hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri</em>. Filsafat ilmu merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab ‘pengetahuan ilmiah’ tidak lain adalah <em>a higher level</em> dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, objek kedua cabang filsafat ini di sana-sini sering berhimpitan namun berada dalam aspek dan motif pembahasannya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Filsafat ilmu merupakan refleksi secara filsafati akan hakekat ilmu yang tidak akan mengenal titik henti dalam menuju sasaran yang hendak dicapai, yaitu kebenaran dan kenyataan. Memahami filsafat ilmu berarti memahami seluk-beluk ilmu pengetahuan hingga segi-segi dan sendi-sendinya yang paling mendasar, untuk dipahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa melalui upaya filsafat ilmu, seseorang dapat meninjau dasar dan kedalaman ilmu hingga ke hakekatnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Tujuan filsafat ilmu adalah memberikan pemahaman tentang apa dan bagaimana hakekat, sifat dan kedudukan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam cakrawala pengetahuan manusia. Di samping itu filsafat ilmu juga memperluas wawasan ilmiah sebagai kesiapan dalam menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi yang berlangsung dengan begitu cepat, spektakuler, mendasar, yang secara intensif menyentuh semua segi dan sendi kehidupan dan secara intensif merombak budaya manusia.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Filsafat ilmu dengan begitu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Lebih lanjut Koento Wibisono, mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (<em>being, sein, het zijn</em>) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo, dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dalam perkembangan filsafat ilmu juga mengarahkan pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, akan tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Pemikiran Archie J. Bahm yang dimuat dalam artikelnya: “<em>What is Science?”</em> bisa dimasukkan dalam alur perkembangan baru dalam filsafat ilmu. Uraian Bahm tentang komponen ilmu menunjukkan adanya pemahaman yang baru, bahwa ilmu pengetahuan, selalu memiliki keterkaitan dengan unsur kemanusiaan dan juga sosial. Hal ini sebenarnya merupakan upaya pendobrakan atas filsafat ilmu pengetahuan yang telah bercokol sebelumnya yakni<i> logico-positivisme</i> yang mengadopsi ajaran filsafat “Bapak Sosiologi” Auguste Comte.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Pemikiran seperti itu dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh filsafat ilmu baru seperti: Thomas S. Kuhn, Paul Feyerabend, N.R. Hanson, Robert Palter, Stephen Toulmin, dan Imre Lakatos. Satu ciri khas yang merupakan kesamaan mereka satu sama lain secara umum dan dengan begitu membedakan mereka dari filsafat ilmu yang hendak mereka dobrak adalah perhatian besar terhadap sejarah ilmu, serta peranan sejarah ilmu dalam upaya mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang sesungguhnya terjadi.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Perkembangan ilmu pengetahuan menurut Bahm mau tidak mau pada akhirnya berhadapan dengan berbagai pengaruh serta matra etis. </span></span><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><em><u>Pertama</u></em>, pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industri melalui apa yang disebut dengan ilmu terapan. Dalam diri para ilmuwan yang sedang mengembangkan ilmu pengetahuan modern dan sibuk merancang cara-cara penerapan hasil ilmu-ilmu itu.</span></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><u> <em>Kedua</em></u>, pengaruh ilmu terhadap__atau dalam__masyarakat dan peradaban. Dalam diri kebanyakan orang yang hidup dalam dunia modern, yang mau tak mau secara mendalam dipengaruhi dan dikuasai oleh hasil perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi modern.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dampak perkembangan ilmu pengetahuan pada pada perkembangan manusia dan dunianya menimbulkan semacam kecenderungan yang khas dan tak bisa dipisahkan dari suatu ilmu yang sedang maju. <em>Kecenderungan pertama</em> ialah kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan untuk maju terus tanpa henti dan tanpa batas. Setelah suatu penemuan atau suatu perumusan tercapai, ketika itu juga tampaklah kemauan dan kemungkinan untuk maju selangkah lagi, entah itu menuju dasar yang lebih dalam ataupun ke arah cakramawala yang lebih luas. <em>Kecenderungan kedua</em> ialah hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia mikro maupun makro. Semakin suatu ilmu maju, semakin keinginan itu meningkat sampai memaksa, merajalela dan bahkan membabi buta. Ilmu pengetahuan dan hasilnya menjadi tidak manusiawi lagi, justru memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Secara umum kegiatan keilmuan dan pengembangan ilmu terkait dengan dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektivitas dan pertimbangan nilai (kemanusiaan). Pertimbangan objektivitas mengharuskan ilmu pengetahuan menetapkan kebenaran sebagai landasan dan pola dasarnya. Sedang pertimbangan nilai (kemanusiaan) menunut ilmu pengetahuan untuk bekerja dengan pertimbangan pada tahap pra-ilmu dan sekaligus pasca-ilmu, artinya perlu mempertimbangkan asumsi dasar, latar belakang dan tujuan dari kegiatan tersebut.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Jika demikian, sebagai konsekuensi dari pertimbangan itu, para ilmuwan terpolarisasi menjadi dua, tak lain karena dua pertimbangan itu belum dapat berjalan seiring dan masih berat sebelah.</span></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;">Maka berdasarkan pertimbangan demikian,</span><span style="background-color: white;"><span style="color: red;"> pandangan para ilmuwan dapat dibedakan menjadi 2 golongan.</span><span style="color: #333333;"><o:p></o:p></span></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="color: blue;"><em style="background-color: white; line-height: 18px;">Pertama,</em><span style="background-color: white;"> </span></span><span style="background-color: white; color: #333333;">Para ilmuwan yang hanya menggunakan satu pertimbangan, yaitu nilai<em>kebenaran</em> dengan mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai metafisika yang lain, seperti nilai etika, kesusilaan dan kegunaannya akan sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus bebas nilai. Prinsip tentang ilmu pengetahuan yang bebas nilai akan menjadikan kebenaran sebagai satu-satunya ukuran dan segala-galnya bagi seluruh kegiatan ilmiah, termasuk penentuan tujuan bagi ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan ilmuwan yang berprinsip bahwa ilmu pengetahuan harus bebas nilai, misalnya Jacob Bronowski yang berpendapat bahwa tujuan pokok ilmu adalah mencari sesuatu yang benar tentang dunia. Aktivitas ilmu diarahkan untuk melihat kebenaran, dan hal ini dinilai dengan ukuran pembenaran fakta. Tujuan pokok ilmu bukan pada penerapan, tujuan ilmu ialah mencapai pemahaman-pemahaman terhadap sebab dan kaidah-kaidah tentang proses-proses ilmiah.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Para ilmuwan memang harus menaati ciri-ciri dan langkah-langkah dari metode ilmiahnya sehingga hasil dan tujuan yang ingin dicapainya juga tetap mencerminkan ciri-ciri pokoknya, yaitu bersifat empirik. Pada garis besarnya tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah merupakan kaidah-kaidah baru atau penyempurnaan kaidah-kaidah lama tentang dunia kealaman. Peluang untuk memasukkan pertimbangan nilai-nilai lain di luar nilai kebenaran dalam kegiatan ilmiah memang tidak dimungkinkan. Saintisme macam ini adalah bentuk matang dari positivisme modern yang dirintis oleh Aguste Comte pada abad lalu, dan lingkungan Wina pada abad kita ini. Basis epistemologisnya adalah doktrin fenomenalisme, yaitu sebuah penegasan bahwa fondasi terakhir pengetahuan adalah pengalaman inderawi, maka segala omongan mengenai sesuatu yang melampaui pengalaman adalah mustahil, misalnya diskusi etika, metafisika, dan agama tentang “Allah”, “Hakekat”, “Kebaikan”, dan seterusnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Archie J. Bahm seakan mengkhawatirkan bahwa ilmu pengetahuan telah ‘ditarik-tarik’ sehingga dilepaskan dari keterhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan dengan berdalih objektivitas. Keprihatinan itu begitu tampak, dalam setiap komponen ilmu pengetahuan versinya. Dapat dilihat bagaimana ia menempatkan secara tidak terpisahkan komponen <em>sikap ilmiah</em> dan komponen <em>pengaruh</em> <em>ilmu</em> ke dalam enam komponen utama ilmu pengetahuan. Begitu juga sampai tampak jika dilihat pada komponen pertama (<em>problem</em>), bahwa sesuatu itu akan menjadi masalah jika ada perhatian kepadanya, selanjutnya masalah itu akan menjadi masalah ilmiah jika tentangnya ada kemampuan untuk berkomunikasi sebagai sikap dan metode ilmiah. Di sini menjadi jelas bahwa ‘masalah’ itu bukan sama sekali <em>immune</em> dari unsur-unsur subjektivitas ilmuwan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="color: blue;"><em style="background-color: white; line-height: 18px;">Kedua</em><span style="background-color: white;">,</span></span><span style="background-color: white; color: #333333;"> Para ilmuwan yang memandang sangat perlu memasukkan pertimbangan nilai-nilai etika, kesusilaan dan kegunaan untuk melengkapi pertimbangan nilai kebenaran, yang akhirnya sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus terkait dengan nilai. Tidak kurang dari seorang Francis Bacon berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan. Lebih lanjut dijelaskan mengenai tujuan ilmu bahwa tujuan yang sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu adalah sumbangannya terhadap hidup manusia dengan ciptaan-ciptaan dan kekayaan baru. Sementara Daoed Joesoef berpendapat, ilmu pengetahuan memang merupakan suatu kebenaran tersendiri, tetapi otonomi ini tidak dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas. Dengan kata lain beberapa ilmuwan berpegangan pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus terkait dengan nilai. Gunar Myrdal, misalnya berpendapat bahwa ilmu ekonomi telah menjadi terlalu matematis, steril, dan tidak realistik. Objektivitas ilmiah yang secara ketat nilainya hanya dipandang sebagai mitos, karena di balik teori-teori ekonomi tersebut terdapat nilai-nilai etika. Begitu pula Bacon berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial harus mempunyai komitmen pada usaha untuk membangun dunia dan merumuskan metode-metide yang cocok untuk menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat yang mendesak.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan demikian dapat diperoleh kejelasan bahwa hanya dengan menjaga jarak antara ilmu dan ideologi, maka pertimbangan etika bagi ilmu pengetahuan menjadi mungkin untuk dilaksanakan, yakni demi kepentingan masyarakat. Dalam lingkungan budaya dan kontelasi sosial politik tertentu, pertimbangan ilmu dapat saja berubah, tetapi tidak pada sistem ilmu itu sendiri.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa filsuf, termasuk Bahm sangat menaruh perhatian terhadap pentingnya pertimbangan nilai (kemanusiaan) bagi setiap kegiatan keilmuan dan pengembangan ilmu. Penjelasannya tentang setiap komponen ilmu, menunjukkan suatu konsistensi yang sangat tinggi dalam persoalan ini. Secara lebih eksplisit, terutama tampak pada komponen <em>metode</em>, yang memasukkan <em>kesadaran akan adanya masalah</em> sebagai langkah pertama yang berbeda dengan tradisi empiris—dimana observasi data sebagai langkah pertama yang memperlakukan fakta sebagai data yang ‘kering’ dari konteks nilai apapun. Pada komponen <em>aktivitas </em>yang menyadarkan bahwa aktivitas ilmu itu, kecuali ia merupakan kegiatan individu ilmuwan tertentu, tetapi juga merupakan kegiatan yang menyangkut masyarakat banyak, artinya ia merupakan usaha para komunitas ilmiah dan pihak-pihak lainnya. Begitu pula tampak pada <em>pengaruh </em>yang menjelaskan bahwa konsekuensi ilmu pengetahuan ada dua, yaitu berupa teknologi dan peradaban. Ilmu yang demikian inilah yang merupakan pengetahuan yang sebenarnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Memang harus diakui, perlu ada pembatasan, pada saat mana ilmu bebas nilai dan saat bagaimana terkait nilai. Pengembangan ilmu pengetahuan memerlukan dua pertimbangan, yaitu pertimbangan dari segi ilmu yang statis dan segi ilmu yang dinamis. Segi statis ilmu adalah ciri sistem yang tercermin dalam metode ilmiah, sedangkan segi dinamisnya adalah semacam pedoman, asas-asas yang perlu diperhatikan oleh para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya. Metode ilmiah merupakan landasan tetap yang menjadi kerangka pokok atau pola dasarnya, sedangkan pertimbangan nilai-nilai menjadi latar belakang kegiatan ilmiah merupakan segi pertimbangan metafisika. Pertimbangan metafisika tersebut selain meliputi nilai kebenaran yang menjadi ukuran pokok dan bersifat tetap bagi ilmu pengetahuan, juga meliputi nilai kebaikan dan nilai keindahan kejiwaan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah mapan dan tanpa mengandung persoalan. Perbedaan pandangan antara ‘tradisi’ empiris (Inggris) dan pragmatis (Amerika), membawa konsekuensi cukup besar terhadap ‘konstruksi’ suatu ilmu pengetahuan. Konsepsi tersebut dapat berbeda atau malah berlawanan dengan para ilmuwan yang lain, gejala yang oleh Thomas Kuhn dikatakan sebagai ‘anomali’ ilmu pengetahuan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan pegangan filsafat ilmu, para ilmuwan, akan mampu lebih mendalami bidang ilmunya sendiri. Begitu pula, para analis budaya akan jauh lebih memiliki kepercayaan diri akan pengetahuannya mengenai kajian budaya apabila filsafat ilmu yang terkait dengan kajian budaya itu sendiri dikuasainya secara baik dan benar. Lebih-lebih mereka yang sedang berada dalam tingkat pendidikan pasca sarjana. Penguasaan bidang ini menjadi makin penting karena pemegang atribut gelar magister dan doktor sudah pasti diyakini sebagai orang yang ahli dalam bidang yang dipelajarinya. Itulah sebabnya, tidak ada alasan bagi mahasiswa program pasca sarjana__apa pun bidang ilmu yang ditempuh__untuk tidak mempelajari filsafat ilmu. Hal ini berarti, sangat tepat apabila setiap program pendidikan pasca sarjana memasukkan mata kuliah filsafat ilmu ke dalam kurikulumnya untuk mengetahui hakekat ilmu, posisi ilmu dalam cakrawala pengetahuan manusia, serta peran ilmu bagi eksistensi manusia.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Kontekstualisasi filsafat ilmu dengan kondisi aktual yang sedang kita alami dewasa ini juga menjadi semakin dirasakan urgensinya. Hal itu seiring dengan perkembangan masyarakat yang sedang mengalami dekadensi dalam berbagai bidang kehidupan. Tokoh humanis dengan alat perjuangan: <em>ahimsa, satyagraha dan swadeshi</em>di Negeri Bharatawarsa-India, Mohandas K. Gandhi pernah melukiskan kondisi tersebut sebagai: “<em>politics without principle, wealth without work, commerce without morality, pleasure without conscience, education without character, science without humanity, and worship without sacrifice</em>”.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan demikian sebagai “ilmunya ilmu pengetahuan” dan juga sebagai “ibu/ induknya ilmu pengetahuan”, filsafat ilmu merupakan dasar dan arah setiap bidang ilmu. Setiap bidang ilmu harus senantiasa bertumpu pada filsafat ilmu, sebab kalau tidak, ia tidak akan punya dasar atau landasan yang kokoh dan bahkan akan kehilangan arah terutama dalam pengembangan keilmuan selanjutnya. Koento Wibisono Siswomihardjo menegaskan bahwa bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang-tiang penyangga eksistensi ilmu pengetahuan, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Jujun S. Suriasumantri juga menyatakan secara substansial tiap jenis pengetahuan (knowledge) dibatasi dan dicirikan oleh hakekat apa yang dikaji, atau apa yang dicoba diketahuinya (“ontologi”), cara mendapatkan pengetahuan yang benar, atau bagaimana cara memeroses tubuh pengetahuan yang disusunnya (“epistemologi”) serta nilai kegunaan ilmu, atau nilai-nilai mana yang terkait dengan keberadaannya (“aksiologi”).</span></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333;" /><ul style="text-align: left;"><li><strong style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;">Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi</strong></li>
</ul></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><o:p></o:p></span><b><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /></b><span style="background-color: white; color: #333333;">Ontologi ilmu meliputi apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (<em>being, sein, het zijn</em>). Faham <em>monisme</em>yang terpecah menjadi <em>idealisme </em>dan<em> spiritualisme, materilaisme, dualisme, pluralisme</em>dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan “keyakinan” kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) “ada” sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Ontologi meliputi tiga segi ilmu, yaitu menurut prioritasnya, menurut nivo pemikirannya dan menurut objeknya. Dalam kaitan ini, ketiga sebutan, yaitu: ‘filsafat pertama’, ‘metafisika umum’, dan ‘ontologi’ dapat dipergunakan <em>indiscrimination</em> (tanpa dibedakan), kecuali sejauh ingin ditunjukkan dengan tepat salah satu segi tertentu.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Epistemologi, atau filsafat pengetahuan, adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat atau skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tatacara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dnegan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (<em>verstand</em>), akal budi (<em>vernunft</em>), pengalaman, atau kombinasi antara akal, pengalaman, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi, sehingga dikenal adanya model-model epistemologi seperti: <em>rasionalisme, empirisisme, kritisme </em>atau<em> rasionalisme kritis, positivisme, </em>dan<em>fenomenologi</em> dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seperti <em>teori koherensi, korespondensi, pragmatis, teori intersubjektif </em>dan<em>hermenetics</em>.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Aksiologi meliputi nilai-nilai (<em>values</em>) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu <em>conditio sine quanon</em> yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Aksiologi mencakup nilai-nilai sebagaimana etika dan moral yang secara emperatif menjadi dasar dan arah pengalian, penelitian dan penerapan ilmu.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dengan kata lain, ontologi membahas “apa” (<em>what</em>), epistemologi membahas “bagaimana” (<em>how</em>), dan aksiologi membahas “mengapa” (<em>why</em>). Apabila dihubungkan dengan konsep Bahm dalam artikelnya “What is ‘Science’ ?” maka ontologi dari ilmu adalah <em>problems</em>, epistemologinya adalah <em>methods</em>, dan aksiologinya adalah <em>attitudes</em>. Bagan 1 berikut menunjukkan bahwa filsafat ilmu memang terdiri atas tiang-tiang penyangga, yang telah diuraikan sebelumnya, yakni: ontologi, epistemologi dan aksiologi, yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan “apa” (<em>what</em>), “bagaimana” (<em>how</em>), dan “mengapa” (<em>why</em>).</span></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333;" /><ul style="text-align: left;"><li><strong style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;">Politik dalam Perspektif Filsafat Ilmu dan Kajian Budaya</strong></li>
</ul></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><o:p></o:p></span><b><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /></b><span style="background-color: white; color: #333333;">Politik sesungguhnya sangat dekat dengan kajian budaya, bahkan bisa jadi lebih dekat ketimbang dengan ilmu politik sendiri. Sejarah perkembangan kajian budaya adalah sejarah perlawanan terhadap dominasi kekuasaan sebuah tradisi ilmu pengetahuan. Kajian budaya muncul dari pemikiran sekelompok orang yang meyakini bahwa bangun teori adalah sebuah praktek politik sehari hari-manusia . Ilmu pengetahuan bagi kajian budaya selanjutnya adalah sesuatu yang tidak netral, objektif, melainkan sesuatu yang berhubungan dengan posisi tempat seseorang berbicara, kepada siapa sasaran pembicaraannya dan situasi tertentu yang melingkari.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Politik yang dirujuk oleh kajian budaya bukan politik sebagaimana yang dipelajari dalam ilmu politik. Operasi kekuasaan dalam ilmu politik telah tergumpal dalam persoalan mencapai sistem demokrasi yang ideal. Impian menuju demokrasi mewujud dalam kajian tentang aktor-aktor politik (lembaga dan atau individu), kualitas lembaga kepresidenan,lembaga perwakilan, partai politik, atau kualitas warganegara seperti elit dan warganegara biasa. Atau juga dalam bentuk kajian tentang produk-produk kebijakan, dan lain-lain. Kekuasaan telah tersistematisasi dalam wilayah-wilayah yang sangat definitif.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Selanjutnya, pendukung penting bagi keberhasilan demokrasi adalah sebuah kebudayaan politik, satu kajian khusus dalam ilmu politik. Kebudayaan bermakna sebagai orientasi, nilai dan seperangkat kepercayaan tertentu yang dimiliki oleh warganegara. Dari sini tampak jelas bahwa kebudayaan bagi ilmu politik adalah suatu produk jadi, <em>given</em>. <em>Political culture</em> sebagai sebuah fokus kajian makin kukuh setelah dua ilmuwan terkenal dari Universitas Chicago melakukan penelitian di lima negara (Amerika, Inggris, Jerman, Italia dan Meksiko). Karya yang terbit pada 1960-an dengan judul <em>The Civic Culture</em> sampai sekarang masih menjadi rujuan utama pembahasan kebudayaan politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Politiknya kajian budaya sama sekali berbeda dengan ilmu politik <em>mainstream</em> ini. Kajian budaya justru ingin menelusuri bagaimana sebuah nilai dan orientasi terbentuk, operasi kekuasaan seperti apa yang berlangsung, dalam situasi apa pula ia berlangsung dengan proses hegemoni atau dominasi, atau bahkan koersi dalam proses produksi nilai tersebut, pengetahuan seperti apa yang menopang atau tidak menopangnya, dan seterusnya. Politik dan budaya menjadi hancur-lebur batasnya dalam kajian budaya. Suatu hal yang justru dipertahankan dalam ilmu politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Karakteristik ilmu politik <em>mainstream</em> yang demikian tidak bisa dlepaskan dari sejarah perkembangan disiplin sebelum perang dunia II]. Periode itu merupakan masa pembentukan identitas politik sebagai sebuah disiplin keilmuan. Sebagai ilmu yang lahir di tengah-tengah dominasi ilmu alam, pertanyaan bernada gugatan yang meragukan eksistensi keilmuan sangat mengganggu dan menggelisahkan. Semangat zaman yang serba naturalis kala itu menjadi dasar interogasi disiplin ini terhadap keilmuan lainnya. Ilmu politik dalam pandangan tradisi tersebut, khususnya dari kalangan ilmuwan sosial kala itu, dianggap bukanlah ilmu yang sebenar-benarnya dengan alasan tiadanya <em>subject matters</em> yang jelas. Ilmu politik hanya memakai disiplin ilmu lain untuk menjelaskan fenomena kekuasaan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Respons para pengusung ilmu politik kala itu adalah mengikuti logika keilmiahan saat itu. Jadilah politik sebuah ilmu dengan meminjam tradisi positivistik dalam melihat fenomena politik sekaligus untuk membedakan dirinya dengan periode sebelumnya yang dianggap terlalu di atas langit, yang melihat politik sebagai idealisme-idealisme kosong. Semua fenomena dikuantifikasikan, terukur dan karenanya terprediksi semua kemungkinannya, khususnya terhadap perilaku individu. Tradisi ini dikenal sebagai tradisi behavioralis, atau dikenal juga sebagai mazhab Chicago, tempat kajian dilakukan. Berbagai kritik terhadap tradisi ini muncul silih berganti. Kritik ini direspons dengan terus memperbaiki perangkat metode tanpa melepaskan dasar keinginan menjadikan ilmu politik sebagai ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Kritik terhadap cara pandang ilmuwan politik yang melihat seperangkat nilai hanya sebatas produk adalah Antonio Gramsci. Lewat konsepsi hegemoni, Gramsci sesungguhnya ingin mengatakan bahwa ada operasi kekuasaan yang berlangsung baik dalam proses maupun produk sebuah kebudayaan politik, karenanya membatasi kajian politik hanya sebatas pada produk akhir sangat mereduksi kompleksitas fenomena politik. Kritik Gramsci dan ilmuwan politik di kampus-kampus di Amerika sendiri mulai menimbulkan wacana-wacana tandingan dalam bidang ini.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Sampai saat ini kajian politik di Indonesia masih didominasi oleh tradisi behavioralis/ logico-positivisme. Hal ini bisa dipahami dengan melihat kenyataan puluhan mahasiswa yang belajar di universitas-universitas bertradisi behavioralis di Amerika membawa pulang <em>main set</em> behavioralis setidaknya dalam tesis atau disertasi mereka. Akhirnya studi ilmu politik di kampus-kampus utama di Indonesia terwarnai habis-habisan oleh tradisi ini sampai sekarang. Kurikulum-kurikulum jurusan ilmu politik masih dalam makna politik dalam kerangka klasik untuk tidak menyebutnya kuno.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Kenyataan ini tidak bisa dipisahkan dari target pendidikan untuk mahasiswa strata satu di negeri ini. Target bahwa mahasiswa dapat berpikir logis dan fokus pada bidang yang dikajinya membuat peluang melakukan perkawinan-perkawinan antara berbagai pendekatan menjadi sangat minim. Kajian budaya dengan sendirinya keluar dari peluang pilihan. Tujuan pendidikan seperti itu sesungguhnya telah merugikan kemajuan ilmu politik di Indonesia hampir separuh abad. Perkembangan studi disiplin yang sama tidak bisa begitu saja direspons di dalam negeri sendiri, termasuk perkembangan fenomena politik yang sangat pesat ditandai dengan kemunculan studi-studi seperti feminimisme. Fenomena politik kontemporer ini bukan tidak dialami di negeri ini. Perselisihan di daerah berbasis etnis dan mewujud dalam gerakan etnonasionalisme berlangsung cukup merata di tanah air. Dan sangat tidak memadai menjelaskan hal ini dari tradisi behavioralis, mengingat kompleksnya persoalan ini karena menyangkut pula asal-usul sosial.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Pada saat yang sama karya monumental rezim Orde Baru yang otoritarian selama lebih dari 30 tahun telah tidak hanya membatasi partisipasi warga negara melainkan juga membelasuknya kekuasaan ke dalam ruang-ruang yang tak terbayangkan sebelumnya. Politik masuk ke tempat tidur karena program Keluarga Berencana yang mewajibkan berapa banyak anak yang boleh dimiliki oleh pasangan suami istri. Politik masuk dapur dan menggelisahkan ibu-ibu muslim karena label halal sebuah produk bumbu masak diragukan keabsahannya, akibat inkonsistensi dalam lembaga sertifikasi produk halal. Fenomena keseharian seperti itu sekali lagi tidak memadai kalau masih mau dilihat dengan cara yang lama.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Kalau yang berlangsung di kampus sedemikian tertinggalnya, kajian ilmu politik lebih berwarna-warni di luar kampus. Karya-karya ahli Indonesia di luar negeri sejak lama telah melepaskan diri dari landasan-landasan lama. Salah satunya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh oleh Lembaga Studi Realino (LSR), yang dibukukan dalam seri penerbitannya. Karya-karya LSR menulis fenomena politik dengan cara yang segar dan cukup kontributif meramaikan wacana. Salah satu buku tersebut bermaksud menggugat peran dwi fungsi ABRI, sama dengan banyaknya karya penelitian lembaga penelitian nomor satu di Indonesia yakni LIPI. Cara kajian ini sangat khas, ia memanfaatkan kajian semiotika yang menarik dan jelas basis argumentasinya. Porsi sebagian besar perhatian tidak diberikan pada ABRI sebagai lembaga an sich yang sama kuatnya dengan negara Orde Baru, tapi pada pelacakan masyarakat melihat hal ini. Pada bagaimana siasat massa rakyat terhadap dominasi ini.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Studi politik Indonesia yang didominasi oleh kajian-kajian klasik politik tidak bisa dilepaskan dari hiruk-pikuk politik nasional. Jauh lebih menantang dan laku sebagai komoditas untuk menebak-nebak susunan kabinet Gotong Royong Megawati ketimbang mengurusi bagaimana siasat massa rakyat NU dalam menerima kekalahan Abdurrahman Wahid yang telah mereka anggap sebagai wakil Tuhan di dunia.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dalam keterbatasan ini ilmu politik dapat bertemu dengan kajian budaya. Ilmu politik di Indonesia perlu insyaf dengan melebarkan makna kekuasaan di luar pagar-pagar format kelembagaan. Di sisi lain kajian budaya bisa lebih berdamai akan keperluan praktis studi politik atas keperluan perangkat kerja yang terinci. Bukan demi mereproduksi gaya berpikir positivistik, melainkan demi mengikuti semangat kehati-hatian tradisi ini yang telah teruji. Dan tentu saja demi membuka selebar-lebarnya ruang pluralitas dalam pendekatan ilmu politik di negeri sendiri.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Keterkaitan politik dan kajian budaya tersebut dengan sendirinya juga memerlukan pemahaman hakekat masing-masing ilmu dan kajian tersebut. Poespoprodjo, menyatakan dengan filsafat ilmu akan dapat dipahami perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Hal itu berarti, dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas <em>in conreto</em> sedemikian rupa, sehingga seorang ilmuwan politik dan pengkaji budaya dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.</span></span></div><div><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;"><o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333;" /><ul style="text-align: left;"><li><strong style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;">Pemerintahan dalam Perspektif Filsafat Ilmu</strong></li>
</ul></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;">Sebagai sebuah ilmu yang multidimensional, pemerintahan__sebagaimana halnya politik__juga masih menyimpan aneka problema, terutama dalam upaya penentuan ontologis, epistemologis dan aksiologis keilmuannya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dari aspek ontologis ilmu pemerintahan, baik menyangkut definisi maupun objek material dan formal, belum dijumpai adanya kesepahaman. Meskipun demikian ada beberapa titik persamaan mendasar di kalangan ilmuwan pemerintahan, yaitu:<em>Pertama</em>, bahwa ilmu pemerintahan itu ada dan sedang berkembang ke arah kemandirian. <em>Kedua</em>, adanya berbagai paradigma pemerintahan merupakan tanda bahwa ilmu pemerintahan bersifat teoritik konseptual dan tidak semata-mata praktis profesional. Dengan demikian, pemerintahan bukanlah semata-mata keterampilan belaka.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Realitas yang ada sampai saat ini mengisyaratkan bahwa perkembangan ilmu pemerintahan di tanah air masih dalam proses pemantapan posisinya di dalam keluarga besar ilmu-ilmu sosial. Tidak seperti ilmu-ilmu sosial yang lebih dulu berkembang, seperti psikologi, ekonomi dan sosiologi, pemerintahan masih butuh waktu panjang untuk bisa memantapkan dirinya menjadi “normal science” dalam terminologi Thomas Kuhn.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Ilmu pemerintahan disamping perlu mengembangkan konsep-konsep metodologi dan teori yang membedakannya dari cabang-cabang ilmu sosial lainnya, juga ditantang agar secara intensif menggarap berbagai unsur yang relevan dari ilmu-ilmu sosial untuk memperkaya bidang kajiannya. Munculnya istilah-istilah seperti: <em>system analysis, check and balances, boundary maintenance, demand and support, input-output, black box, factor analysis, unit of analysis</em> dan sejumlah istilah-istilah lainnya bisa jadi adalah manifestasi absorpsi oleh ilmu pemerintahan, di samping tentunya karena dampak behavioralisme.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dari perspektif ini terlihat bahwa ilmu pemerintahan bisa dikategorikan sebagai suatu disiplin yang bersifat <em>general </em>atau multidimensional. Kenyataan ini menjadi sangat paralel dengan <em>mainstream</em> kajian budaya yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Kesamaan mainsteram ini terutama tampak dalam <em>focus of interest</em> ilmu pemerintahan, yang setidak-tidaknya juga harus mencakup dimensi-dimensi filsafat, hukum, politik, sosiologi, administrasi, sejarah, kebudayaan, ekonomi, kepemimpinan dan tentu kajian budaya sendiri. Penjabaran ke dalam dimensi-dimensi keilmuan yang merupakan inti dari kajian ilmu pemerintahan ke dalam kurikulum pengajaran, akan menghasilkan subjek-subjek pokok yang berkenaan dengan: Pengantar Ilmu Pemerintahan, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Filsafat Pemerintahan, Hukum Tata Pemerintahan, Politik Pemerintahan, Sosiologi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan, Sejarah Pemerintahan, Budaya Pemerintahan, Kepemimpinan dalam Pemerintahan dan Kajian budaya Pemerintahan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Luasnya dimensi-dimensi yang tercakup dalam disiplin ilmu ini akhirnya banyak menimbulkan masalah kefilsafatilmuan, khususnya dalam upaya penentuan epistemologis dan aksiologisnya. Persoalan pertama berkaitan dengan penentuan batas-batas ilmu pemerintahan (termasuk fokus dan lokusnya). Sedangkan persoalan kedua lebih mengarah pada nilai guna atau segi kemanfatan keilmuan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Fungsi ilmu setidaknya ada tiga, yaitu mendeskripsi, memprediksi serta mengatur gejala alam/ sosial. Supaya ketiga fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan metode yang tepat dan valid. Ada tiga metode keilmuan yang biasanya dipergunakan dalam khasanah perkembangan ilmu penegtahuan, yaitu metode rasional, metode empirik dan metode gabungan. Metode ilmu sangat bergantung pada objek material dan formal dari ilmu yang bersangkutan. Objek material ilmu pemerintahan adalah negara, sama seperti objek material ilmu politik atau ilmu administrasi negara. Sedangkan objek formal ilmu pemerintahan sampai dengan saat ini masih menjadi perbincangan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dalam laporan Temu Ilmiah Pengkajian Ilmu Pemerintahan (1985) dikemukakan beberapa pandangan mengenai objek formal ilmu pemerintahan. Soemendar Soerjosoedarmo berpendapat bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan kenegaraan dalam rangka memenuhi kepentingan masyarakat secara menyeluruh. Sedangkan Syafiie menyatakan bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam hubungan Pusat dan Daerah antar lembaga serta antara yang memerintah dengan yang diperintah.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Namun, jauh sebelum itu, Mariun sudah menyatakan bahwa pemerintahan menunjuk kepada kegiatan atau fungsi-fungsi negara. Pemerintahan dalam arti luas menunjuk kepada segala kegiatan yang dilakukan oleh badan-badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sedangkan dalam arti sempit, pemerintahan menunjuk hanya kepada kegiatan eksekutif semata.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dari bagan di atas, terlihat bahwa pemerintahan dalam arti luas adalah keseluruhan kegiatan lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemerintahan dalam arti sempit hanya menunjuk kepada kegiatan eksekutif, dalam hal ini kegiatan presiden dan para menterinya. Dari bagan itu juga dapat dipahami bahwa sumber kegiatan presiden adalah program yang dibuat dalam kampanye, atau dalam sistem terdahulu GBHN yang merupakan cerminan dari aspirasi rakyat yang disampaikan melalui partai politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Tidak seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, sampai dengan dekade 1990-an, ilmu pemerintahan di Indonesia masih mengalami krisis epistemologis dan identitas. Namun begitu, sebagai satu solusi awal dari problema ini diajukan konstatasi bahwa objek formal dari ilmu pemerintahan adalah pemerintahan suatu negara. Pemerintahan hanya merupakan satu “field” atau bagian dari ilmu politik, seperti halnya ilmu administrasi negara, hubungan internasional dan yang lainnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Kenyataan ini tentu berbeda jauh dengan situasi sejak awal perkembangan ilmu pemerintahan di UGM yang sangat dipengaruhi oleh Mazhab Continental yang menyatakan bahwa ilmu pemerintahan berhubungan dengan: <em>pertama</em>, kegiatan yang menyangkut politik pengambilan keputusan dalam negara (<em>the politics of policy making</em>). <em>Kedua</em>, pelaksanaan dari kebijakan itu sendiri (<em>policy execution</em>). Dengan kata lain, ilmu pemerintahan diidentikkan dengan ilmu politik. Pandangan ini sudah tentu tidak sesuai dengan realitas, karena ilmu pemerintahan hanyalah salah satu jurusan (<em>field</em>) yang dikembangkan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dari pemahaman posisi itu, sasaran utama dan objek formal dari ilmu pemerintahan dengan sendirinya adalah pemerintahan Indonesia dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Dalam studi pemerintahan bisa dibahas masalah eksekutif, baik pada tingkat “presidency” maupun pada tingkat lokal. Demikian juga bisa dikaji persoalan “legislatures” terutama yang berkaitan dengan sejarah,kedudukan, fungsi serta peranan lembaga tersebut. Pemahaman terhadap lembaga MA, MPR, TNI, masalah kepartaian dan pemilu, perilaku politik, sosialisasi politik, politik pembuatan kebijakan, analisis dan implementasi serta evaluasi kebijakan yang ditempuh. Jadi, ruang lingkup ilmu pemerintahan adalah “hubungan antara pemerintah dan rakyat dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama”.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dari berbagai pendapat serta pandangan sebagaimana diungkapkan di atas masih terlihat bahwa belum ada kesamaan pendapat mengenai objek formal ilmu pemerintahan yang memang sangat luas bidang cakupannya. Masalah ini tentu saja pada taraf tertentu akan mempengaruhi tidak saja proses pembuatan silabi dan kurikulum untuk pengajaran ilmu tersebut, tetapi juga perkembangan keilmuan secara keseluruhan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Berkaitan dengan aksiologi atau nilai gunanya, ilmu pemerintahan memiliki nilai guna/ fungsi ganda yakni fungsi akademik (penemuan dan pengambangan keilmuan) dan fungsi non-akademik. Penerapan <em>fungsi yang pertama</em> telah dimulai sejak akhir tahun 1940-an bersamaan dengan mulai diterapkannya pola UGM dalam pengajaran ilmu sosial dan politik. Pola UGM berbeda dengan pola UI. Pertama, studi hubungan internasional dislenggarakan oleh satu jurusan yang dinamakan Jurusan Hubungan Internasional yang merupakan salah satu dari enam jurusan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Pola UGM mempunyai jurusan Ilmu Pemerintahan yang sedikit berbeda dengan sub-departemen Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Pola UI. Perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa Jurusan Ilmu Pemerintahan juga menawarkan beberapa mata kuliah yang erat kaitannya dengan Ilmu Administrasi. Beberapa diantaranya adalah Teori Organisasi dan Manajemen Pemerintahan, Kebijakan Pemerintah, Analisis Kebijakan Pemerintah. Mata kuliah-mata kuliah seperti itu tidak ditawarkan oleh Departemen Ilmu Politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Masuknya beberapa mata kuliah yang biasanya disajikan oleh Jurusan Administrasi dalam pola UGM dapat dimengerti jika disadari tujuan sebenarnya dari pendirian jurusan Ilmu Pemerintahan pada awalnya yakni menghasilkan para pegawai negeri, pejabat urusan luar negeri dan penerangan yang sangat dibutuhkan pada periode awal awal kemerdekaan. Pola UGM itu selanjutnya diikuti oleh beberapa universitas di Jawa maupun luar di Jawa. Nama “ilmu politik” tidak digunakan baik untuk nama jurusan ataupun bagiannya. Begitu pula mata kuliah-mata kuliah Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Jurusan Hubungan Internasional tidak mempunyai hubungan yang sangat erat, walaupun kenyataannya bahwa keduanya dapat digolongkan sebagai bidang (<em>field</em>) ilmu politik.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Data terakhir menunjukkan adanya upaya mengembangkan ilmu pemerintahan, baik melalui jalur akademik maupun jalur profesional. Jalur pertama dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga ilmuwan pada jenjang S1, S2, atau S3 dari universtas-universitas. Sedangkan jalur kedua dipersiapkan untuk menelorkan tenaga-tenaga profesional dari akademi dari Institut Ilmu Pemerintahan (sekarang Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Dengan demikian, dari fungsi akademik ilmu pemerintahan secara pelan tapi pasti akan bisa mengejar ketertinggalannya dari pesatnya pengembangan keilmuan dari ilmu-ilmu sosial yang lain.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Penerapan <em>fungsi kedua</em>, fungsi non-akademik bisa dilakukan dengan secara bersama-sama menanamkan nilai-nilai yang menyangkut kehidupan kenegaraan di Indonesia, seperti nilai demokrasi, nasionalisme dan nilai-nilai yang akan membuat insan anak didik mempunyai kapasitas dalam kemampuan politik yang lebih baik dari kebanyakan warga lainnya. Nilai demokrasi, misalnya merupakan sesuatu yang sangat utama dalam kehidupan kenegaraan dan pemerintahan. Seseorang yang mengajarkan dan mengembangkan ilmu pemerintahan, dengan demikian dituntut di samping memiliki jiwa dan semangat demokrasi juga harus bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu tujuan penting ilmu pemerintahan__disamping tujuan pengembangan keilmuannya__juga menyangkut “civic mission” dari ilmu pemerintahan itu sendiri.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Apabila dalam dua dekade lalu, kajian pemerintahan masih memahami negara sebagai “wilayah dengan batas kedaulatan tertentu yang berhadapan dengan wilayah lain”, maka sekarang pemahaman negara sebagai “satu entitas yang bisa memiliki kepentingan yang berbeda-beda dengan warganya “ mulai mengedepan. Pergeseran pemahaman ini bersamaan dengan munculnya kajian tentang <em>daily politics</em>, seperti<em>governance</em>, interdependensi, <em>trust, capacity building, deliberation</em> bersandingan dengan kosa kata klasik ilmu ini seperti “negara”, “pemilu”, “pemerintah”, “otoritas”, “legitimasi”, “kedaulatan”, dan lain-lain]. Kemunculan kosa kata dan kajian baru ini kemudian dilembagakan dalam studi-studi kontemporer yang menjadi varian baru ilmu pemerintahan secara umum dan kajian demokrasi pada khususnya.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Konsep <em>good governance</em> misalnya, menjadi begitu populer seiring penggunaan istilah ini oleh badan-badan donor internasional, yang sekarang diakui sebagai “manifesto politik” baru. Bank Dunia misalnya sangat percaya bahwa di negara-negara Dunia Ketiga, perilaku perburuan <em>rente</em> maupun korupsi kalangan elite justru dibanjiri oleh aliran utang luar negeri, yang menyebabkan memburuknya efektivitas pemerintahan. Analisis Bank Dunia menekankan pentingnya program <em>good governance</em>, yang di dalamnya mencakup kebutuhan akan kepastian hukum, pers yang bebas, penghormatan pada HAM, dan keterlibatan warga negara dalam organisasi-oragnisasi sukarela. Program <em>good governance </em>itu memusatkan perhatian pada reduksi besaran organisasi birokrasi pemerintah; privatisasi badan-badan milik negara; dan perbaikan administrasi bantuan keuangan.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Selanjutnya UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik <em>good governance</em>, seperti: adanya partisipasi, transparansi, akuntabel, efektif dan efisien. Selain itu mengembangkan kepastian hukum (<em>rule of law</em>), responsif, <em>consensus oriented</em>, serta<em>equity and inclusiveness</em>. Karakteristik ini bisa ditambah lagi dengan yang diberikan oleh lembaga-lembaga lain yang berkompeten.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Namun relevansi pemaknaan <em>good governance</em> di Indonesia<em>, </em>sebagaimana diakui Pratikno(2004) cenderung <em>ultraliberal</em> dengan mendegradasi peran negara secara signifikan dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Mengatasi hal itu paling tidak diperlukan peran dan kapasitas negara yang tepat untuk menjamin kesempatan yang setara, relasi yang berkeadilan, serta demokratis. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan <em>democratic gavernance</em>. Penerapan <em>democratic governance</em> diharapkan akan lebih mampu mengisi ruang-ruang kelemahan<em> good governance</em> sebelumnya dengan tidak hanya mengharap inisiatif aktor negara, melainkan juga mampu meningkatkan inisiatif publik dan terwujudnya partisipasi pada proses transisi demokrasi di Indonesia. <o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Dalam proses perkembangan kajian budaya politik/ pemerintahan yang pesat seperti itu, filsafat ilmu dengan komponen-komponen yang menjadi tiang-tiang penyangga eksistensi ilmu pengetahuan, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, akan dapat mengarahkan pada strategi pengembangan kajian budaya politik dan pemerintahan seperti tersebut di atas. Strategi tersebut tidak hanya menyangkut <em>etik</em> dan <em>heuristik</em>, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan kajian budaya politik/ pemerintahan, akan tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia.<o:p></o:p></span><br style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; color: #333333;">Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari kajian budaya politik/ pemerintahan, bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lainnya. Pada setiap perenungan yang mendasar tersebut, mau tidak mau akan mengantarkan kembali Sang ‘Anak’ kajian budaya politik/ pemerintahan untuk kembali menemui Sang ‘Ibu’ filsafat guna menanyakan berbagai hal mendasar agar mampu melaksanakan dan mengembangkan kaidah-kaidah keilmuannya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan.</span></span> </div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-32196310338091767392012-04-23T11:05:00.001+07:002012-04-23T11:20:48.972+07:0010 Fakta Menarik Chelsea Vs Barcelona<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTCppylG66r6jpU4pKi6D_QmqyEMvaP0FZpA-xjT3ID7Y5A_BVCoA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTCppylG66r6jpU4pKi6D_QmqyEMvaP0FZpA-xjT3ID7Y5A_BVCoA" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="color: #111111; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 21px;"> Pertandingan semifinal Liga Champions Chelsea melawan Barcelona menyimpan sejumlah kisah menarik. Selain karena mengandung dendam dari semifinal Liga Champions 2009 lalu, partai ini dipastikan berlangsung meriah. Inilah fakta di balik pertemuan kedua tim:<br />
<br />
1. <strong style="font-weight: 800;">Seri.</strong> Itulah rekor pertemuan kedua tim. Dari 10 kali main, setiap tim menang tiga kali dan 4 laga lainnya berakhir seri. Jumlah gol yang dicetak juga sama: 15 gol.<br />
<br />
2. Sepanjang musim ini, <strong style="font-weight: 800;">Chelsea selalu menang di Stamford Bridge, </strong>sedangkan Barcelona tak pernah kalah ketika menjalani partai tandang.<br />
<br />
3. Ini <strong style="font-weight: 800;">semifinal keenam Chelsea</strong> dalam sembilan tahun belakangan. Bagi Barcelona, ini adalah semifinal kelima secara berturut-turut.<br />
<br />
4. Catatan <strong style="font-weight: 800;">Chelsea berhadapan dengan tim asal Spanyol</strong> adalah 13 menang, 10 seri, dan 6 kalah.<br />
<br />
5. <strong style="font-weight: 800;">Sejarah Barcelona menghadapi tim Inggris</strong> adalah 24 menang, 18 seri, dan 16 kalah. Kunjungan terakhir Barca ke London adalah mengalahkan Manchester United di final, Mei lalu, di Stadion Wembley.<br />
<br />
6. Dari keempat semifinalis, Chelsea adalah <strong style="font-weight: 800;">tim yang paling sedikit mencetak gol</strong> dan paling banyak kebobolan, yakni mencetak 21 gol dan kebobolan 9 kali.<br />
<br />
7. Sementara itu, <strong style="font-weight: 800;">Barcelona adalah tim yang paling produktif</strong> dengan 33 gol. Peluang yang diciptakan juga yang paling banyak dengan 86 tembakan dan 58 sepakan sudut.<br />
<br />
8. Selain sebagai pencetak gol terbanyak dengan 14 gol, Lionel Messi adalah pemain dengan percobaan gol paling banyak, yakni 34 kali ke arah gawang dan 26 meleset.<br />
<br />
9. <strong style="font-weight: 800;">Messi belum pernah mencetak gol ke gawang Chelsea</strong> dari dua kali pertemuan. Fernando Torres mencetak tujuh gol ke gawang Barcelona selama memperkuat Atletico Madrid.<br />
<br />
10. Chelsea baru akan memperebutkan Piala FA menghadapi Liverpool di final. Sedangkan Barcelona sudah mengoleksi tiga trofi musim ini: Super UEFA, Super Spanyol, dan Piala Dunia Antarklub FIFA.</span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-67260331714735935302012-04-23T10:51:00.000+07:002012-04-23T10:51:35.296+07:00Sosiologi Konsumsi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; font-size: 15px; line-height: 21px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Jika ungkapan Descartes “Aku berpikir, maka aku ada!” menjadi kebanggan dan wujud peneguhan eksistensi manusia berdasarkan rasionalitas. Saat ini, yang dominan adalah, “Aku berbelanja, maka aku ada!” Sebuah peneguhan eksistensial manusia yang kadang tanpa dasar nalar. Kapitalisme pasar membentuk manusia menjadi makhluk ekonomi sebagai satu-satunya dimensi kehidupannya. Tentu saja, kemudian, hubungan sosial antar sesama manusia sarat dengan simbol dan logika ekonomi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ketika produksi kapitalisme mencapai puncak kelimpahan barang, sehingga kebutuhan tercukupi, perusahaan berusaha bukan hanya mencipta barang, namun sekaligus menciptakan kebutuhan.<a href="" name="more"></a> Ini merupakan upaya kapitalisme pasar untuk terus menguasai kehidupan. </span></span><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Melalui berbagai instrumen dan cara-cara persuasif, kapitalisme memaksa masyarakat mengkonsumsi tanpa henti. Muncul kemudian kebutuhan semu, bukan karena butuh (need), namun lebih pada ingin (want).<br />
<br />
Produksi tentu tak lepas dari konsumsi, pasangannya. Sebab keduanya saling membutuhkan. Pada awal perkembangan masyarakat, produksi adalah upaya usaha memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, karena barang yang dihasilkan berlebih maka ditukarkan barang lain, untuk tujuan yang berbeda. Pertukaran barang ini kemudian memunculkan pasar, dan barang tersebut berubah nilainya menjadi komoditas. Karl Marx melihat hal tersebut sebagai perubahan nilai guna (use value) menjadi nilai tukar (exchange value).<br />
<br />
Dari gambaran di atas kita melihat bahwa, mengkonsumsi sebenarnya bukan hanya persoalan pada zaman kini, ketika mall dan pusat perbelanjaan menjamur. Konsumsi merupakan perilaku primitif manusia. Bahkan, menurut Plato, terbentuknya masyarakat merupakan akibat manusia tak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Yang nampak berbeda adalah intensifikasi dan perluasan jaringan pemasaran yang lebih kompleks. Munculnya pusat perbelanjaan dalam bentuk yang lebih “baru”, membuat konsumsi menjadi sebentuk candu.<br />
<br />
Tentu saja perubahan pola perilaku konsumsi tidak terjadi begitu saja. Perubahan pola dan perilaku konsumsi terjadi seiring perkembangan infrastruktur masyarakat. Berbagai penemuan di bidang teknologi dan meletusnya Revolusi Industri, mengkonsumsi menjadi niscaya setelah produksi. Produksi barang secara massal meniscayakan proses produksi mengalami percepatan. Begitu pula usaha untuk menghabiskan dan menggunakan barang. Zaman ini memunculkan masyarakat baru yakni masyarakat konsumen. Masyarakat inilah yang menjadi pengguna barang yang dihasilkan oleh produksi massal tersebut.<br />
<br />
Perubahan sosial serta produksi massa industrial yang mempengaruhi pola perilaku mengkonsumsi mendorong beberapa tokoh untuk mengkajinya. Oleh Haryanto Soedjatmiko, dalam Saya Berbelanja, maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris (Jalasutra: 2008), membagi perilaku konsumsi ke dalam tiga periode dengan masing-masing kondisi sosial di sekitarnya. Tiga periode tersebut yakni; periode klasik, kemunculan sosiologi konsumsi, dan periode posmodernis.<br />
<br />
Teori konsumsi klasik digawangi oleh Karl Marx, Max Weber, dan George Simmel. Pada dasarnya Marx adalah seorang yang lantang mengecam kapitalisme dengan berbagai implikasi eksploitasinya. Sehingga, tak mengherankan bila Marx mengatakan bahwa hasil produksi tidak secara langsung terkait dengan kebutuhan masyarakat. Barang produksi adalah komoditas yang mendahulukan nilai tukar daripada nilai guna. Dalam kondisi demikian, masyarakat merupakan obyek yang didorong produsen untuk mengkonsumsi. Masyarakat berada pada subordinat produksi, di mana produsen mampu menciptakan kebutuhan masyarakat.<br />
<br />
Pada saat kapitalisme mulai meletakkan dasar-dasarnya dengan kuat. Berikutnya Weber muncul dengan ide tentang Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Kritik Weber bahwa, etika Protestan bukan hanya menghabiskan barang konsumsi sebagaimana yang dilakukan masyarakatnya saat itu. Namun, pada investasi dan kerja keras. Weber tampak ingin semakin memperjelas dan memperkokoh kapitalisme dengan bentuk investasi kembali keuntungan produksi. Meskipun masyarakat kental dengan semangat Kalvinisme ini, namun perilaku konsumsi tidak berhenti. Masyarakat mulai sadar akan kesenangan berkat kemajuan industri.<br />
<br />
Tokoh berikutnya adalah George Simmel, yang menekankan interaksi pertukaran, terutama dalam perekonomian. Munculnya uang sebagai alat tukar dan munculnya perkotaan memunculkan model baru dalam mengkonsumsi. Pertumbuhan kelas sosial urban dan model konsumsi baru tersebut tidak bisa dipisahkan dari modifikasi barang konsumsi. Pertumbuhan imajinasi mengenai barang konsumsi muncul dari penilaian terhadap barang konsumsi. Puncak imajinasi itu bergantung dan berperan pada munculnya masyarakat urban yang berorientasi pada pemasaran mode (fashion) (Chaney, 2006: 55). Simmel menyimpulkan bahwa mengkonsumsi membentuk konstruksi masyarakat dan menimbulkan budaya baru masyarakat. Di sini terjadi pergeseran dari masyarakat konsumen (consumer society) menjadi budaya konsumen (consumer culture).<br />
<br />
Kemudian muncul seorang sosiolog dari Prancis, Pierre Bourdieu, yang yang menurut buku ini mempelopori kemunculan periode sosiologi konsumsi. Bourdieu menghubungkan konsumsi dengan simbol-simbol sosial dalam masyarakat. Dalam pandangannya produk konsumsi, merupakan simbol status dan kelas sosial seseorang. Musik klasik misalnya, hanya dinikmati orang-orang tertentu (biasanya dari kelas atas). Konsumsi dibentuk oleh ide, simbol, selera, yang kemudian secara tidak langsung maupun tidak menciptakan pembedaan dalam masyarakat. Dalam konsumsi, selera, preferensi, gaya hidup, dan standar nilai ditentukan oleh kelas yang lebih superior. Kelas atas bukan hanya unggul secara ekonomi politik, namun juga budaya dengan menentukan dan melakukan hegemoni dalam pola-pola konsumsi.<br />
<br />
Pada perkembangan kapitalisme akhir, dalam teori-teori sosial muncul posmodernisme. Posmodernitas menurut Baudrillard adalah dunia yang penuh dengan simbol dan citra. Termasuk dalam konsumsi. Ketika orang mengkonsumsi, maka yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun citra atas barang tersebut. Konsumsi dirayakan seiring dengan munculnya pusat perbelanjaan (super)modern, kapitalisme neoliberal, dan pasar bebas. Kajian terhadap konsumsi masyarakat posmodern oleh buku ini diwakili dua tokoh posmodernis, yakni Mike Featherstone dan Jean Baudrillard.<br />
<br />
Berbeda dengan dua zaman sebelumnya atau juga dalam pandangan Featherstone, di mana konsumsi menjadi sumber diferensiasi masyarakat. Justru posmodernitas menurut Baudrillard megaburkan kelas dan status sosial. Bahkan Baudrillard menyatakan era posmodern sebagai “matinya yang social”, kematian masyarakat. Siapa pun yang mampu bisa merayakan konsumsi tanpa memandang kelas dan status sosial. Konsumsi memberikan identitas tertentu tanpa memandang batas-batas sosial.<br />
<br />
Featherstone menjelaskan budaya konsumen dengan membaginya ke dalam tiga tipe Chaney, 2006: 67); pertama, konsumerisme merupakan tahap tertentu kapitalis. Kedua, konsumerisme dan konsumsi merupakan persoalan yang lebih sosiologis mengenai relasi benda-benda dan cara melukiskan status. Praktik konsumsi merupakan strategi untuk menciptakan dan membedaan status sosial. Tipe kedua dari konsumsi ini dapat kita lihat dengan munculnya komunitas pengguna barang tertentu, misalnya klub motor merk tertentu. Pandangan ini berbeda dengan pandangan Baudrillard di atas. Ketiga, Featherstone melihat munculnya kreativitas konsumsi. Kreativitas konsumsi ini terkait dengan estetikasi konsumsi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan mode, estetisasi bentuk, dan gaya hidup.<br />
<br />
Tokoh selanjutnya, Jean Baudrillard, melihat konsumerisme sebagai logika untuk memenuhi kepuasan hasrat. Melimpahnya barang konsumsi bukan lagi karena kebutuhan masyarakat, namun lebih pada pemuasan nafsu mereka. Dalam pandangan Baudrillard, kapitalisme akhir memanfaatkan mesin hasrat tersebut untuk terus membelenggu masyarakat dalam jerat konsumerisme.<br />
<br />
Praktik-praktik konsumsi selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat. Konsumsi menjadi cara pandang (baru) masyarakat. Seiring dengan terus beroperasinya industri lintas negara dan tumbuhnya supermarket, hipermarket, dan mall. Bahkan dengan strateginya yang cantik, barang konsumsi disesuaikan dengan pengalaman dan pandangan filosofis masyarakat setempat (fordisme). Munculnya strategi fordisme tersebut terus-menerus menempatkan masyarakat dalam kubangan konsumerisme.<br />
<br />
Kajian tentang konsumerisme dan sosiologi konsumsi menjadi penting saat ini. Sigfikansinya adalah, perubahan masyarakat saat ini cenderung menuju pada budaya komsumeris seiring menjamurnya pusat perbelanjaan. Kajian ini dimulai dari tokoh klasik, tokoh sosiologi konsumsi, dan teori posmodern dengan konteks sosial masing-masing zaman mereka. Kajian keilmuan sosiologi dalam masyarakat konsumsi jelas akan senantiasa penting di masa yang akan datang.</span></span></span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-4113008522415765132012-04-17T10:19:00.001+07:002012-04-17T10:45:45.343+07:00Metode Penelitian Kualitatif<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Maaf ya teman - teman beru bisa share lagi tentang pengetahuan ini,karena banyak tugas yang harus diselesaikan,,hehe</div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div><div style="text-align: justify;">Langsung saja ke pembahasan ea............</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Lf9HyvFtdmUcHSL2fCptL5xUyBsL5IR_djEX3WQNhHs6U29Ajxnb04ydxuNOMTtGOAhiY3gBYuIXf9_XOBX7s0wNLS7uU3ZbtrUSeLvf4eETWcDafYEwPrVu3d31OfHWIDCnw-XwPEl_/s1600/24643-clipart-illustration-of-sherlock-holmes-a-caucasian-man-in-a-green-hat-coat-and-pants-smoking-a-pipe-and-peering-through-a-magnifying-glass-while-searching-for-evidence.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7Lf9HyvFtdmUcHSL2fCptL5xUyBsL5IR_djEX3WQNhHs6U29Ajxnb04ydxuNOMTtGOAhiY3gBYuIXf9_XOBX7s0wNLS7uU3ZbtrUSeLvf4eETWcDafYEwPrVu3d31OfHWIDCnw-XwPEl_/s200/24643-clipart-illustration-of-sherlock-holmes-a-caucasian-man-in-a-green-hat-coat-and-pants-smoking-a-pipe-and-peering-through-a-magnifying-glass-while-searching-for-evidence.jpg" width="167" /></a></div><br />
<ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Ruang Lingkup Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul><div style="text-align: justify;">Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian hanyalah yang berbentuk survey, menggunakan sebuah daftar pertanyaan,dan yang datanya dianalisis dengan menggunakan teknik statistik.Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dan metode penelitian kuantitatif.</div></div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada dua kelompok metode dalam ilmu sosial yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Di antara kedua penelitian tersebut sering timbul perdebatan di seputar masaalah metodologi penelitian.Masing - masing penelitian berusaha nenpertahankan kekuatan metodenya.</div></div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Salah satu argumen yang di kedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisis dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta.Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisis dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka.</div></div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat pengumpul data. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segala fungsi indranya.Dengan demikian, peneliti harus dapa diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia maupun lingkungan responden.</div></div><div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div><div style="text-align: justify;">Ciri-ciri metode penelitian kualitatif berdasarkan hasil rangkuman dari literatur <i>Lexy J. moleong</i> dan <i>Nasution</i> di bagi menjadi 15 , yaitu :</div></div><div style="text-align: left;"><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dalam kondisi yang alamiah atau natural setting.</li>
<li style="text-align: justify;">Peneliti sebagai alat peneliti.</li>
<li style="text-align: justify;">Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan.</li>
<li style="text-align: justify;">Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.</li>
<li style="text-align: justify;">Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya.</li>
<li style="text-align: justify;">Mengutamakan data langsung atau first hand.</li>
<li style="text-align: justify;">Dalam penelitian kualitatif dipergunakan metode tringulasi.</li>
<li style="text-align: justify;">Mementingkan rincian kontekstual.</li>
<li style="text-align: justify;">Subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti.</li>
<li style="text-align: justify;">Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif emik.</li>
<li style="text-align: justify;">Verifikasi.</li>
<li style="text-align: justify;">Pengambilan Sampel secara purposif.</li>
<li style="text-align: justify;">Menggunakan "<i>audit trial</i>".</li>
<li style="text-align: justify;">Ananlisis dilakukan sejak awal.</li>
<li style="text-align: justify;">Teori dasar (<i>grunded theory</i>).</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Dalam penelitian ,betapapun sederhanya selalu menjumpai berbagai hambatan.Hambatan-hambatan tersebut meliputi hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal merupakan hambatan kegiatan penelitian yang datangnya dari pihak peneliti sendiri,sedangkan hambatan eksternal datangnya dari pihak luar,yang berada di luar kemampuan peneliti untuk mengatasinya secara langsung.</div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Di dalam melakukan penelitian, peneliti harus melakukan penghargaan terhadap kode etik penelitian.Adapun butir-butirnya antar lain meliputi :</div></div><div style="text-align: left;"><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Keaslian permasalahan peneliti.</li>
<li style="text-align: justify;">Kutipan pendapat orang lain.</li>
<li style="text-align: justify;">Pengumpulan data.</li>
<li style="text-align: justify;">kerahasiaan hasil penelitian.</li>
</ol><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Paradigma dan Perspektif Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul><div style="text-align: justify;">Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon.Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal umum atau teori yang menuju pada hal-hal khusus atau kenyataan.Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya.Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian.</div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas,dalam hal ini ada dua penelitian yakni metodi kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penelitian yang baik,karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Akan tetapi dalam perkembangannya,data yang berupa angka dan pengolahan mamtematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan.Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.</div></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiap penelitian berpegang teguh pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma . Pada mulanya orang orang memandang bahwa yang terjadi bersifat alamiah dan peneliti bersifat pasif atau tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin untuk merubah.Masa ini disebut juga masa <i>pra-positivisme</i>.</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu timbul pandangan baru yang berpendapat bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbul metode ilmiah.Masa ini disebut <i>positivisme</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme.Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dengan positivisme.Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme.Menurut pandangan post-positivisme kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks,sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: left;"></div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Dasar Teori Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul><div style="text-align: justify;">Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai, paradigma.Seorang peneliti dalam kegiatan penelitian, baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun tidak sudah pasti menerapkan paradigma, antara lain adalah :</div></div><div style="text-align: left;"><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Pendekatan fenomologis, yaitu pemahaman tentang arti peristiwa dan kasitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.</li>
<li style="text-align: justify;">Pendekatan interaksi simbolik, yang berasumsi bahwa obyek ruang, situasi,dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, melainkan pengertian itu diberikan kepada mereka.</li>
<li style="text-align: justify;">Pedekatan kebudayaan, yaitu memahami perilaku seseorang harus dalam koridor kebudayaan orang tersebut.</li>
<li style="text-align: justify;">Pendekatan etnometodologi, yaitu upaya unruk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri.</li>
</ol><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Masalah Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">Perumusam masalah merupakan salah satu tahap diantara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia bahkan tidak membuhkan hasil apa-apa.</blockquote><div style="text-align: justify;">Perumusan masalah atau <i>research questions</i> atau disebut juga sebagai <i>research problem</i>, diartikan sebagai fenomena sendiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait antar fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah merupakan separuh dari penelitian itu sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perumusan masalah dapat dibedakan dalam fua sifat yaitu perumusan masalah deskriptif dan eksplanatoris.Perumusan masalah deskriptif apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan masalah eksplanatoris apabila rumusannya menunjukan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;"></div><ol><li>Sebagai penyebab kegiatan penelitian menjadi ada dan dapat dilakukan.</li>
<li>Sebagai pedoman, penentu arah, atau fokus dari suatu penelitian.</li>
<li>Sebagai penentu jenis macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.</li>
<li>Dengan adanya perumusan masalah penelitian maka para peneliti menjadi dapat dipermudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.</li>
</ol>Ada setidak-tidaknya 3 kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian, yaitu :</div><div style="text-align: left;"><ol style="text-align: left;"><li>Perumusan masalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif.</li>
<li>Suatu masalah penelitian harus bermanfaat atau diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik.</li>
<li>Perumusan masalah yang baik hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual sehinnga dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah.</li>
</ol>Berkenaan dengan penempatan perumusan masalah penelitian,didapati variasi antara lain,</div><div style="text-align: left;"><ol style="text-align: left;"><li>Ditempatkan dibagian paling awal dari suatu sistematika penelitian.</li>
<li>Ditempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian.</li>
<li>Ditempatkan setelah tujuan penelitian.</li>
</ol>Dimanapun rumusan masalah penelitian ditempatkan sebenernya tidak terlalu penting dan tidak mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya.Artinya kegiatan penelitian dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan rumusan masalah yang ada.Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian yang dirumuskan.</div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li><b>Strategi Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul>Setiap kegiatan, termasuk penelitian sudah pasti memerlukan strategi tertentu di dalam pelaksanaannya.Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan suatu kegiatan, terlebih lagi kegiatan penelitian tidak mengalami hambatan maupun kegagalan.Penelitian merupakan suatu kegiatan yang rumit dan panjang.Oleh karena itu, didalam pelaksanaannya diperlukan pemilihan dan penetapan strategi agar tidak mengalami kegagalan.Ada banyak strategi yang dapat dipilih bagi kegiatan penelitian.Namun demikian yang akan dikemukakan ada 2 saja, yaitu Strategi <i>Partisipatori</i> dan Strategi <i>Klinis</i>.Pada strategi partisipatori kita mengenal dua pendekatan yaitu pendekatan partisipan atau menyamar dan pendekatan nonpartisipan atau tidak menyamar.<br />
<br />
Pada setiap kegiatan sudah tentu diperlukan cara atau strategi tertentu di dalam pelaksanaannya.Demikian pula dalam kegiatan peneletian, cara atau strategi yang tepat guna sudah pasti sangat diperlukan.Hal ini perlu dilakukan mengingat kegiatan penelitian merupakan suatu kegiatan yang memiliki serangkaian proses yang sangat panjang dan rumit.Proses tersebut dapat terjadi pada tahap awal perencanaan,tahap pelaksanaan maupun tahap penyusunan laporan.Pada saat penyusunan laporan , peneliti haruslah terlebih dahulu melakukan analisis terhadap data yang diperolehnya.<br />
Ada sejumlah cara atau strastegi yang dapat digunakan dalam oleh peneliti, antara lain meliputi :<br />
<div style="text-align: left;"></div><ol style="text-align: left;"><li>Penetapan langkah-langkah penelitian.</li>
<li>Penetapan strategi penelitian,seperti strategi partispatori dan strategi klinis.</li>
</ol>Ketika sampai pada analisis maupun model pendekatannya,dijumpai model <i>discourse analysis</i>, <i>framing analysis</i>, <i>biografi</i> dan <i>historiografi</i>.<br />
<div style="text-align: left;"></div><ul style="text-align: left;"><li><b>Tahap Penelitian Kualitatif</b></li>
</ul>Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap pralapangan adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitain, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data, rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan pengecekan kebenaran data.Sementara itu persiapan perlengkapan penelitian berkaitan dengan perizinan,perlengkapan alat tulis, alat perekam, jadwal waktu penelitian, obat-obatan, dan perlengkapan lain untuk keperluan akomodasi.<br />
<div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Pemilihan lapangan penelitian didasarkan pada kondisi lapangan itu sendiri untuk dapat dilakukan penelitian sesuai dengan tema penelitian.Pertimbangan lain adalah kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.Mengurus izin penelitian hendaknya dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu siapa-siapa yang berwenang memberikan izin.Pendekatan yang simpatik sangat perlu,baik kepda pemberi izin di jalur formal maupun informal.</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Menjajaki lapangan penting artinya selain untuk mengetahui apakah daerah tersebut sesuai untuk penelitian yang ditentukan, juga untuk mengetahui persiapan yang harus dilakukan peneliti.Secara rinci dapat dikemukakan bahwa penjajakan lapangan ini adalah untuk memahami pandangan hidup dan penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat tinggal.Dalam memilih dan memanfaatkan informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah orang-orang yang tahu tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur, terbuka, dan mau memberikan informasi yang benar.</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Dalam kediatan penelitian, para peneliti harus melakukan penjajakan telebih dahulu.Adapun aspek yang perlu dijajaki antara lain meliputi dimensi struktur sosial dan dimensi kebudayaan.Dengan mengetahui kedua dimensi tersebut maka peneliti akan menjadi lebih mudah dalam melakukan penelitian.</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: left;"><br />
</div></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-7551351211253377882011-08-30T10:55:00.001+07:002011-08-30T10:55:00.925+07:00Kiat Menjadi Wirausawan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <span style="font-size: x-small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
span.fullpost
{mso-style-name:fullpost;
mso-style-unhide:no;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><b>1. Kenali Impian Anda</b></span><br />
<span style="font-size: x-small;">Semua kemudahan dari fasilitas yang kita gunakan saat ini dulunya hanyalah sebuah impian dari orang-orang yang telah menemukan dan menciptakannya. Orang-orang ini mengenali mimpi mereka dan percaya bahwa mimpi-mimpi ini bisa diwujudkan.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">“Orang dengan ide baru adalah orang aneh sampai ide tersebut berhasil”. Demikian sebuah ungkapan. Dan orang-orang yang sekarang wujud impiannya sedang kita gunakan, telah rela dianggap aneh dan bahkan dianggap gila.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Karena barangkali bagi mereka, hidup mengejar impian dan menjadi orang seperti yang mereka sendiri inginkan, jauh lebih mulia dan bahagia daripada menjadi orang dan menjalani kehidupan seperti yang orang lain harapkan dan tentukan</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><b>2. Ambil Langkah Pertama</b></span><br />
<span style="font-size: x-small;">Banyak impian hanyalah tinggal impian jika tidak ada tindakan yang diambil untuk membuat impian tersebut terwujud.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Langkah pertama yang paling tepat untuk memulai adalah dengan mengumpulkan informasi yang cukup untuk membuka jalan ke arah impian kita. Namun di era informasi saat ini, sangat mudah untuk terjebak dalam informasi yang salah. Bahkan tidak jarang tersesat dalam belantara informasi.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Terlebih sebagai manuasia kita mudah sekali tergoda pada hal-hal yang kelihatannya serba mudah dan instan.</span><br />
<span style="font-size: x-small;">Karena itu motto kami adalah “Internet Bagaikan Hutan Belantara Yang Tanpa Batas Jadi Pastikan Anda Menginvestasikan Waktu Dan Energi Anda Hanya Pada Yang Memberikan Nilai Kembalian Yang Paling Tinggi Untuk Anda”. </span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>3. Bersedia Belajar</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Saat ini banyak sekali orang yang menjadi penganggur berpindidikan. Kenapa? Karena pendidikan saja tidak cukup. Selain berpendidikan kita juga harus memiliki ketrampilan. Telah sangat banyak contoh di dunia ini dimana orang justru menjadi sukses bukan karena pendidikannya tapi karena ketrampilannya.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Karena itu jangan sungkan untuk belajar ketrampilan-ketrampilan baru yang akan semakin mendekatkan anda dengan impian anda. Mungkin tidak akan ada tepuk tangan, pakaian toga atau sertifikat ketika anda telah menguasai ketrampilan bisnis anda. Tapi semua orang tahu, dalam bisnis indikator sukses bukan nilai akademis, tapi nilai saldo.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Namun demikian, jangan jadikan uang sebagai tujuan utama. Karena ketika kita semakin layak untuk menjadi sukses, uang akan mengikuti dengan sendirinya.</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>4. Ciptakan Sebuah Sistem</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Agar mudah mengevaluasi perkembangan bisnis anda. Ciptakan sebuah sistem. <b>Standard Operating Procedure (SOP)</b>. Prosedur mengoperasikan televisi paling sederhana misalnya; sambungkan TV ke sumber listrik, tekan tombol power. Jika televisi tidak menyala berarti kemungkinan masalah hanya dua, kalau bukan pada sumber listriknya yang kosong berarti power TV tersebut yang rusak.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Hampir semua intansi dan korporasi besar memiliki<b> SOP</b> untuk mengatur bisnis mereka. SOPlah yang membuat KFC, McDonald, Pizza Hut, Coca-Cola, Pepsi cita rasanya tetap sama di belahan dunia manapun dia dijual.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Di eCerdas, WFD System adalah SOP yang dibuat agar jerih payah yang telah dilakukan untuk megembangkan jaringan tidak perlu lagi dilakukan berulang-ulang. </span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>5. Kembangkan Jaringan</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Bisnis tanpa jaringan hanya menjadi bisnis lokal. Dan tidak ada bisnis yang sukses besar tanpa membangun jaringan. Ada orang yang sukses karena jaringan bisnis restorannya, jaringan bisnis real estatenya, jaringan bisnis baksonya dan lain-lain.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Ketika bisnis online hadir, membangun jaringan menjadi lebih mudah. Tidak perlu tanah, gedung dan karyawan. Mengawasinyapun menjadi lebih mudah, tidak perlu pergi-pergi ke luar kota, tidak perlu menstok barang, dijalankan tanpa terikat waktu dan tempat.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Saat ini, siapa yang paling luas dan berkualitas jaringan yang dimilikinya, maka akan semakin sukses dia. Membangun jaringan yang tidak sekedar luas tapi juga berkualiatas adalah salah satu ketrampilan yang paling dibanggakan dan diandalkan oleh entreprenuer manapun. </span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>6. Pengorbanan</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Investasi adalah bahasa lain dari pengorbanan. Dimana saat berinvestasi kita <span style="color: red;">rela berkorban</span> untuk tidak membelajakan uang yang kita miliki saat ini demi harapan akan perkembangan hasilnya di masa depan. Demikian juga dalam investasi waktu dan energi.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Tapi sayangnya, sangat jarang orang yang rela berkorban, orang yang bersedia menunda kesenangannya saat ini demi kesenangan yang jauh lebih besar di hari esok hanya karena terbayang-bayang akan resikonya.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Padahal jika pengorbanan itu memang dibutuhkan dalam meraih impiannya, maka kita akan menjalankannya dengan suka cita. Halangan apapun adalah tantangan untuk menjadi lebih kuat, lebih cerdas, lebih berpengalaman dan tentunya untuk menjadi lebih sukses… </span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>7. Konsisten</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Ada saat dalam menjalankan bisnis seakan-akan mendadak menjadi buntu. Cahaya gairah yang tadinya terang-benderang tiba-tiba meredup. Baik karena suatu alasan atau bahkan tidak diketahui alasannya kenapa.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Banyak calon-calon bintang berguguran pada fase ini, ketika komitmen mereka diuji, ketika daya tahan fisik dan mentalnya diuji, mereka kalah. Sehingga mereka tidak layak melihat impian mereka menjadi nyata. Yang paling menyedihkan kebanyakan mundur justru ketika impian telah tinggal sejangkauan lagi. “Saat paling gelap di malam hari adalah saat menjelang fajar”, demikian sebuah ungkapan bijak.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Jika langkah anda mulai tersandung, ingatlah kembali impian anda. Bayangkan bagaimana kesengsaraan yang akan anda alami jika impian anda tidak tercapai. </span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;"><b>8. Impian Menjadi Nyata</b></span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Kini semua perjuangan yang dilakukan untuk meraih impian telah tercapai. Jika ada tetes air mata dan luka di masa lalu, kini menjadi kenangan dan kisah yang manis dan menjadi motivator bagi generasi bintang berikutnya.</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Betapa bahagianya menjadi orang seperti yang kita inginkan. Betapa bahagianya dapat menjalani kehidupan sesusai dengan pilihan sendiri. Betapa bahagianya mengetahui bahwa kebahagiaan ini buah dari perjuangan sendiri. Dan yang paling membahagiakan adalah sekarang kita dapat membagi kebahagiaan ini kepada keluarga, orang-orang yang kita cintai, sahabat dan lingkungan kita…</span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Dan sekarang kita juga sadar bahwa ketika kita bermimpi meraih bintang, dan kita benar-benar telah berjuang untuk mewujudkannya, walau mungkin nanti bintang itu tidak teraih, tapi kita tidak akan sekedar mendapatkan lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span class="fullpost" style="font-size: x-small;">Semoga bermanfaat untuk kita semua.</span><span style="font-size: x-small;"><o:p></o:p></span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-37557503389861520912011-08-28T10:08:00.001+07:002011-08-28T10:08:00.676+07:00Teori Organisasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEORI ORGANISASI KLASIK</span></b><br />
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (Classical Theory) yang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien.<br />
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran: biokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah.<br />
Ketiganya mempunyai efek yang sama dalam praktek, dan semuanya dikembangkan sekitar tahun 1900-1950 oleh kelompok-kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan.<br />
Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan , kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja bersama.<br />
<br />
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEORI BIROKRASI</span></b><br />
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya: The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism.<br />
Kata biokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara koadratnya adalah bentuk organisasi yang palin efesien. Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut:<br />
• Pembagian kerja yang jelas<br />
• Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik<br />
• Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi<br />
• Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja<br />
• Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan<br />
• Hubungan-hubungan antara pribadi yang bersifat “ impresonal”.<br />
• Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif yang menekankan struktur dalam organisasi.<br />
• Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik<br />
• Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi<br />
• Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja<br />
• Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan<br />
• Hubungan-hubungan antara pribadi yang bersifat “ impresonal”.<br />
• Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif yang menekankan struktur dalam organisasi.<br />
<br />
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEORI ADMINISTRASI<br />
</span></b>Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Teori administrasi juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, seperti Mooney dan Reily di Amerika.<br />
Henri Fayol menyatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok:<br />
• Kegiatan-kegiatan teknikal (produksi, manufacturing, adaptasi)<br />
• Kegiatan-kegiatan komersial ( pembelian, penjualan, pertukaran)<br />
• Kegiatan-kegiatan keamanan ( perlindungan terhadap kekayaan dan opersonalia organisasi)<br />
• Kegiatan-kegiatan akuntansi (penentuan persediaan, biaya, penyusunan neraca dan laporan rugi-laba, statistik)<br />
• Kegiatan-kegiatan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, pengawasan)<br />
<br />
<i>Fayol mengemukakan dan membahas 14 (empat belas) kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrai,</i> sebagai berikut:<br />
• Pembagian kerja (division of work)<br />
• Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)<br />
• Disiplin (descipline)<br />
• Kesatuan perintah ( unity of command)<br />
• Kesatuan pengarahan (unity of direction)<br />
• Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi ( subordination of induvidual interests to general interests)<br />
• Balas jasa ( remuneration of personnel)<br />
• Sentralisasi (centralization)<br />
• Rantai skalar ( scalar chain)<br />
• Aturan (order)<br />
• Keadilan ( equity)<br />
• Kelanggengan personalia (stability of tenure ofpersonnel)<br />
• Insiatif (initiative)<br />
• Semangat korps (esprit de corps)<br />
<br />
Urwick dan Gulick: Mooney dan Reilly menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama, militer, dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut:<br />
• Prinsip koordinasi. Organisasi-organisasi bila orang-orang sebagai anggota mengkombinasikan usaha-usaha mereka untuk suatu tujuan tertentu.<br />
• Prinsip skalar. Prinsip skalar kadang-kadang disebut prinsip hirarkis. Berarti bahwa pembagian tugas atau kerja dilakukan atas dasar derajat wewenang dan hubungan tanggung jawab.<br />
• Prinsip fungsional. Istilah fungsionalisme dalam hal ini berarti pembedaan di antara macam-macam tugas.<br />
<br />
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">MANAJEMEN ILMIAH</span></b><br />
<br />
Manajemen ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam praktek-praktek manajemen modern. Dalam buku-buku literature, manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmiah merupakan penerapan masalah-masalah organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik.<br />
F.W. Taylor menuangkan gagasannya dalam tiga makalah yaitu Shop Management , The Principles of Scientific yang menghasilkan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan , yaitu :<br />
• Menggantikan metode-metode kerja dalam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja ilmiah yang benar.<br />
• Mengadakan seleksi, latiahn-latiahan, dan pengembangan para karyawan secara ilmiah, agar memungkinkan para karyawan bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan spesialisasinya.<br />
• Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan, sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk ,encapai tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi menjadi rendah.<br />
• Untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama yang baik.<br />
<br />
<b><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Teori Klasik</span></b><span style="color: black;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><b><i> Anatomi Organisasi Formal</i></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> <br />
</span></b>Tiga unsur pokok organisasi formal yang selalu muncul dalam leteratur-leteratur manajemen adalah :<br />
• Sistem kegiatan yang terkoordinat.<br />
• Kelompok orang.<br />
• Kerjasama untuk mencapai tujuan.<br />
Organisasi formal adalah system kegiatan yang terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan di bawah kekuasaan dan kepemimpinan.<br />
Menurut para pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum “kesatuan kegiatan” (unity of action) adalah sebagai berikut :<br />
• Kekuasaan, bisa demokratis atau teoritis, hal ini disebut sebagai sumber pengorganisasian tertinggi.<br />
• Saling melayani, yang merupakan legitimasi social pada organisasi.<br />
• Doktrin, dalam arti sederhana, hal ini merupakan rumusan tujuan organisasi.<br />
• Disiplin, diartiakan sebagai perilaku yang ditentukan oleh perintah atau pengendalian diri.<br />
• Tiang dasar teori organisasi formal adalah :<br />
• Pembagian kerja<br />
• Proses scalar dan fungsional, proses pertumbuhan vertical dan horizontal organisasi <br />
• Struktur, hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang dilaksanakan di dalam suatu organisasi.<br />
• Rentang kendali (span of control)<br />
<br />
<b><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEORI ORGANISASI NEOKLASIK<br />
</span></b><br />
<b><i>PERKEMBANGAN TEORI NEOKLASIK</i></b><br />
Teori neoklasik mucul dan mengusulkan perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan tentang prilaku manusia. Dengan ilmu pengetahuan tersebut penganut teori hubungan manusiawi menunjukkan bagaimana tiang dasar konsepsi klasik sangat ditentukan oleh kegiatan manusia.<br />
Kritik dan usul perubahan neoklasik pada tiang organisasi formal.<br />
Aliran neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan suatu teori murni seperti yang dilakukan aliran klasik. Neoklasik adalah mereka yang membahas kelemahan model klasik prilaku organisasi, tetapi tidak menentang seluruh teori klasik.<br />
Struktur Organisasi <br />
Tentang struktur organisasi, teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran frictions internal di antara orang-orang yang melaksanakan fungsi yang berbeda-beda.Menurut menville dalton penyebabnya adalah :<br />
• perbedaan tugas antara orang lini dan staf<br />
• perbedaan umur dan pendidikan <br />
• perbedaan sikap<br />
<br />
<b><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEORI ORGANISASI MODERN</span></b><b><span style="color: #0070c0; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span></b><br />
Teori modern bisa disbut sebagai teori organisasi dan manajemen umum yang memadukan teori klasik dan neoklasik dengan konsep-konsep yang lebih maju.<br />
<br />
<b><i><span style="color: black;">TEORI SISTEM UMUM</span></i></b><br />
Teori sistem umum merupakan suatu aspek analisis organisasi yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah umum organisasi yang berlaku universal. Tujuan teori sistem umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh sistem sebagai titik awal.<br />
Ada beberapa tingkatan sistem yuang harus diintegretasikan kenneth boulding mengemukakan klasifikasi tingkat-tingkat sistem sebagai berikut:<br />
• struktur statik<br />
• sistem dinamik<br />
• sisrem dinamik sederhana<br />
• sistem sibernetik<br />
• sistem terbuka<br />
• sistem genetika sosial<br />
• sistem hewani<br />
• sistem manusiawi<br />
• sistem sosial<br />
• sistem transental <br />
Teori organisasi dalam suatu kerangka sistem<br />
Teori organisasi modern adalah multidisipliner yang konsep-konsep dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang study, seperti sosiologi, teori administrasi, ekonomi, psikologi, ekologi, operations research, dan banyak bidang-bidang lainnya.<br />
Teori organisasi modern menunjukan tiga kegiatan proses hubungan universal yang slalu muncul pada sistem manusia dalam perilakunya beroganisasi<br />
• Komunikasi<br />
• Konsep keseimbangan<br />
Tujuan –tujuan organisasi mempunyai tiga tujuan utama yang saling berhubungan, seperti dalam kasus berbagai sistem kompleks, atau hasil akhirnya saling tergantung, tujuan-tujuan ini adalah pertumbuhan, stbilitas dan interaksi.<br />
• Pendekatan-pendekatan manajemen<br />
• Pendekatan proses<br />
• Pendekatan keprilakuan<br />
• Pendekatan kuantitatif<br />
• Pendekatan sistemA<br />
• Pendekatan contigency (situasional)</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-84286321867138126862011-08-26T14:59:00.000+07:002011-08-26T14:59:00.166+07:00KONSEP-KONSEP DASAR DARI ILMU POLITIK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <span style="font-size: x-small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.do" name="5821944568405870183"></a><b> <o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="color: black; font-size: x-small;"><a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/share/Label/Politik">Ilmu politik</a> </span><span style="font-size: x-small;">memiliki beberapa konsep. Konsep-konsep ini merupakan hal-hal yang ingin dicapai dalam politik. Pada paper ini akan dibahas tentang konsep-konsep tersebut, sumber kekuasaan, serta perbedaan antara kekuasaan dan kewenangan, dengan beberapa sumber seperti buku dan internet. Berikut pembahasannya secara ringkas.<br />
<br />
<b>1. Power (Kekuasaan)</b></span><span style="font-size: x-small;"><b><br />
</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
Power sering diartikan sebagai kekuasaan. Sering juga diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh suatu pihak yang digunakan untuk memengaruhi pihak lain, untuk mencapai apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Max Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gesselshaft menyatakan, kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri meskipun mengalami perlawanan. Pernyataan ini menjadi rujukan banyak ahli, seperti yang dinyatakan Harold D. Laswell dan A. Kaplan,” Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau kelompok dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama.”<br />
<br />
Kekuasaan merupakan konsep politik yang paling banyak dibahas, bahkan kekuasaan dianggap identik dengan politik. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “<a href="http://sospol.pendidikanriau.com/2009/10/definisi-ilmu-politik-sebelum.html"><span style="color: blue;">Ilmu politik</span></a> mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”<br />
<br />
<b>2. Authority (Kewenangan)</b><br />
<br />
Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi.<br />
<br />
Kewenangan digunakan untuk mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan dengan kekuasaan. Robert Bierstedt menyatakan dalam bukunya an analysis of social power , bahwa kewenangan merupakan kekuasaan yang dilembagakan. Seseorang yang memiliki kewenangan berhak membuat peraturan dan mengharapkan kepatuhan terhadap peraturannya.<br />
<br />
<b>3. Influence (Pengaruh)<br />
<br />
</b>Norman Barry, seorang ahli, menyatakan bahwa pengaruh adala suatu tipe kekuasaan, yang jika seorang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi terbuka bukan merupakan motivasi pendorongnya. Dengan demikian, dapat dikatakan pengaruh tidak bersifat terikat untuk mencapai sebuah tujuan.<br />
<br />
Pengaruh biasanya bukan faktor satu-satunya yang menentukan tindakan pelakunya, dan masih bersaing dengan faktor lainnya. Bagi pelaku masih ada faktor lain yang menentukannya bertindak. Walaupun pengaruh sering kurang efektif dibandingkan kekuasaan, pengaruh lebih unggul karena terkadang ia memiliki unsur psikologis dan menyentuh hati, dan karena itu sering berhasil.<br />
<br />
<b>4. Persuasion (Ajakan)<br />
</b><br />
Persuasi adalah kemampuan untuk mengajak orang lain agar mengubah sikap dengan argumentasi, untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan orang yang mengajak. Dalam politik, persuasi diperlukan untuk memperoleh dukungan. Persuasi disini dilakukan untuk ikut serta dalam suatu komunitas dan mencapai tujuan komunitas tersebut. Persuasi bersifat tidak memaksa dan tidak mengharuskan ikut serta, tapi lebih kepada gagasan untuk melakukan sesuatu. Gagasan ini dinyatakan dalam argumen untuk memengaruhi orang atau kelompok lain.<br />
<br />
<b>5. Coercion (Paksaan)<br />
</b><br />
Paksaan merupakan cara yang mengharuskan seseorang atau kelompok untuk mematuhi suatu keputusan. Peragaan kekuasaan atau ancaman berupa paksaan yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan pemilik kekuasaan.<br />
<br />
Dalam masyarakat yang bersifat homogen ada konsensus nasional yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Paksaan tidak selalu memengaruhi dan tidak tampak. Dengan demikian, di negara demokratis tetap disadari bahwa paksaan hendaknya digunakan seminimal mungkin dan hanya digunakan untuk meyakinkan suatu pihak.<br />
<br />
Contoh dari paksaan yang diberlakukan sekarang adalah sistem ketentuan pajak. Sifat pajak ini memaksa wajib pajak untuk menaati semua yang diberlakukan dan apabila melanggar akan dikenai sanksi.<br />
<br />
<b>6. Acquiescence (Perjanjian)</b><br />
<br />
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana satu pihak membuat janji kepada pihak lain untuk melaksanakan satu hal. Oleh karena itu, perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang melakukan perjanjian. Perjanjian dilaksanakan dalam bentuk lisan atau tulisan. Acquiescence diartikan sebagai perjanjian yang disetujui tanpa protes.<br />
<br />
<br />
<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: x-small;"><b>B. Sumber-sumber Kekuasaan</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
Seorang yang memiliki sesuatu, tentu mempunyai sumber darimana ia mendapatkan sesuatu tersebut. Demikian halnya dengan kekuasaan. Kekuasaan datang dari berbagai sumber, diantaranya kedudukan, kekayaan, dan kepercayaan. Seorang atasan dapat memerintahkan bawahannya agar melakukan sesuatu. Jika bawahan melanggar perintah atasan, maka bawahan bisa dikenai sanksi.<br />
<br />
Seseorang yang memiliki kekayaan dapat memiliki kekuasaan. Misalnya seorang konglomerat dapat menguasai suatu pihak yang didanainya. Kepercayaan atau agama juga merupakan sumber kekuasaan. Misalnya di Indonesia, alim ulama banyak dituruti dan dipatuhi masyarakat. Alim ulama bertindak sebagai pemimpin informal umat, maka ia perlu diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan di tempat umatnya.<br />
<br />
Jack H. Nagel dalam bukunya The Descriptive Analysis of Power yang juga terdapat dalam buku Dasar-dasar <a href="http://sospol.pendidikanriau.com/2009/10/definisi-ilmu-politik-sebelum.html"><span style="color: blue;">Ilmu Politik, </span></a>perlu dibedakan antara scope of power dan domain of power (wilayah kekuasaan). Cakupan kekuasaan (scope of power) menunjuk kepada perilaku, serta sikap dan keputusan yang menjadi subyek dari kekuasaan. Misalnya, seorang direktur bisa memecat seorang karyawan, tetapi direktur tersebut tidak mempunyai kuasa apa-apa terhadap karyawan diluar hubungan pekerjaan.<br />
<br />
Wilayah kekuasaan (domain of power) menjelaskan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau kelompok yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelaku organisasi, atau kolektivitas yang kena kekuasaan. Misalnya seorang direktur memiliki kekuasaan di perusahaannya, baik itu di pusat ataupun di cabang-cabangnya.<br />
<br />
Dalam suatu hubungan kekuasaan(power relationship) selalu ada pihak yang lebih kuat daripada pihak lain. Hal ini menyebabkan hubungan tidak seimbang(asimetris), dan ketergantungan satu pihak dengan pihak lain. Semakin timpang hubungan ini, maka makin kuat ketergantungannya. Hal ini disebut hegemoni, dominasi, atau penundukan oleh pemikir abad 20.<br />
<br />
<br />
<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: x-small;"><b>C. Perbedaan Power (Kekuasaan) dan Authority (Kewenangan)<br />
</b></span><span style="font-size: x-small;">Dalam pembahasan sebelumnya dinyatakan bahwa kewenangan berhubungan dengan kekuasaan, tapi dari segi lain, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Salah satunya, kewenangan adalah kekuasaan secara formal yang diberikan oleh organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar formalitas. Kewenangan adalah salah satu cara bagi seseorang untuk memperkuat kekuasaannya.<br />
<br />
Kewenangan adalah kekuasaan namun kekuasaan tidak terlalu berupa kewenangan. Kewenangan merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan ( legitimate power ), sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik di rumuskan sebgai kemampuan menggunakan sumber-sumber untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, maka kewenangan merupakan hak moral sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk peratuaran perundang-undangan.<br />
Kewenangan merupakan hak berkuasa yang di tetapkan dalam struktur organisasi sosial guna melaksanakan kebijakan yang di perlukan.<br />
<br />
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang paling banyak dibahas dalam ilmu politik, selain konsep lainnya. Kekuasaan berasal dari beberapa sumber, misalnya kekayaan, kedudukan, dan kepercayaan. Kekuasaan dan kewenangan adalah konsep yang berhubungan, tetapi keduanya berbeda. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang diberikan oleh organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar formalitas. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-18548315699741131382011-08-26T09:24:00.000+07:002011-08-24T08:56:22.723+07:00Berpikir Sukses<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Catatan penting bagi wiraswasta sejati adalah sejak awal harus berpikir sukses. Cuma dengan cara itu, bisnis bisa makin terus berkembang.<br />
Pesan dari sosok sekaliber Brad Sugars seperti inilah yang kelak bisa diperoleh pelaku bisnis di Tanah Air. Menurut rencana, pelatih bisnis terkemuka asal Australia ini datang ke Jakarta pada Rabu (25/11) dan Kamis (26/11) dan menjadi pembicara utama seminar "Brad Sugars Billionare in Training". <br />
Menurut CEO Action COACH Indonesia Herman Susanto pada Selasa (28/7), Sugars yang memulai karier bisnisnya sejak usia tujuh tahun bakal membantu pemilik bisnis di Indonesia agar tidak kehilangan strategi mencapai visi dan misi yang diharapkan. Total, diharapkan 6.000 peserta bakal hadir selama pergelaran dua hari tersebut.<br />
Saat ini, Brad Sugars telah menjelma menjadi seorang tokoh bisnis yang dikagumi oleh para pemilik bisnis. Usianya masih muda, tetapi kesuksesannya mencetak “miliarder” lewat ActionCOACH telah mengangkat namanya di jajaran tokoh paling berpengaruh dunia, seperti Rupert Murdoch, Henry Ford, Richard Branson, dan Anita Roddick.<br />
Sugars sukses membantu para pemilik bisnis. Utamanya, kala melakukan reformasi sistem bisnis.<br />
Pelatihan bisnis (<i>business coach</i>) garapan pemilik nama lengkap Bradley J Sugars mengklaim menggunakan pendekatan berbeda ketimbang pada umumnya. Pada bisnis ini, justru pemilik bisnislah yang melakukan seluruh strategi, formula serta teknik bisnis yang disarankan pelatih bisnis.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDaBP_ByG0CGH2rpSuC1U5yFQFgdVVRsMNPt1J4_65HA-meWx8yatUNOgNAoVMARx4z4d2Tp71bSwxRu9cvrJqdUi8wTAC_fV6-oaog42cCJ0TPiZ8gLKuYpp9iaqlg-8AXXZQkbgmREY/s1600-h/positive+thinking.gif"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5388286858986557506" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDaBP_ByG0CGH2rpSuC1U5yFQFgdVVRsMNPt1J4_65HA-meWx8yatUNOgNAoVMARx4z4d2Tp71bSwxRu9cvrJqdUi8wTAC_fV6-oaog42cCJ0TPiZ8gLKuYpp9iaqlg-8AXXZQkbgmREY/s200/positive+thinking.gif" style="display: block; height: 200px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 200px;" /></a><br />
Menurut Sugars, bantuan terbesar pelatih bisnis kepada anak didiknya adalah <i>mindset </i>sukses berikut sistem pemantauan (<i>monitoring</i>) efektif. Apabila <i>mindset</i> pengusaha berubah menjadi lebih positif, segala hal juga berubah menjadi positif. Termasuk arah perusahaan dan kondisi keuangan pada akhirnya.<br />
Seusai menamatkan sekolah di Universitas Queensland, Sugars menjadi "wiraswastawan serial" sekaligus menjadi pemilik atau pihak yang menjalankan lebih dari 30 kegiatan bisnis berbeda.<br />
Sugars adalah pendiri waralaba pelatihan bisnis ActionCOACH pada 1993. Pada 2006, ia me-<i>rebrand </i>usahanya itu menjadi ActionCOACH.<br />
Sementara di Tanah Air, ActionCOACH Indonesia sampai sekarang memiliki 28 pelatih bisnis. Di tahun pertama, ActionCOACH Indonesia memiliki 12 klien yang kemudian berkembang hingga lebih dari 1.000 klien pada 2009.<br />
<br />
<br />
Sumber : <b>Kompas</b></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-38222068270837578162011-08-24T10:55:00.000+07:002011-08-24T10:55:00.051+07:00Pengantar Ilmu Komunikasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: 14pt;">Pengertian Komunikasi<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari<br />
komunikator kepada komunikan melalui media terrtentu untuk<br />
menghasilkan efek /tujuan dengan mengharapkan feedback<br />
atau umpan balik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: 14pt;"> Komponen-komponen komunikasi<br />
</span></b><b><i><span style="font-size: 12pt;">a. Komunikator/Penyampai pesan/Sumber/Source</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Semua proses komunikasi berasal dari sumber, yang dapat<br />
berupa<br />
· perorangan , jika dalam komunikasi individual atau<br />
antar perorangan, atau seorang dengan beberapa<br />
orang<br />
· Suatu lembaga atau organisasi, atau orang yang<br />
dilembagakan (komunikasi dengan media massa)<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Pesan/Message</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Unsur pesan meliputi semua materi atau isi yang<br />
dikomunikasikan antara pihak-pihak yang terlibat dalam<br />
proses komunikasi, baik yang disampaikan secara verbal<br />
maupun non verbal., baik secara langsung maupun tidak<br />
langsung (melalui media massa misalnya)<br />
Pesan dapat berupa:<br />
· pesan verbal, misalnya: bahasa/kata-kata lisan atau<br />
tertulis<br />
· pesan non verbal, misalnya: isyarat, gambar, warna<br />
· pesan paralinguistik, misalnya: kualitas suara, tekanan<br />
suara(tinggi rendah nada bicara), kecepatan suara,<br />
vokalisasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
<b><i>c. Saluran/Media/Channel</i></b><br />
Unsur saluran merupakan sarana tempat pesan yang<br />
disampaikan sehingga bisa diterima dan dimaknai oleh<br />
komunikan.<br />
Misalnya: media massa (surat kabar, majalah, televisi,<br />
radio dll.) telepon, surat,<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">d. Komunikan/Penerima pesan/Receiver<br />
</span></i></b><span style="font-size: 12pt;">Unsur penerima merupakan sasaran dari komunikasi, bisa<br />
terdiri dari seseorang atau beberapa orang atau suatu lembaga/organisasi<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">e. Tujuan/Destination/Efect<br />
</span></i></b><span style="font-size: 12pt;">Efek merupakan hasil dari suatu kegiatan komunikasi,<br />
merupakan tujuan dari peserta-peserta di dalam proses<br />
komunikasi<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">f. Umpan Balik/Feedback</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Feedback merupakan tanggapan atas pesan komunikan<br />
apabila tersampaikan atau disampaikan kepada<br />
komunikator<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">g. Gangguan/Noise</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Gangguan tak terncana yang terjadi dalam proses<br />
komunikasi sebagai akibat pesan yang diterima komunikan<br />
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator<br />
kepada komunikan.<br />
Misalnya: perkuliahan yang terganggu akibat ada pesawat<br />
terbang yang melintas rendah di atas kelas<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt;">Tujuan utama komunikasi</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> <br />
Membangun/menciptakan pemahamam atau pengertian<br />
bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus<br />
menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu<br />
perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt;"><br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kasih komentar,kritik dan sarannya ya,agar blog ini dapat lebih baik lagi<o:p></o:p></span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-8786150770565457152011-08-24T10:11:00.000+07:002011-08-24T08:39:46.873+07:00Pengertian Kewirausahaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Istilah kewirausahaan berasal dari kata wirausaha. Kata <a href="http://bagiilmublogspot.blogspot.com/search/label/Kewirausahaan">wirausaha</a> merupakan gabungan dua kata yang menjadi satu yaitu kata <b><i>wira</i></b> dan <b><i>usaha</i></b>. <b><i>Wira</i></b> artinya pahlawan, laki-laki, sifat jantan, perwira. <b><i>Usaha</i></b> artinya kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Usaha juga berarti pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu. Usaha dibidang perdagangan (dengan maksud mencari keuntungan) berarti perdagangan, perusahaan. Dalam bahasa Inggris istilah wirausaha dikenal dengan istilah entrepreneur (lihat Kamus Dagang, Savary – 1723).</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada mulanya enterpreneur atau wirausaha diartikan sebagai orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual. Disamping itu, ada pula yang mengartikan wirausaha sebagai berikut :</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DA" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt;">·</span><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7pt;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;">sebagai orang yang berani menanggung resiko</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DA" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt;">·</span><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7pt;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;">sebagai orang yang memobilisasi dan mengalokasikan modal</span><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DA" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt;">·</span><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7pt;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;">sebagai orang yang menciptakan barang baru.</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DA" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt;">·</span><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7pt;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;">sebagai orang yang mengurus perusahaan.</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="DA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
Dalam perkembangannya istilah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan"><i>entrepreneur atau wirausaha</i></a> didefinisikan sebagai orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan tindakan yang tepat guna memastikan sukses.</span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-28654327915530900652011-08-20T09:16:00.003+07:002011-08-20T09:16:19.569+07:00Kompetensi Menjadi Wirausahawan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:113524066;
mso-list-template-ids:1199892704;}
@list l1
{mso-list-id:1180004646;
mso-list-template-ids:68315034;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">knowing your business</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">knowing the basic business management</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">having the proper attitude</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">having adequate capital</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">managing finances effectively</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">managing time efficiently</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">managing people</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">statisfying customer by providing high quality product</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">knowing Hozu to Compete</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">copying with regulation and paper work</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139) <o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
Delapan sifat di terapkan agar dapat menuju puncak karir berwirausaha, terdiri atas :<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">mau kerja keras (capacity for hard work) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">penampilan yang baik (good appearance) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">yakin (self confidence) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">pandai membuat keputusan (making sound decision) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">mau menambah ilmu pengetahuan (college education) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">ambisi untuk maju (ambition drive) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;">pandai berkomunikasi (ability to communicate)<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-64055043244900006132011-08-20T09:10:00.003+07:002011-08-20T09:10:28.696+07:00Ciri-Ciri Wirausaha Yang Berhasil<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1246305481;
mso-list-template-ids:120897552;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l1
{mso-list-id:1546216249;
mso-list-template-ids:-1529606948;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
<o:p></o:p></span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Memiliki visi dan tujuan yang jelas</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Inisiatif dan selalu proaktif</span></b><span style="font-size: 12pt;">. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Berorientasi pada prestasi</span></b><span style="font-size: 12pt;">. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Berani mengambil risiko</span></b><span style="font-size: 12pt;">. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Kerja keras</span></b><span style="font-size: 12pt;">. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Komitmen pada berbagai pihak</span></b><span style="font-size: 12pt;"> merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum dalam 3 sikap, yaitu :<o:p></o:p></span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Jujur</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Mempunyai tujuan jangka panjang</span></b><span style="font-size: 12pt;">, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: 12pt;">Selalu taat berdoa</span></b><span style="font-size: 12pt;">, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-29242645809280741162011-08-20T08:59:00.000+07:002011-08-20T08:59:12.687+07:00Komunikasi Dan Pembangunan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><u><span style="font-size: 12pt;">*Mitos Komunikasi dalam Pembangunan </span></u></b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Masih banyak orang terkecoh antara realitas dengan mitos mengenai hubungan antara komunikasi massa dengan perilaku menyimpang, misalnya peristiwa perkosaan atau pembunuhan yang terjadi di dalam masyarakat adalah karena pengaruh media massa, misalnya televisi, film-film di gedung bioskop, VCD dan sebagainya. Sementara itu, sejumlah kalangan terbatas, misalnya para ilmuwan tidak berani dengan serta-merta menganggap bahwa tayangan televisi, VCD atau bioskop dan sejenisnya adalah biang dari terjadinya perilaku menyimpang itu. Jangan-jangan memang dua-duanya itu antara realitas dan mitos terjadi di dalam masyarakat.<br />
Mitos komunikasi yang dikemukakan oleh Gonzales meliputi mitos tentang sistem sumber, pesan, saluran, segmen khalayak dalam sistem pemakai, efek dan mitos tentang alternatif pembangunan <br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mitos tentang sistem sumber antara lain mitos tentang yang baru itu lebih baik, mengatakan "tidak" itu salah, pendidikan lebih tinggi berarti keahlian lebih tinggi, hanya ilmuwan yang dapat melakukan riset, kasus yang berhasil dapat dijadikan model yang baik. Mitos tentang pesan berkaitan dengan mitos tentang informasi saja cukup untuk menyokong pembangunan, isi media massa sama dengan efeknya, media exposure sama dengan efek, suatu inovasi yang baik akan laku dengan sendirinya.<br />
Mitos tentang saluran meliputi mitos tentang media yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih baik, kampanye informasi publik adalah kampanye media massa, ada satu medium yang paling baik kerjanya untuk segala macam penggunaan, teknologi komunikasi itu netral. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Berikutnya adalah mitos tentang segmen khalayak dalam sistem pemakai, yang berisi tentang : target khalayak kita adalah masyarakat umum, pengadopsi inovasi yang pertama adalah model yang baik untuk dijadikan contoh, keputusan dibuat pada tingkat individu, individulah yang harus disalahkan untuk masalah yang dihadapinya, mendengarkan tidaklah sepenting, seperti berbicara kepada khalayak Anda.<br />
Selanjutnya, mitos tentang efek yang meliputi mitos tentang perbedaan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku di antara kelompok-kelompok sosial ekonomi yang berbeda tak dapat dihindari dalam program-program pembangunan, beri perlakuan yang sama pada setiap orang dalam pembangunan. Mitos tentang alternatif pembangunan antara lain tentang masyarakat yang modern adalah masyarakat yang hidup menurut cara barat, untuk menjadi modern, seseorang harus disosialisasikan ke dalam kepercayaan dan sikap tertentu, tahap-tahap pembangunan tak dapat diulangi kembali, kita selalu mengerjakan seperti ini.<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><u><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">*Komunikasi dan Pembangunan </span></u></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Menurut <i>Roucek dan Warren</i>, komunikasi itu adalah suatu proses pemindahan atau pengoperan fakta-fakta, keyakinan-keyakinan sikap, reaksi-reaksi emosional, serta berbagai bentuk kesadaran manusia. Senada dengan pendapat Roucek &amp; Warren ini adalah pendapatnya Cherry, yang menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi, dengan tujuan mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Proses ini, dan kaitan hubungan yang ada di antara peserta dalam proses, kita sebut komunikasi. Komunikasi bukan merupakan jawabannya itu sendiri, tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerusan rangsangan dan pembangkitan balasannya. <br />
<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pengertian dari pembangunan mengacu proses perubahan yang dengan sadar ditujukan untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat. Jadi, dengan formulasi apa pun pembangunan dirumuskan, sebenarnya esensinya tidak lain adalah dalam rangka meningkatkan taraf dan kualitas hidup individu dan masyarakat, baik secara lahiriah maupun batiniah. <br />
<i>Everett M. Rogers</i> mengatakan, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa (Rogers, 1985: 2). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sementara itu <i>Hedebro Goran</i> mengatakan bahwa pembangunan tidak lain adalah proses perubahan untuk meningkatkan kondisi-kondisi hidup. Namun, yang perlu dipahami di sini bahwa yang dimaksud dengan proses perubahan itu tidak semata-mata dan sekadar untuk menunjukkan proses perubahan belaka, melainkan harus juga digambarkan secara jelas tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari proses perubahan itu sendiri. Jadi, tujuan itu penting bagi proses perubahan yang namanya pembangunan.<br />
<i>Bryant dan White</i> menyatakan bahwa terdapat empat aspek yang terkandung di dalam pembangunan kualitas manusia sebagai upaya meningkatkan kapasitas mereka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"> Pertama, pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas (capacity), kepada apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta energi yang diperlukan untuk itu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kedua, pembangunan harus menekankan pemerataan (equity). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;">Ketiga, pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang (empowerment) yang lebih besar kepada rakyat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"> Keempat, pembangunan mengandung pengertian berkelangsungan atau berkelanjutan (sustainable) dan interdependensi di antara negara-negara di dunia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-43524614931509875332011-07-17T14:02:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.095+07:00Pengertian Sosiologi Politik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <b><span style="font-size: 14pt;">A. Sosiologi</span></b><br />
<b><span style="font-size: 14pt;"></span></b><br />
<b><span style="font-size: 14pt;"></span></b><br />
<b><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></b><br />
<br />
Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu Socius dan Logos. Socius berarti kawan, teman. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Sedangkan masyarakat itu sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.<br />
<br />
Sosiologi mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara dan berbagai organisasi politik, ekonomi, dan sosial.<br />
<br />
Berikut ini adalah pengertian sosiologi menurut beberapa ahli :<br />
• Pitirim Sorokin<br />
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.<br />
<br />
• Max Weber<br />
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.<br />
<br />
• Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi<br />
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.<br />
Menurut pengertian dari berbagai tokoh, dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola hubungan masyarakat serta timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan gejala nonsosial.<br />
<br />
<b><span style="font-size: 14pt;">B. Politik<o:p></o:p></span></b><br />
<br />
Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya negara. Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.<br />
<br />
Selain itu, politik juga dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, antara lain:<br />
• Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara.<br />
• Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.<br />
• Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan politik.<br />
<br />
<b><span style="font-size: 14pt;">C. Sosiologi Politik<o:p></o:p></span></b><br />
<br />
Sosiologi politik mempunyai beberapa pengertian yang dilihat dari sudut berbeda beberapa ahli. Berikut ini adalah beberapa pengertian sosiologi politik:<br />
<br />
Sosiologi politik adalah cabang ilmu sosiologi yang memperhatikan sebab dan akibat sosial dari distribusi kekuatan di dalam masyarakat, dan dengan konflik-konflik sosial dan politik yang berakibat pada perubahan terhadap alokasi kekuatan tersebut. Fokus utama dari sosiologi politik adalah deskripsi, analisis, dan penjelasan tentang suatu negara, suatu lembaga yang mengklaim monopoli terhadap legitimasi pengunaan kekuatan terhadap suatu wilayah di masyarakat. Sementara ilmu politik terutama berurusan dengan mesin pemerintahan, mekanisme administrasi publik, dan bidang politik formal pada pemilihan umum, opini publik, dan perilaku politik. Analisis sosiologi terhadap gejala politik lebih menitikberatkan pada hubungan antara politik, struktur sosial, ideology, dan budaya (Gordon Marshall, 1998).<br />
<br />
Sosiologi politik adalah upaya untuk memahami dan campur tangan ke dalam hubungan yang selalu berubah antara sosial dan politik. Intinya, ketidakmungkinan dalam sosiologi politik membuat sosiologi politik itu penting.<br />
Keberaadaan suatu kata tidak mengindikasikan keberadaan suatu konsep. Demikian juga, ketiadaan suatu kata tidak mengindikasikan ketiadaan suatu konsep. Karenanya kata “social” mungkin ada tanpa konsep dan sebaliknya. Ini diterapkan ke semua hubungan konsep kata bahwa seseorang yang melakukan sosiologi politik akan menggunakan kata ras, gender, kelas, bangsa, orang, kekuasaan, negara, tekanan, kekerasan, kekuatan, hukum, dan lain-lain.<br />
<br />
Hubungan ketergantungan antara kata dan konsep memunculkan masalah definisi. “hanya yang tidak memiliki sejarah yang dapat diuraikan.” Karenanya konsep inti dari sosiologi politik tidak dapat diuraikan (http://www.theoria.ca/theoria mengutip Genealogy of Morality, II, 13)<br />
<br />
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiologi politik adalah ilmu tentang kekuasaan, pemerintahan, otoritas, komando di dalam semua masyarakat manusia, tidak hanya di dalam masyarakat nasional. Pengertian tersebut pada dasarnya membedakan antara pemerintah dengan yang diperintah. Di dalam suatu kelompok manusia terdapat orang yang memerintah dan orang yang mematuhinya, terdapat mereka yang membuat keputusan dan orang-orang yang menaati keputusan tersebut. Dapat dikatakan bahwa ilmu ini adalah gabungan antara ilmu sosial dan politik yang berfokus pada hubungan antara masyarakat dan pemerintah, dimana pemerintah lebih berperan untuk mengatur masyarakat melalui lembaga kepemerintahannya.<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-87563944090958274092011-07-15T12:13:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.095+07:00Pengertian Teori PedesaanPengertian<br />
Batasan. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan kelompoknya. Yang mencakup hubungan di dalam dan antara kelompok-kelompok manusia. Unsur-unsur yang terdapat dalam batasan ini adalah manusia, hubungan dan kelompok. Perkataan socius dalam bahasa latin yang berarti teman, dan logos adalah ilmu atau pengetahuan, teman disini mempunyai arti yang luas dari pada yang dimaksudkan sehari-hari, yaitu pihak lain dalam suatu hubunga. Jadi bisa diartikan kawan maupun lawan.<br />
Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang melukiskan dan mencakup hubungan manusia didalamnya dan antara kelompok – kelompok yang ada di lingkungan pedesaan (rural dalam bahasa inggris). Perkataan pedesaan dalam pemakaian sehari- hari mudah saja untuk dimengerti. Tetapi jika harus diberikan batasan yang tepat adalah sukar juga. Jika kita ikuti<br />
Maksud untuk mempelajari sosiologi pedesaan adalah untuk mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat pedesaan dan hubungan-hubungannya.yang melukiskan setelitinya tingkah laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan pedesaan itu. Hasil dari penelitian sosiologi pedesaan tadi dapat di pergunakan untuk usaha-usaha perbaikan penghidupan dan kehidupan manusia pedesaan. Misalnya usaha penyuluhan pertanian.<br />
Bacaan perkataan desa hanya dipakai di daerah jawa, Madura, bali, perkataan dusun dipakai di daerah sumatera selatan : di Maluku orang mengenal nama dusun dati, di batak perkataan dusun dipakai buat nama pendukuan. Di aceh orang memakai nama gambong dan meunasah buat daerah-hukum yang paling bawah. Di batak daerah-hukum setingkat dengan desa diberi nama kuta, uta atau huta.daerah –hukum di minangkabau dinamakan nagari, daerah-gabungan ada yang dinamakan luha, di daerah sumatera timur daerah-hukum yang paling bawah ialah suku. Disumatera selatan(kerinci, Palembang, Bengkulu) daerah-hukum di lampung nama dusun atau tiuh, di minahasa wanua, didaerah makasar ialah daerah-gaukang, dibugis adalah daerah-matowa.<br />
Penularan masyarakat ( social contagion)<br />
hal ini adalah penyebaran gagasan, sikap atau pola tingkah laku kepada sejumlah banyak orang, karena interaksi social dengan sedikit pencerminan akal (Ratio), bentuk penularan masyarakat ini bemacam-macam<br />
Mode, yaitu suatu yang aktif relatif singkat waktunya dan mengenai cara menghias diri, cara berbicara dan lain-lain pola tingkah laku. Ada sedikit tekanan untuk berlaku seragam itu, bukan kerena agama atau moral, tetapi karena banyak orang telah berbuat demikian sehingga lain-lainnya juga tidak mau ketinggalan. Contoh jelas adalah mode pada cara pakaian golongan wanita.<br />
Kegemaran, ini adalah pola tingkah laku yang pendek sekali umurnya dan daya tariknya terletak pada sifat kebaru-baruannya itu. Umpamanya cara berpakaian istimewa untuk sementara waktu, riasan rambut, model sepatu yang istimewa, dst<br />
Kegila-gilaan, juga umumnya pendek sekali dan daya tariknya baru dan serem. Contohnya seperti saling bermusuhan antara kelompok- kelompok pemuda, ngebut dengan sepeda motor, pemborongan barang-barang karena takut harganya naik,<br />
Epidemic sosiologi, hal ini mengenai penularan sosial dalam lapisan masyarakat yang luas. Biasanya dengan penuh emosi dan adanya kepentingan umum, kadang-kadang bersifat penyakit psychis. Contohnya seperti upacara magis dalam masa-masa genting. Sikap bermusuhan terhadap golongan tertentu, sikap takut dan gelisah terhadap keadaan ekonomi yang memburuk<br />
Gerakan masa,yang terdiri dari kerusuhan, kerusuhan sebagai aksi protes yang telah dikoordinasikan, tetapi secara spontan oleh berbagai lapisan masyarakat dimana-mana, karena merasa tidak puas dengan kondisi yang ada dan kegelisahan sosial. Gerakan masa berbeda dengan gerakan sosial, karane yang pertama tidak ada rencana dan pimpinan yang tersusun rapi.<br />
<br />
Arti Desa menurut beberapa tokoh<span class="MsoFootnoteReference"><strong><span lang="PT-BR" style="font-size: 14pt;">:</span></strong></span> <br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 12pt 36pt; text-align: justify;"><strong><span lang="PT-BR" style="font-size: 14pt;"><a href="http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/04/01/pengertian-sosiologi-pedesaan/#_ftn1" name="_ftnref1"><span class="MsoFootnoteReference"></span></a></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR"><span>1.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="PT-BR">Sutardjo Kartohadikusumo</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR"><span>2.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="PT-BR">C.S. Kansil <a href="http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/04/01/pengertian-sosiologi-pedesaan/#_ftn2" name="_ftnref2"><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><strong><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif&quot"; font-size: 12pt;"></span></strong></span><!--[endif]--></span></span></a></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 12pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR"><span>3.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="PT-BR">Menurut Bintarto</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span>4.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><!--[endif]--><strong>Paul H. Landis</strong></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;">Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. <span lang="IN">Dengan ciri ciri sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>a.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>b.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>c.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan, alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>d.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Sistem kehidupannya berkelompok</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>e.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Termasuk kedalam masyarakat homogen dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>f.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Homogenitas Sosial</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>g.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Hubungan primer</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>h.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Kontrol sosial yang ketat</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>i.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Gotong-royong</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>j.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Ikatan sosial</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>k.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Magis religius</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="IN"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;"><span>Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Dari beberapa pengertian tentang desa diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa Desa adalah sebuah wilayah yang ditempati sejumlah penduduk yang daerahnya masih dipenuhi oleh pepohonan dan lahan kosong, dan kekerabatan diantara penduduknya sangat erat dimana penduduknya memiliki sistem pemerintahan sendiri.<a href="" name="BM46"></a></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="IN"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;"><span>Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 36pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional<em> (Gemeinschaft)</em> yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut <a href="http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/04/01/pengertian-sosiologi-pedesaan/#_ftn3" name="_ftnref3"><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif&quot"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a>:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><em><span lang="IN">a.<strong><span> </span></strong><span style="text-decoration: underline;">Afektifitas</span></span></em><span lang="IN"> ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan<span> </span>tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain<span> </span>dan menolongnya tanpa pamrih.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>b.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="text-decoration: underline;"><span lang="IN">Orientasi kolektif</span></span></em><em><span lang="IN"><span> </span></span></em><span lang="IN">sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.<em></em></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>c.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="text-decoration: underline;"><span lang="IN">Partikularisme</span></span></em><em><span lang="IN"> </span></em><span lang="IN"><span> </span>pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)<em></em></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>d.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="text-decoration: underline;"><span lang="IN">Askripsi </span></span></em><span lang="IN"><span> </span>yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).<em></em></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><strong><span lang="IN"><span>e.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span></strong><!--[endif]--><em><span style="text-decoration: underline;"><span lang="IN">Kekabaran</span></span></em><span lang="IN"> (<em>diffuseness). </em>Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.<strong></strong></span></div><div style="margin-left: 45.35pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;"><span>Ø<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN">Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam macam gejala, diantaranya sebagai berikut <a href="http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/04/01/pengertian-sosiologi-pedesaan/#_ftn4" name="_ftnref4"><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif&quot"; font-size: 12pt;"></span></span></span></span></a></span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>a.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="IN">Konflik (pertengkaran)</span></strong><span lang="IN">. Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga.Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dsb.</span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>b.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="IN">Kontroversi (pertentangan)</span></strong><span lang="IN"> Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).</span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>c.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="IN">Kompetisi (persiapan) </span></strong><span lang="IN">Masyarakat Pedesaan adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif.</span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN"><span>d.<span style="font-size: 7pt; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><span lang="IN">Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan</span></strong><span lang="IN">. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain, jadi jelas bahwa masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas.</span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-17491187302927274522011-06-28T12:07:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.096+07:00PERUBAHAN SOSIAL<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><ul style="text-align: left;"><li><h3><span style="font-size: small;">PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL</span></h3></li>
</ul><div class="article"><div><div style="text-align: justify;"> Kamu tentu selalu ingin mengalami perubahan bukan? Ataukah kamu merasa puas dengan kondisi yang ada seperti saat ini? Perubahan sosial merupakan suatu perwujudan dinamika kehidupan sosial. Maka, tentunya untuk mencapai dinamika kehidupan sosial itu, masyarakat selalu mengalami perubahan.</div><div style="text-align: justify;"> Di tengah-tengah masyarakat, kelompok-kelompok sosial yang ada bukanlah sesuatu yang statis atau tetap, melainkan selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan yang diperlukan oleh kelompok tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh <strong> Auguste Comte</strong> bahwa sosiologi pada dasarnya mempelajari masyarakat, baik yang bersifat statis maupun dinamis. Perubahan diperlukan karena kelompok sosial tersebut tidak cocok lagi dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu.</div><span id="more-11973"> </span> <br />
<div style="text-align: justify;"> Mengapa terjadi perubahan? Pada dasarnya manusia adalah makhluk dinamis. Manusia tidak pernah merasa puas atau cukup dengan keadaan yang ada sekarang. Melalui interaksinya dengan manusia lain serta alam sekitarnya, manusia menyadari dan menemukan sesuatu yang lain, yang harus dilakukan untuk mengubah dan memperbarui hidupnya. Tentunya disesuaikan dengan perkembangan pola pikir dan kemampuan yang dimilikinya.</div><div style="text-align: justify;"> Perubahan merupakan gejala sosial yang dialami oleh setiap masyarakat. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk semakin maju dan berkembang, seiring dengan kemajuan pola pikir dan tingkat kemampuannya. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.</div><div style="text-align: justify;"> 1. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.</div><div style="text-align: justify;"> 2. Timbul keinginan untuk mengadakan perubahan.</div><div style="text-align: justify;"> 3. Sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga berusaha untuk menutupinya dengan mengadakan perbaikan.</div><div style="text-align: justify;"> 4. Adanya usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> 5. Banyaknya kesulitan yang dihadapi memungkinkan manusia berusaha untuk dapat mengatasinya.</div><div style="text-align: justify;"> 6. Tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan adanya keinginan untuk meningkatkan taraf hidup.</div><div style="text-align: justify;"> 7. Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal yang baru, baik yang datang dari dalam maupun dari luar masyarakat tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> 8. Sistem pendidikan yang dapat memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik.</div><div style="text-align: justify;"> Perubahan dilakukan oleh manusia menuju ke sebuah keadaan baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Perubahan dimaksudkan untuk meningkatkan taraf dan derajat kehidupannya, baik secara moral maupun materiil. Apakah perubahan sosial itu? Berikut ini beberapa ahli sosiologi mengungkapkan definisi perubahan sosial sesuai dengan sudut pandang mereka.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 1. Kingsley Davis</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 2. Robert Mac Iver</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 3. Samuel Koenig</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 4. J.P. Gillin dan J.L. Gillin</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> <strong> 5. Hans Garth dan C. Wright Mills</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial adalah apapun yang terjadi (baik itu kemunculan, perkembangan ataupun kemunduran), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.</div></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><b> </b></span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="color: black;"><b>TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL</b></span></li>
</ul><span style="color: black;"><b> </b></span>Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial adalah sebagai berikut.</div><span id="more-11976"> </span> <br />
<div style="text-align: justify;"><b> 1. Teori Evolusi (</b> <b> <i> Evolution Theory</i> </b> <b> )</b> </div><div style="text-align: justify;">Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu <i> unilinear theories of evolution, universal theories of evolution,</i> dan <i> multilined theories of evolution.</i> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b> a.</b> <b> <i> Unilinear Theories of Evolution</i> </b> </div><div style="text-align: justify;">Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.</div><div style="text-align: justify;"><b> b.</b> <b> <i> Universal Theories of Evolution</i> </b> </div><div style="text-align: justify;">Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.</div><div style="text-align: justify;"><b> c.</b> <b> <i> Multilined Theories of Evolution</i> </b> </div><div style="text-align: justify;">Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.</div><div style="text-align: justify;">Menurut <b> Paul B. Horton</b> dan <b> Chester L. Hunt</b>, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.</div><div style="text-align: justify;">b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.</div><div style="text-align: justify;">c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir.</div><div style="text-align: justify;">Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat terusmenerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan sosialisasi.</div><div style="text-align: justify;"><b> 2. Teori Konflik (</b> <b> <i> Conflict Theory</i> </b> <b> )</b> </div><div style="text-align: justify;">Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.</div><div style="text-align: justify;">Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini.</div><div style="text-align: justify;">a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.</div><div style="text-align: justify;">b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.</div><div style="text-align: justify;">d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><b> 3. Teori Fungsionalis (</b> <b> <i> Functionalist Theory</i> </b> <b> )</b> </div><div style="text-align: justify;">Konsep yang berkembang dari teori ini adalah <i> cultural lag</i> (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau <i> cultural lag</i> .</div><div style="text-align: justify;">Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.</div><div style="text-align: justify;">Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;">a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.</div><div style="text-align: justify;">b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.</div><div style="text-align: justify;">d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><b> 4. Teori Siklis (</b> <b> <i> Cyclical Theory</i> </b> <b> )</b> </div><div style="text-align: justify;">Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.</div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;"><b> a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)</b> </div><div style="text-align: justify;">Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.</div><div style="text-align: justify;"><b> b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)</b> </div><div style="text-align: justify;">Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.</div><div style="text-align: justify;">1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.</div><div style="text-align: justify;">2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.</div><div style="text-align: justify;">3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.</div><div style="text-align: justify;"><b> c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)</b> </div><div style="text-align: justify;">Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.<br />
<br />
<ul><li><span style="font-size: small;"><b>BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL</b></span></li>
</ul><div class="article"><div><div style="text-align: justify;"> Pada hakikatnya, perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk. Untuk mengetahuinya, mari kita simak bersama uraian berikut ini.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 1. Perubahan Lambat (Evolusi)</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan secara lambat atau evolusi memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.</div><span id="more-11994"> </span> <br />
<div style="text-align: justify;"> <strong> 2. Perubahan Cepat (Revolusi)</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan yang berlangsung secara cepat dinamakan dengan revolusi. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu maupun tanpa direncanakan. Selain itu dapat dijalankan tanpa kekerasan maupun dengan kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Perubahan-perubahan tersebut dianggap cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antarmanusia. Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan.</div><div style="text-align: justify;"> Secara sosiologis, persyaratan berikut ini harus dipenuhi agar suatu revolusi dapat tercapai.</div><div style="text-align: justify;"> a. Harus ada keinginan dari masyarakat banyak untuk mengadakan perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada keinginan untuk mencapai keadaan yang lebih baik.</div><div style="text-align: justify;"> b. Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat untuk mengadakan perubahan.</div><div style="text-align: justify;"> c. Pemimpin harus dapat menampung keinginan atau aspirasi dari rakyat untuk kemudian merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program kerja.</div><div style="text-align: justify;"> d. Ada tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat oleh masyarakat dan dilengkapi oleh suatu ideologi tertentu.</div><div style="text-align: justify;"> e. Harus ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu saat di mana keadaan sudah tepat dan baik untuk mengadakan suatu gerakan.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 3. Perubahan Kecil</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Pada zaman dahulu, kaum perempuan di Indonesia setiap harinya mengenakan baju kebaya. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan mode, model pakaian yang mereka kenakanpun mengalami perubahan. Ada yang memakai rok panjang, rok mini, celana panjang, kaos, dan lainlain. Contoh tersebut merupakan suatu bentuk perubahan kecil.</div><div style="text-align: justify;"> Apa yang kamu ketahui mengenai perubahan kecil? Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 4. Perubahan Besar</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan besar adalah suatu perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam sistem kerja, sistem hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Contohnya kepadatan penduduk di Pulau Jawa telah melahirkan berbagai perubahan, seperti semakin sempitnya lahan, terjadinya banyak pengangguran tersamar di desa-desa, dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 5. Perubahan yang Dikehendaki</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan ini merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihakpihak ini dinamakan <em> agent of change</em>, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.</div><div style="text-align: justify;"> Cara-cara untuk memengaruhi masyarakat adalah dengan rekayasa sosial (<em> social engineering</em> ), yaitu dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering pula dinamakan perencanaan sosial (<em> social planning</em> ). Contohnya, lahirnya undang-undang pemilu yang merubah tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Saat ini rakyat memilihnya secara langsung.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 6. Perubahan yang Tidak Dikehendaki</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Pada tanggal 27 Mei 2006 di Jogjakarta dan Jawa Tengah diguncang gempa yang mengakibatkan banyak penduduk kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Banyak fasilitas umum, seperti jalan, sekolah, dan rumah sakit rusak. Dengan demikian aktivitas masyarakat menjadi lumpuh. Peristiwa yang tidak mereka kehendaki tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan tidak bisa diantisipasi atau diprediksi sebelumnya. Dalam sosiologi, perubahan tersebut biasa disebut dengan perubahan yang tidak dikehendaki karena menimbulkan akibatakibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 7. Perubahan Struktural</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan struktural adalah perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat. Contohnya perubahan sistem pemerintahan dari monarkhi ke sistem pemerintahan republik.</div><div style="text-align: justify;"> <strong> 8. Perubahan Proses</strong> </div><div style="text-align: justify;"> Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya. Contohnya, perubahan kurikulum dalam pendidikan. Sifatnya menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam perangkat atau dalam pelaksanaan kurikulum sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><ul><li><b>PROSES PERUBAHAN SOSIAL</b></li>
</ul><div class="article"><div> Perubahan sosial terjadi pada setiap masyarakat. Bagaimanakah proses terjadinya perubahan sosial? Perubahan sosial dapat terjadi melalui difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.<br />
<strong> 1. Difusi</strong> <br />
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan (ide-ide, keyakinan, hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya) dari individu kepada individu lain, dari satu golongan ke golongan lain dalam suatu masyarakat atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dari pengertian tersebut dapat dibedakan dua macam difusi, yaitu difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat.<span id="more-11983"> </span> <br />
a. Difusi intramasyarakat (<em> intrasociety diffusion</em> ), yaitu difusi unsur kebudayaan antarindividu atau golongan dalam suatu masyarakat. Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.<br />
1) Adanya suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai banyak kegunaan.<br />
2) Ada tidaknya unsur kebudayaan yang memengaruhi diterima atau tidaknya unsur yang lain.<br />
3) Unsur baru yang berlawanan dengan unsur lama kemungkinan besar tidak akan diterima.<br />
4) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan dengan mudah diterima atau tidak.<br />
5) Pemimpin atau penguasa dapat membatasi proses difusi tersebut.<br />
b. Difusi antarmasyarakat (<em> intersociety diffusion</em> ), yaitu difusi unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Faktor-faktor yang memengaruhi difusi antarmasyarakat adalah sebagai berikut.<br />
1) Adanya kontak antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.<br />
2) Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru tersebut.<br />
3) Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.<br />
4) Ada tidaknya unsur kebudayaan lain yang menyaingi unsur penemuan baru tersebut.<br />
5) Peranan masyarakat dalam menyebarkan penemuan baru tersebut.<br />
6) Paksaan untuk menerima unsur baru tersebut.<br />
Mengenai masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu masyarakat dapat terjadi melalui perembesan secara damai, perembesan dengan kekerasan, dan simbiotik.<br />
a. Perembesan damai (<em> penetration passifique</em> ), yaitu masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat tanpa kekerasan dan paksaan, namun justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin maju. Contohnya masuknya internet ke sekolah-sekolah.<br />
b. Perembesan dengan kekerasan (<em> penetration violente</em> ), yaitu masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat yang diwarnai dengan kekerasan dan paksaan, sehingga merusak kebudayaan masyarakat penerima. Contohnya masuknya budaya asing pada masa penjajahan kolonial Belanda.<br />
c. Simbiotik, yaitu proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dari dalam masyarakat yang hidup berdampingan. Ada tiga macam proses simbiotik, yaitu mutualistik, komensalistik, dan parasitistik.<br />
1) Mutualistik, yaitu simbiose yang saling menguntungkan<br />
2) Komensalistik, yaitu simbiose di mana satu pihak mendapatkan keuntungan, tetapi pihak lain tidak untung namun juga tidak rugi.<br />
3) Parasitistik, yaitu simbiose di mana satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak lain menderita kerugian.<br />
<strong> 2. Akulturasi</strong> <br />
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya, tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan asli.<br />
Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat tergantung persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila masuknya melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan berlangsung relatif lebih cepat.<br />
<strong> 3. Asimilasi</strong> <br />
Asimilasi adalah proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama, dan kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masingmasing berubah sifatnya yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang berbeda dengan aslinya.<br />
Asimilasi terjadi sebagai usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut <strong> Koentjaraningrat</strong>, proses asimilasi akan timbul apabila ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan saling berinteraksi secara langsung dan terusmenerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.<br />
<strong> 4. Akomodasi</strong> <br />
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjuk terciptanya keseimbangan dalam hubungan-hubungan sosial antarindividu dan kelompok-kelompok sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk kepada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan-pertentangan atau usaha-usaha untuk mencapai kestabilan interaksi sosial.</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div></div></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-63948854141959355992011-04-05T13:40:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.096+07:00Teori sosiologi Klasik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h2 style="color: red; font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><u><strong>Tinjauan Mata Kuliah</strong></u></span></h2>Mempelajari ilmu sosiologi tidak akan dapat terlepas pula dari mempelajari mata kuliah teori sosiologi baik yang klasik maupun yang modern. Dengan demikian Anda sebagai mahasiswa sosiologi mempunyai kewajiban untuk mempelajari dan juga memahami tentang landasan teori dari konsep-konsep sosiologi yang sudah dan yang akan Anda pelajari dalam mata kuliah-mata kuliah lainnya.<br />
Mata kuliah Teori Sosiologi Klasik ini merupakan dasar untuk mempelajari mata kuliah <a href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/teori-sosiologi-modern/" title="Teori Sosiologi Modern">Teori Sosiologi Modern</a>, karena pemikiran dari para tokoh yang dikategorikan dalam teori sosiologi klasik banyak mempengaruhi bahkan menjadi dasar berpijak dari munculnya teori-teori dari para tokoh yang kemudian dikategorikan dalam teori sosiologi modern. Pemikiran-pemikiran serta konsep-konsep para tokoh sosiologi klasik dapat dikatakan sampai kapan pun akan terus menjadi payung dari munculnya teori-teori baru di kemudian hari, atau dapat juga dikatakan sosiologi klasik itu tidak akan pernah hilang dari khasanah perkembangan ilmu sosiologi.<br />
Dalam teori sosiologi klasik akan dibahas latar belakang dari perkembangan teori sosiologi dan riwayat hidup dari para tokoh sosiologi klasik serta pemikiran-pemikiran mereka. Berawal dari modul pertama pembahasan akan mengetengahkan materi tentang teori sosial dalam konteks sosiologi kemudian dilanjutkan dengan materi tentang sejarah teori sosiologi klasik yang akan dikemukakan pada modul kedua. Sesuai dengan perkembangan masyarakat yang terjadi pada abad ke-20 maka teori sosiologi pun juga mengalami perkembangan, dimana akan dibahas tentang teori sosiologi menjelang abad ke-20 dan perkembangannya setelah pertengahan abad ke-20, semua itu akan dijelaskan pada modul ketiga.<br />
Agar Anda dapat mengetahui secara lebih jelas tentang tokoh sosiologi klasik maka pada modul-modul berikutnya yang dimulai dari modul empat sampai modul dua belas, akan disajikan pembahasan tentang tokoh-tokoh dari teori sosiologi klasik. Pembahasan akan berawal dari Auguste Comte, Hebert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Georg Simmel, Karl Mannheim, Robert Ezra Park, dan juga Alfred Schutz . Setiap pembahasan akan diuraikan tentang riwayat hidup masing-masing tokoh, yang kemudian dilanjutkan pula tentang pemikiran teoritis mereka masing-masing.<br />
<span lang="SV">Para sosiolog Amerika awal beraliran politik liberal dan tidak konservatif seperti kebanyakan teoritisi Eropa awal. Menurut Schwendinger dan Schwendinger (1974) menyatakan bahwa teori sosiologi Amerika awal membantu merasionalkan eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta ketimpangan sosial. Dengan demikian, liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung implikasi konservatif yang sangat besar.</span><span lang="SV">Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Amerika adalah industrialisasi dan urbanisasi. Roescoe Hinkle (1980) dan E. Fuhrman (1980) melukiskan beberapa konteks dasar yang mendorong bangunan teori yang menyangkut <a href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/perubahan-sosial/" title="perubahan sosial">perubahan sosial</a>. Sementara Arthur Vidich dan Stanford Lyman (1985) menunjukkan besarnya pengaruh Kristen, terutama ajaran Protestan, terhadap kemunculan sosiologi Amerika. Menurutnya, sosiologi merupakan �respon moral dan intelektual terhadap masalah kehidupan dan terhadap pemikiran lembaga dan keyakinan orang Amerika�</span><span lang="SV">Ciri lain sosiologi Amerika awal adaah berpaling dari perspektif historis dan searah dengan orientasi positivistik atau �ilmiah�. Sosiolog Amerika lebih cenderung mengarah pada upaya studi ilmiah terhadap proses-proses sosial jangka pendek daripada membuat interpretasi perubahan historis jangka panjang. Kebanyakan teoritisi Eropa menciptakan teori sosiologi, sedangkan teoritisi Amerika memanfaatkan landasan teoritis yang sudah disediakan itu.</span><span lang="SV">Berikut tokoh-tokoh yang secara historis berpengaruh terhadap teori sosiologi:</span><strong><span lang="SV">Spencer</span></strong><span lang="SV"> <strong>(1820-1903)</strong>. Spencer lebih berpengaruh terhadap sosiologi Amerika awal dikarenakan Spencer menulis dalam bahasa Inggris, sedangkn teoritisi lain tidak. Selain itu ia menulis dalam pengertian nonteknis yang menyebabkan karyanya mudah diterima oleh kalangan yang lebih luas. Teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat yang tengan menjalani proses industrialisasi.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>William Graham Sumner (1840-1910)</strong>. Pada dasarnya ia menganut pemikiran <em>survival of the fittest</em> dalam memahami dunia sosial. Seperti Spencer, ia melihat manusia berjuang melawan lingkungannya dan yang paling kuatlah yang akan berhasil mempertahankan hidupnya. Sistem teoritis ini cocok dengan perkembangan kapitalisme karena menyediakan legitimasi teoritis bagi ketimpangan kekuasaan dan kekayaan yang ada.</div><strong><span lang="DE">Lester F. Ward (1841-1913)</span></strong><span lang="DE">. Ward menerima gagasan bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke statusnya yang seperti sekarang. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas meneliti kehidupan sosial saja, tetapi harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini meliputi kesadaran yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.</span><br />
<strong><span lang="DE">Thorstein Veblen (1857-1929)</span></strong><span lang="DE">. Arti penting gagasannya terdapat dalam bukunya yang berjudul <em>The Theory of the Leisure Class</em> (1899/1994) memfokuskan pada konsumsi, bukannya produksi. Jadi karya ini mengantisipasi pergeseran dalam teori sosiologi dewasa ini yang berpindah dari fokus produksi menuju fokus konsumsi.</span><strong><span lang="DE">Aliran Chicago</span></strong><strong><span lang="DE">Albion Small (1848-1926)</span></strong><span lang="DE">. Pendiri Jurusan Sosiologi Universitas Chicago tahun 1892. Pendapatnya mengarah kepada pandangan bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada reformasi sosial dan pandangan ini digabungkan dengan keyakinan bahwa sosiologi haruslah selalu ilmiah.</span><strong><span lang="DE">W.I. Thomas (1863-1947)</span></strong><span lang="DE">. Pernyataan utamanya mucul pada tahun 1918 dengan diterbitkannya hasil riset ilmiah bersama Florian Znaniecki berjudul <em>The Polish Peasant in Europe and America</em>. Martin Bulmer melihatnya sebagai studi “landmark“ karena hasil studinya itu �memindahkan sosiologi dari teori abstrak dan riset kepustakaan ke studi dunia empiris dengan menggunakan sebuah kerangka teoritis. Selain itu terdapat juga pernyataan psikologi sosialnya yang paling terkenal adalah: “Bila manusia mendefinisikan situasi sebagai nyata, maka akibatnya adalah nyata.“ Penekanannya adalah pada arti penting apa yang dipikirkan orang dan bagaimana pikirannya itu mempengaruhi apa yang mereka kerjakan. Sasaran perhatian psikologi sosial mikroskopik ini bertolak belakang dengan sasaran perhatian perspektif struktur sosial dan kultural pemikir Eropa seperti Marx, Weber, dan Durkheim. Inilah salah satu ciri khas produk teoritis aliran Chicago – <a href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/interaksionisme-simbolik/" title="interaksionisme simbolik">interaksionisme simbolik</a>.</span><strong><span lang="DE">Robert Park (1864-1944)</span></strong><span lang="DE">. Ia mengembangkan minat yang besar dari aliran Chicago terhadap ekologi urban. </span>Bersama Ernest W. Burgess, 1921, ia menerbitkan buku ajar sosiologi pertama yang berjudul <em>An Introduction to The Science of Sociology</em><strong>.</strong><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Charles Horton Cooley (1864-1929). </strong><span lang="FI">Ia mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. </span>Cooley menekuni tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (<em>the looking glass self</em>), yang menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk dalam interaksi sosial yang berlanjut. Selain itu adalah konsep kelompok primer, yakni kelompok yang hubungan antara<em>behavioristik</em> tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia (individu) memberikan respon secara membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Ia menganjurkan sosiolog mencoba menempatkan diri di tempat aktor yang diteliti dengan menggunakan metode <em>introspeksi simpatetik</em> untuk menganalisis kesadaran itu. Sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada fenomena psikologi sosial seperti kesadaran, tindakan, dan interaksi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>George Herbert Mead (1863-1931)</strong>. Pemikiran Mead perlu dilihat dalam konteks behaviorisme psikologi tentang pemusatan perhatian pada aktor dan perilakunya. Setelah kematian Mead dan pindahnya Park, mulai memudar Sosiologi Chicago.</div><strong></strong><strong></strong><span lang="FI">Selain itu, sekelompok wanita juga membentuk organisasi reformasi sosial serta mengembangkan teori sosiologi rintisan. Diantara wanita itu adalah Jane Adams (1860-1935), C. P. Gilman (1860-1935), A. J. Cooper (1858-1964), Ida W. Barnett (1862-1931), Marianne Weber (1870-1954) dan B.P. Webb (1858-1943). Ciri-ciri utama teori mereka yang sebagian dapat menjelaskan bahwa teori itu mereka kemukakan dalam rangka upaya membangun sosiologi profesional. Karena perkembangan disiplin sosiologi meminggirkan sosiolog dan teoritisi sosiologi wanita, metode riset mereka sering dipadukan dengan praktik yang mereka lakukan sendiri, dan aktivitas para wanita itu dijadikan sebagai alasan untuk menetapkan mereka sebagai �bukan sosiolog�.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span lang="SV">W.E.B. Du Bois (1868-1963) dan Teori Ras</span></strong><span lang="SV">. Ia tertarik pada ide-ide abstrak demi melayani hak-hak sipil, terutama untuk orang-orang Afrika Amerika. </span>Studinya, <em>The Philadelphia Negro</em> (1899/1996), terhadap tujuh distrik di Philadelphia dan terkenal sebagai etnografi rintisan. Teorinya yang terkenal <em>The Soul of Black Folk </em>serta <em>veil </em>(selubung) yang menciptakan separasi yang jelas antara orang Afrika-Amerika dan kulit putih. Selain itu teori kesadaran ganda (<em>double conciousness</em>), perasaan akan “ke-dua-an�<span> </span>atau perasaan di pihak Afrika-Amerika yang melihat dan mengukur diri sendiri melalui mata orang lain.</div><strong>Teori Sosiologi Hingga Pertengahan Abad 20</strong><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Pitirim Sorokin (1889-1968)</strong>. Ia mendirikan jurusan sosiologi di Harvard dan mengangkat Talcot Parsons sebagai instruktur sosiologi.</div><strong><span lang="SV">Talcot Parsons (1902-1979)</span></strong><span lang="SV">. </span>Pada tahun 1937, ia menerbitkan buku yang berjudul <em>The Structure of Social Action. </em>Buku ini penting karena: pertama, memperkenalkan teori-teori besar Eropa ke kalangan luas di Amerika. Kedua, Ia memusatkan perhatian pada karya Durkheim, Weber,dan Pareto. Ketiga, menjadi tonggak penyusunan teori sosiologi sebagai kegiatan sosiologi yang penting dan sah. Keempat, Ia menekankan penyusunan teori sosiologi khusus yang telah berpengaruh besar terhadap sosiologi. <span lang="SV">Ia lebih memusatkan perhatianpada sistem sosial dan fungsionalis struktural. Kekuatannya terletak pada hubungan antara struktur sosial berskala besar dan pranata sosial. Buku lainnya berjudul <em>The Social System</em>(1951), berkonsentrasi pada struktur masyarakat dan pada antarhubungan berbagai struktur itu. Perubahan dipandang sebagai proses yang teratur dan Parsons akhirnya menerima pemikiran neorevolusioner tentang perubahan sosial.</span><br />
<strong><span lang="SV">George Homans (1910-1989)</span></strong><span lang="SV">. Ia mencetuskan teori Pareto dan kemudian dijadikan buku yang bejudul <em>An Introduction to Pareto</em> (ditulis bersama Charles Curtis) tahun 1934. Selain itu, ia mengemukakan teori behaviorisme psikologi. Berdasarkan perspektif ini, ia membangun teori pertukaran.</span><span lang="SV">Di sini Harvard dan produk teoritis utamanya, fungsionalisme struktural, menjadi dominan dalam sosiologi di akhir tahun 1930-an dan menggantikan aliran Chicago dan interaksionisme simbolik.</span><strong><span lang="SV">Herbert Blumer (1900-1987)</span></strong><span lang="SV">. Ia menciptakan ungkapan <em>symbolic interactionism</em> pada tahun 1937.</span><span lang="SV">Pada tahun 1900-an hingga 1930-an teori Marxian berkembang, disertai kemunculan aliran kritis atau aliran Frankfurt. Teori kritis menggabungkan pemikiran Marx dan Weber yang menciprakan istilah �Marxisme Weberian�. Aliran ini menggunakan teknik penelitian ilmiah yang dikembangkan oleh sosiolog Amerika untuk meriset masalah minat terhadap pemikiran Marxis. Teoritisi kritis berupaya menyatukan teori yang berorientasi Freudian dengan pemikiran Marx dan Weber di tingkat sosialdan kultural.</span><strong><span lang="SV">Karl Manheim (1893-1947)</span></strong><span lang="SV">. Ia terkenal karena membedakan antara dua sistem gagasan – <em>ideologi</em> dan <em>utopia</em>. Ideologi adalah sistem gagasan yang mencoba menyembunyikan dan melestarikan keadaan kini dengan menginterpretasikannya dari sudut pandang masa lalu. Sebaliknya, utopia adalah sistem gagasan yang mencoba melampaui keadaan kini dengan memusatkan perhatian pada masa datang.</span><strong><span lang="IT">Teori Sosiologi dari Pertengahan Abad 20</span></strong><strong></strong><strong></strong><span lang="IT">Era 1940-an dan 1950-an adalah tahun paradoks antara puncak dominasi dan awal kemerosotan fungsionalisme struktural.</span><strong><span lang="IT">George Huaco (1986)</span></strong><span lang="IT"> mengaitkan pertumbuhan dan kemerosotan fungsionalisme struktural dengan posisi masyarakat Amerika dalam tatanan dunia.</span><strong><span lang="IT">C. Wright Mills (1916-1962)</span></strong><span lang="IT">. Ia menerbitkan dua karya utama: pertama, <em>White Collar</em> yakni pekerja berkerah putih. Kedua, <em>The Power Elite </em>(1956) merupakan buku yang menunjukkan betapa Amerika didominasi oleh sekelompok kecil pengusaha, politisi dan pimpinan tentara. </span>Selain itu, ia menerbitkan buku yang berjudul <em>The Sosiological Imagination</em> (1959). <span lang="SV">Buku ini mengandung kritikan keras Mills terhadap Parsons dan terhadap praktik teori besarnya.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Dahrendorf </strong>. Karya utamanya <em>Class and Class Conflict in Indutrial Society</em> (1959) berpengaruh dalam teori konflik karena banyak menggunakan logika struktural-fungsional yang memang sesuai dengan logika sosiolog aliran utama.</div><strong><span lang="SV">George Homans (1910-1989)</span></strong><span lang="SV">. Lahirnya teori pertukaran dan ia menggunakan pendekatan behaviorisme paikologi Skinner. Ia menerbitkan buku <em>Social Behavior: Its Elementary Forms</em>. Menurutnya jantung sosiologi terletak dalam studi interaksi dan perilaku individual. Perhatian utamanya lebih tertuju pada pola-pola penguatan (<em>reinforcement</em>), sejarah imbalan (<em>reward</em>), dan biaya (<em>cost</em>) yang menyebabkan orang melakukan apa-apa yang mereka lakukan.</span><br />
<strong><span lang="SV">Erving Goffman (1922-1982)</span></strong><span lang="SV">. Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku <em>Presentation of Self in Everiday Life</em>, diterbitkan tahun 1959. Menurutnya interaksi dilihat sangat rapuh, dipertahankan oleh kinerja sosial. Kinerja sosial yang buruk atau kacau merupakan ancaman besar terhadap interaksi sosial sebagaimana yang terjadi pada pertunjukan teater.</span><strong><span lang="SV">Alfred Schutz (1899-1959)</span></strong><span lang="SV">. Ia memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Ia juga menggunakan perspektif intersubjektivitas dalam pengertian lebih luas untuk memahami kehidupan sosial, terutama mengenai ciri sosial pengetahuan. Secara keseluruhan Schutz memusatkan perhatian pada hubungan dialektika antara cara individu membangun realitas sosial dan realitas kultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial.</span><span lang="SV">Bila para sosiolog fenomenologi cenderung memusatkan perhatian pada apa yang dipikirkan orang, sosiolog etnometodologi mencurahkan perhatian pada studi terinci tentang percakapan orang. Etnometodologi pada dasarnya adalah studi tentang kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan (metode) yang dapat dipahami anggota masyarakat biasa dan yang mereka jadikan sebagai landasan untuk bertindak.</span><span lang="SV">Akhir 1960-an ditandai perkembangan teori Marxian dalam teori sosiologi Amerika. Dan berawal di penghujung 1970-an, muncul teori baru yang menantang teori sosiologi yang sudah mapan – dan bahkan menantang sosiologi Marxian sendiri. Cabang pemikiran sosial radikal terakhir inilah yang dimaksud dengan teori feminis kontemporer. Teori feminis melihat dunia dari sudut pandang wanita untuk menemukan cara yang signifikan, tetapi tak diakui dimana aktivitas wanita – yang disubordinasikan berdasarkan jender dan dipengaruhi oleh berbagai praktik stratifikasi seperti kelas, ras, umur, heteroseksual yang dipaksakan, dan ketimpangan geososial – membantu menciptakan dunia. Teori ini berinteraksi dengan perkembangan aliran post-strukturalis dan post-modern. Ketika strukturalisme tumbuh di dalam sosiologi, di luar sosiologi berkembang pula <em>post-strukturalisme</em>.</span><strong><span lang="SV">Michael Foucault (1926-1984)</span></strong><span lang="SV">. Ia memusatkan perhatian pada struktur, tetapi kemudian ia beralih keluar struktur, memusatkan perhatian pada kekuasaan dan hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan.</span><strong><span lang="SV">Perkembangan Terkini dalam Teori Sosiologi</span></strong><strong></strong><span lang="SV">Banyak karya dalam teori sosiologi Amerika yang memusatkan perhatian pada hubungan antara teori-teori mikro dan makro serta menyatukan antara berbagai tingkat analisis. Ada empat tingkatan utama analisis sosial yang harus dijelaskan menurut cara yang terintegrasi: subjektivitas makro, objektivitas makro, subjektivitas mikro, dan objektivitas mikro.</span><span lang="SV">Sejalan dengan pertumbuhan minat terhadap analisis integrasi mikro-makro di Amerika, di Eropa orang memusatkan perhatian pada analisis integrasi agen-struktur. Ada empat upaya analisis utama dalam teori sosial Eropa masa kini yang dapat dihimpun:</span><br />
<ul><li><span lang="SV">Teori strukturisasi <strong>Anthony Gidden</strong> (1984), melihat agen dan struktur sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama lain.</span></li>
<li><strong><span lang="SV">Margaret Archer</span></strong><span lang="SV"> (1982) menolak pendapat yang menyatakan agen dan struktur dapat dipandang sebagai dualitas, tetapi lebih melihatnya sebagai dualisme.</span></li>
<li><strong><span lang="SV">Piere Bourdieu</span></strong><span lang="SV"> dalam bukunya, masalah agen-struktur diterjemahkan menjadi pemusatan perhatian terhadap hubungan antara habitus dan bidang atau lapangan (<em>field</em>).</span></li>
<li><strong><span lang="SV">Jurgen Habermas</span></strong><span lang="SV"> menjelaskan masalah agen-struktur di bawah judul �kolonisasi kehidupan-dunia�.</span><span lang="SV">Gerakan di atas membuka jalan untuk gerakan lebih luas menuju sintesis teoritis yang dimulai sekitar awal tahun 1990-an. Terdapat dua aspek khusus karya sistesis baru dalam teori sosiologi. Pertama, sintesis yang sangat luas dan tak terbatas pada upaya sintesis yang terpisah. Kedua, sintesis yang bertujuan menyintesiskan pemikiran teoritisi yang relatif sempit dan tidak mengembangkan teori sintesis besar yang meliputi semua teori sosiologi.</span><span lang="SV">Semua teoritisi klasik besar (Max, Weber, Durkheim, dan Simmel) memikirkan dunia modern.</span></li>
<li><span lang="SV"><strong>Anthony Giddens </strong>menggunakan istilah seperti modernitas �radikal� atau �tinggi�. Ia melihat modernitas sekarang sebagai �<em>juggernaut</em>� yang lepas kontrol. </span></li>
</ul><span lang="SV">Menurut <strong>Ulrich Beck </strong>(1992), modernitas yang baru muncul ini paling tepat dilukiskan sebagai �masyarakat berisiko�. <strong>Jurgen Habermas</strong> melihat modernitas sebagai proyek yang belum selesai. </span><span lang="SV">Sedangkan<em> post-modernitas</em> adalah sejarah baru yang dianggp telah menggantikan era modern atau modernitas. Teori sosial <em>post-modern</em> adalah cara berpikir baru tentang post-modernitas; dunia sudah demikian berbeda sehingga memerlukan cara berpikir yang sama sekali baru.</span><strong><span lang="SV">Teori-teori yang Perlu Diperhatikan di Awal Abad 21</span></strong><strong></strong><em><span lang="SV">Teori Sosial Multikultural</span></em><span lang="SV">Karakteristik teori multikultural adalah:</span><br />
<ul><li><span lang="SV">Penolakan terhadap teori universalistik yang cenderung mendukung pihak yang kuat; teori multikultural berupaya memberdayakan pihak yang lemah.</span></li>
<li><span lang="SV">Teori multikultural mencoba menjadi inklusif, menawarkan teori atas nama kelompok-kelompok lemah.</span></li>
<li><span lang="SV">Teoritisi multikultural tidak bebas nilai; mereka sering menyusun teori atas nama pihak lemah dan bekerja di dunia sosial untuk mengubah struktur sosial, kultur dan prospek untuk individu.</span></li>
<li><span lang="SV">Teoritisi multikultural tidak hanya berusaha mengganggu dunia sosial tetapi juga dunia intelektual; mereka mencoba menjadikannya lebih terbuka dan beragam.</span></li>
<li><span lang="SV">Tidak ada usaha untuk menarik garis yang jelas antara teori dan tipe narasi lainnya.</span></li>
<li><span lang="SV">Teori multikultural sangat kritis; kritik itu adalah kritik terhadap diri dan kritik terhadap teoritisi lain serta terhadap dunia sosial.</span></li>
<li><span lang="SV">Teoritisi multikultural mengakui bahwa karya mereka dibatasi oleh sejarah tertentu, konteks kultural dan sosial tertentu, dimana mereka pernah hidup dalam konteks tersebut.</span></li>
</ul><em><span lang="SV">Teori Sosial Post-Modern</span></em><em></em><span lang="SV">Teori ini cenderung mendefinisikan masyarakat post-modern sebagai masyarakat konsumen, dengan akibat bahwa konsumsi memainkan peran penting dalam teori itu.</span><em><span lang="SV">Teori Konsumsi</span></em><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Terdapat peningkatan dalam karya teoritis tentang konsumsi. </span>Sebagai contoh karya teoritis yang didasarkan pada setting dimana kita mengonsumsi, misalnya <em>Consuming Places </em>(Urry, 1995), <em>Enchanting a Disechanted World: Revolutionizing the Means of Consumption </em>(Humphery, 1998).</div><em><span lang="SV">Teori Aktor-Jaringan</span></em><br />
<em></em><span lang="SV">Teori ini sangat dipengaruhi oleh strukturalisme dan post-strukturalisme.</span><em><span lang="SV">Teori Globalisasi</span></em><em></em><span lang="SV">Teori ini muncul karena semakin mengglobalnya dunia sosial.</span><span lang="SV">Jadi, karena dunia sosial (dan intelektual) terus-menerus berubah, kita dapat mengantisipasi aliran perkembangan teori baru yang didesain untuk menjelaskan dan menangani perubahan-perubahan tersebut.</span></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-27945407738915101712011-04-05T13:31:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.097+07:00Pengantar Ilmu Hukum<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><strong><span style="color: red;">MODUL 1 KAIDAH SOSIAL</span> </strong><br />
<br />
<b><i>*Masyarakat dan Kaidah Sosial </i></b><br />
<div align="justify">Sifat kaidah sosial yaitu deskriptif, preskriptif dan normatif; sedangkan kaidah sosial itu terdiri dari kaidah agama, kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan dan kaidah hukum. Dalam masyarakat sifat hubungannya adalah saling membutuhkan, pengaruh mempengaruhi dan tergantung satu sama lain. Hidup bermasyarakat agar kepentingan pribadi dan sosial terpenuhi dan terlindungi. Kedamaian dalam masyarakat terealisasi apabila ada ketenteraman dan ketertiban. Perilaku yang biasa dilakukan dalam kurun waktu yang lama dan diterima masyarakat dapat menjadi kaidah. Kaidah hukum perumusannya tegas dan disertai sanksi yang tegas dan dapat dipaksakan oleh instansi resmi. Orang bunuh diri menggambarkan, bagi yang bersangkutan sanksi dari kaidah kesusilaan lebih berat dibanding sanksi yang berasal dari kaidah hukum.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"> <b><i>*Kaidah Hukum dan Kaidah Sosial yang lain </i></b></div><div align="justify"> Konflik kepentingan manusia dianggap sebagai rasio adanya hukum. Warga masyarakat mengetahui bahwa ia berhadapan dengan orang lain dan ia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan/atau harus ditinggalkan. Fungsi kaidah hukum sebagai social control adalah menganjurkan, menyuruh dan memaksa agar warga masyarakat mentaati hukum. Kaidah hukum sebagai perlindungan kepentingan haruslah dinamis. Fungsi khusus yang pertama menggambarkan adanya hubungan fungsional antara kaidah hukum dengan kaidah sosial yang lain. Saling menggeser antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan terutama terletak pada unsur sanksinya.<br />
<strong></strong><strong><br />
<span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">MODUL 2 MENGENAL KAIDAH HUKUM</span></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Mengenal Kaidah Hukum </b></i></div><div align="justify">Dalam literatur, banyak dijumpai macam-macam perumusan tentang tujuan hukum yang diajukan oleh para sarjana hukum atau ahli hukum. Di antara rumusan-rumusan tersebut tidak ada keseragaman, namun demikian dapat kita kelompokkan menjadi tiga. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan adanya tiga teori tentang tujuan hukum, yaitu: teori etis, teori utilitis atau utilitarisme atau eudaemonistis, dan teori gabungan atau campuran.<br />
Di antara para sarjana dalam memberikan definisi hukum tidak ada keseragaman, namun dari definisi-definisi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga). Berdasarkan isi kaidah hukum dalam peraturan hukum konkrit dapat kita ketahui apakah sifat dari kaidah hukumnya. Ada hubungan fungsional antara fungsi, tugas dan tujuan hukum. Dari isi dan makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan hukum yang termuat di dalamnya adalah membentuk masyarakat yang tata tenteram karta raharja. <br />
Atas dasar tujuan hukum tersebut, maka dalam penyelesaian kasus hendaknya dapat menerapkan asas kepastian hukum, asas keadilan dan asas<strong> kemanfaatan secara proporsional.</strong><strong></strong> </div><div align="justify"><b><i>*Hubungan Hukum dengan Keadilan dan Kekuasaan</i></b></div><div align="justify">Apabila kedua unsur penegakan hukum tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh hakim, maka harus ditambah unsur kemanfaatan, yang selanjutnya diterapkan secara proporsional seimbang. Mengingat ketiga unsur tersebut sangat penting dalam penyelesaian kasus, maka dalam pembuatan undang-undang harus dirumuskan sedemikian rupa, sehingga masih memberi kesempatan hakim untuk menyelesaikan perkara dengan memperhatikan keadilan. Hukum tidak sama dengan kekuasaan, tetapi hukum dapat merupakan kekusaan. Kekuasan dapat bersumber pada wewenang formal atau dapat juga bersumber pada kekuatan. Dalam penegakan hukum diperlukan sanksi. Dalam kenyataannya tidak setiap orang yang melanggar hukum harus dihukum.<br />
<strong><br />
</strong></div><div align="justify"><br />
<strong style="color: red;">MODUL 3. SUMBER HUKUM </strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Pengertian Sumber Hukum, 2 (dua) Arti Sumber Hukum dan Undang-undang Sebagai Bentuk Sumber Hukum Formal </b></i></div><div align="justify"> Yang menjadi sumber hukum bukan hanya yang mempunyai kualifikasi sebagai hukum, namun lebih luas dari itu. Faktor-faktor kemasyarakat merupakan sumber isi hukum. Penetapan saat berlakunya peraturan perundang-undangan sangat penting untuk menjamin kepastian hukum, namun demikian berlakunya peraturan perundang-undangan tidak harus ditetapkan setelah diundangkannya. Kalau menetapkan saat berlakunya berbeda dengan asas yang berlaku, maka harus ditetapkan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan itu sendiri. Asas-asas peraturan perundang-undangan melengkapi berlakunya sistem peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu kalau terjadi kasus harus memperhatikan sifat materi yang diatur dan ruang lingkup berlakunya.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify">*<b><i>Kebiasaan, Treaty, Yurisprudensi, Doktrin dan Perjanjian </i></b></div><div align="justify">Tidak semua perilaku yang diulang menjadi hukum kebiasaan, sebab masih ada syarat lain. Hukum kebiasaan dan hukum adat sama-sama sebagai hukum yang tidak tertulis, sedangkan adatrecht ada bagiannya yang tertulis. Undang-undang dan juga treaty harus diundangkan agar diketahui umum serta sah berlakunya. Yurisprudensi yang tepat dan baik sering diikuti oleh hakim berikutnya sebagai dasar dalam memutus perkara yang sejenis. Hal tersebut kalau dilakukan dalam kurun waktu yang lama dapat menjadi yurisprudensi tetap. Agar putusannya bersifat obyektif dan berwibawa, hakim sering menggunakan doktrin dalam putusannya. Sebagai unsur pokok atau essensialia adanya perjanjian yang sah adalah harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian.<br />
<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 4. BEBERAPA PENGERTIAN HUKUM </span></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Asas Hukum, Sistem Hukum dan Klasifikasi Hukum</b></i></div><div align="justify">Pengertian hukum berbeda dengan pengertian sehari-hari. Ciri sistem hukum adalah terdiri dari sub-sub sistem yang saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi, serta diantara sub-sub sistem tersebut mempunyai struktur tertentu. Asas hukum ada dalam sistem hukum dan tidak selalu dituangkan dalam peraturan hukum konkrit. Kalau terjadi pertentangan diantara 2 (dua) peraturan perundang-undangan penyelesaiannya dengan asas hukum, jika undang-undang itu sendiri tidak mengaturnya. Manfaat dan tujuan klasifikasi hukum adalah untuk kepentingan teoritis dan untuk kepentingan praktis. Dengan terjadi perluasan bidang hukum publik, maka pada waktu sekarang pembedaan hukum publik dan hukum privat tidak dapat dipertahankan secara konsekuen.</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b><i>*Peristiwa Hukum </i></b></div><div align="justify">Peristiwa alamiah dapat menjadi peristiwa hukum jika telah ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan bersifat pasif dan umum, agar aktif memerlukan peristiwa alamiah atau peristiwa konkrit. Seseorang yang terbukti bersalah dan dijatuhi pidana, itu sebagai akibat adanya peraturan perundang-undangan yang menetapkan sebagai perbuatan pidana. Pengurusan kepentingan tanpa diminta sebagai perbuatan yang sah dan mempunyai akibat hukum, berbeda halnya dengan perbuatan melawan hukum yang mempunyai akibat hukum tetapi perbuatannya termasuk yang tidak sah. Suatu perbuatan hukum adalah perbuatan yang sah, yang memiliki 2 (dua) unsur.<br />
<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 6. PENEGAKAN HUKUM DAN PENEMUAN HUKUM</span></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Penegakan Hukum, Budaya Hukum dan Kesadaran Hukum </b></i></div><div align="justify">Setiap orang wajib melaksanakan hukum, tetapi kalau dilanggar penegakannya menjadi monopoli penguasa. Penegakan hukum sebenarnya bukan hanya ditangani oleh lembaga yudikatif. Penegakan hukum sebagai kegiatan menserasikan hubungan nilai-nilai dalam kaidah untuk terciptanya kedamaian dalam pergaulan hidup. Sistem Anglo Saks lebih menekankan hukum yang lahir dari peradilan, dan hal itu berbeda dengan keadaan di negara kita yang banyak berorientasi pada peraturan perundang-undangan. Ada yang mengartikan penegakan hukum sebagai bentuk pelaksanaan peratur-an perundang-undangan dan/atau putusan hakim. Undang-undang yang baik, yaitu dibuat oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden, berlaku dalam kenyataan dan sesuai dengan Pancasila dan menopang terbentuknya masyarakat adil dan makmur. Kesadaran hukum merupakan faktor esensial dari hukum yang berlaku dan sekaligus merupakan faktor sentral dalam penegakan hukum.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Penemuan Hukum </b></i></div><div align="justify">Dalam memutus perkara hakim wajib memperhatikan hukum kebiasaan dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Kebebasan hakim tidak bersifat mutlak. Dalam penemuan hukum peristiwa konkrit dicarikan dan sekaligus diarahkan kepada peraturan hukum, dan sebaliknya peraturan hukum disesuaikan dengan peristiwa tersebut, sehingga menjadi peristiwa hukum. Perjanjian internasional tidak dapat langsung digunakan oleh hakim, kecuali yang bersifat self executing. Interpretasi otentik diberikan oleh pembentuk undang-undang. Dalam menggunakan metode interpretasi hakim bebas. Ketentuan hukum yang mengatur waktu tunggu juga berlaku bagi duda (bekas suami), tetapi cara penerapannya berbeda dengan yang berlaku bagi janda.<br />
<strong></strong><br />
<strong style="color: red;"> </strong></div><div align="justify"><strong style="color: red;">MODUL 7. TATA HUKUM INDONESIA </strong></div><div align="justify"><br />
<b><i>*Pengertian Tata Hukum Indonesia </i></b><br />
Istilah Tata Hukum Indonesia dapat diartikan sebagai suatu tatanan hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Dari hal tersebut maka secara resmi, tatanan hukum Indonesia berlaku semenjak diproklamasikan kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. pembelajaran Tata Hukum Indonesia dimaksudkan untuk mengetahui hukum yang berlaku sekarang ini dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br />
Pelaksanaan aturan hukum akan terikat dengan politik hukum yang meliputi melaksanakan hukum, mempengaruhi perkembangan hukum, dan menciptakan hukum. Politik hukum Indonesia tidak dapat kita lepaskan dari sejarah nasional. Politik hukum nasional saat ini tetap dipengaruhi oleh sejarah politik hukum nasional.<br />
Bidang-bidang hukum senantiasa berkembang sesuai dengan kepentingan masyarakat. Bidang hukum baru diadakan mengingat bermacam hal perlu diatur dalam suatu peraturan perundangan seiring dengan perkembangan tingkat kebutuhan dan kepentingan anggota masyarakat.<br />
Bidang kajian hukum yang merupakan bidang pokok yang ada di dalam tata hukum Hindia Belanda adalah hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum acara, hukum pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Namun, di luar bidang-bidang hukum tersebut, tata hukum nasional saat ini sudah mengenal beberapa tambahan bidang hukum baru yang bersifat pokok. Di antaranya yaitu Hukum Lingkungan, Hukum Agraria, Hukum Islam, Hukum Adat, Hukum Pajak, Hukum Perburuhan, Sosiologi Hukum, Politik Hukum, Hukum Teknologi, dan lainnya.</div><br />
<b><i>*Bentuk Peraturan Hukum </i></b><br />
<div align="justify">Bentuk peraturan hukum akan bermacam coraknya mengikuti pada arahan kerja pembentuk undang-undangnya. Corak yang berbeda ini dapat dilihat pada sejarah berlakunya produk hukum di Indonesia.<br />
Produk hukum di Indonesia cukup beragam terutama dengan adanya masa pemberlakuan Undang-undang Dasar Sementara, masa pemberlakuan Konstitusi RIS, pemberlakuan UUD 1945 hingga Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maupun perubahan yang terjadi seiring masa reformasi yang bergulir saat ini. Masing-masing corak produk perundangan yang ada ini sekaligus mencirikan warna dan karakter masing-masing pemegang kekuasaan pemerintahan.<br />
Sumber hukum diartikan sebagai tempat asal (diketemukan) hukum. Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum material dan sumber hukum formal. Sumber hukum material adalah hal-hal yang seharusnya menjadi isi (materi) hukum. Isi (materi) hukum itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor historis, filosofis, dan sosiologis. Sedangkan sumber hukum formal adalah karena bentuknya (form) itu dijadikan sumber hukum. Oleh karena itu, sumber hukum formal berupa berbagai bentuk peraturan perundang-undangan.<br />
<strong></strong><br />
<br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 8. HUKUM PIDANA DAN HUKUM INTERNASIONAL </span></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Pidana </b></i></div><div align="justify">Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan antara negara dengan warga negara. Hukum pidana dalam pengertian yang sempit hanya mencakup hukum pidana materiil semata. Sedangkan hukum pidana dalam arti luas baik mencakup hukum pidana materiil maupun hukum pidana formal. KUHP yang saat ini digunakan adalah warisan dari penjajahan Belanda yang diberlakukan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946. Asas-asas hukum pidana selain terdapat dalam KUHP juga terdapat asas-asas hukum pidana di luar KUHP.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Internasional </b></i></div><div align="justify">Hukum internasional ada untuk menjembatani kepentingan hukum antar negara yang melintasi batas-batas wilayah. Hukum internasional timbul karena adanya hubungan saling membutuhkan antar negara dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat. Peran hukum internasional dipakai sebagai petunjuk pelaksanaan dari hubungan antar negara. Sumber hukum yang dipakai dalam hubungan internasional ini meliputi perjanjian internasional, prinsip hukum umum, aturan kebiasaan internasional, dan yurisprudensi pengadilan.<br />
Pemberlakuan hukum internasional ke dalam hukum nasional ditentukan dalam isi perjanjian internasional yang ada. Secara umum perjanjian internasional dilakukan dalam tahap perundingan dan penandatanganan perjanjian. Namun, dalam beberapa hal terutama untuk hal yang dianggap penting dapat mensyaratkan adanya proses ratifikasi terlebih dahulu sebelum suatu aturan hukum internasional dapat diterapkan di dalam hukum nasional.<br />
<strong></strong><br />
<br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 9. HUKUM LINGKUNGAN, HUKUM AGRARIA, DAN HUKUM PAJAK </span></strong> </div><div align="justify"><i>*Hukum Lingkungan</i></div><div align="justify"> Hukum Lingkungan merupakan lapangan hukum yang menjembatani antara kebutuhan manusia untuk memanfaatkan lingkungan dengan kelestarian lingkungan. Sifat pembahasan yang luas menyebabkan perlunya konsistensi dan koherensi antara satu peraturan dengan peraturan lainnya. Termasuk juga koherensi diperlukan antara ketentuan nasional dengan ketentuan internasional. Disinilah penegasan peran penting dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai umbrella act (UU Payung). <br />
Sistem dan regulasi hukum tidak akan berjalan tanpa penegakan hukum yang tepat. Penegakan hukum lingkungan menerapkan sanksi hukum secara bertahap, mengingat sifat resistansi lingkungan yang relatif. Penegakan hukum pertama yang dilakukan adalah penegakan hukum administratif, selanjutnya dengan penegakan hukum perdata, dan sanksi hukum pidana sebagai ketentuan terakhir.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Agraria </b></i></div><div align="justify">Kata Agraria, bisa mempunyai arti yang sempit (tanah), dan bisa mempunyai arti yang luas (bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya). Hukum Agraria, juga bisa mempunyai arti yang sempit, dan luas, yang objeknya senada dengan arti kata agraria di atas. <br />
Hukum Agraria dilaksanakan berdasar UUPA yang bertujuan untuk: (1) Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional; (2) meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan; dan (3) Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.<br />
Adapun Hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah nasional, secara hirarkhi dibagi sebagai berikut; (1) hak Bangsa Indonesia; (2) hak Menguasai dari Negara; (3) Hak Ulayat masyarakat-masyarakat hukum adat; dan (4) Hak-hak perorangan [hak-hak atas tanah; wakaf; hak jaminan atas tanah; hak tanggungan]</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Pajak </b></i></div><div align="justify">Hukum Pajak adalah keseluruhan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak. Pajak adalah suatu perikatan yang timbul karena undang-undang yang mewajibkan seseorang atau badan yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh undang-undang, untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada Kas Negara yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat suatu imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (rutin dan pembangunan) dan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan di luar bidang keuangan.<br />
Agar pemungutan pajak itu mendekati rasa keadilan maka dalam pemungutan pajak harus memperhatikan asas-asas perpajakan yang meliputi asas pemungutan pajak guna mengetahui negara mana yang berwenang memungut pajak, siapa yang dikenai pajak dan apa yang dikenai pajak. Di samping itu juga harus memperhatikan asas yuridis, asas finansial, asas ekonomis dan asas pembagian beban pajak.<br />
<strong></strong><br />
<br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 10. HUKUM ADMINISTRASI DAN HUKUM TATA </span><br style="color: red;" /><span style="color: red;">NEGARA </span></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Administrasi Negara </b></i></div><div align="justify">Hukum Administrasi Negara mempunyai hubungan yang erat dengan Hukum Tata Negara. Hukum Administrasi Negara melingkupi semua aturan hukum yang bersifat teknis (negara dalam keadaan bergerak), sedangkan Hukum Tata Negara meliputi semua aturan hukum yang bersifat fundamental (negara dalam keadaan tetap/tidak bergerak). Sumber Hukum Administrasi Negara meliputi undang-undang, konvensi, yurisprudensi, dan doktrin, kesemuanya itu tentu saja yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara.<br />
Dalam menjalankan fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan umum, alat administrasi negara berwenang untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak masyarakat. Pebuatan hukum ini dilakukan di lapangan hukum privat maupun lapangan hukum publik. Di samping itu alat administrasi negara juga diperbolehkan melakukan kebebasan bertindak yang disebut “freies ermessen”. Agar tidak bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan fungsinya, maka terdapat tiga belas (13) asas yang harus diperhatikan oleh alat administrasi negara.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Tata Negara </b></i></div><div align="justify">Rakyat sebagai komponen negara otomatis menjadi warga negara Indonesia. Sedangkan penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal secara sah di Indonesia. Dalam rangka perlindungan terhadap warganegara maka dicantumkan ketentuan-ketentuan hak-hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.<br />
Wilayah negara tidak hanya berupa daratan saja, tetapi juga perairan (laut). Pemerintahan yang berdaulat tercermin dalam bentuk negara sebagai organisasi kekuasaan. Kekuasaan negara didistribusikan ke dalam berbagai lembaga negara baik secara horizontal maupun vertikal. Sifat hubungan antar lembaga negara utamanya antara lembaga legislatif dengan eksekutif akan menentukan corak sistem pemerintahannya. Di samping itu, bentuk susunan negara akan menyebabkan sifat hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah<br />
<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">MODUL 11. HUKUM PERDATA, HUKUM ADAT, DAN HUKUM ISLAM </span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Perdata</b></i> </div><div align="justify">Hukum mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat dan juga mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hak dan kewajiban itu. Hukum Perdata yang mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat itu disebut hukum perdata. Hukum Perdata adalah keseluruhan peraturan yang mempelajari hubungan antara orang yang satu dengan lainnya dalam hubungan keluarga dan dalam pergaulan masyarakat. Dalam hubungan keluarga melahirkan Hukum Tentang Orang dan Hukum Keluarga, sedangkan dalam pergaulan masyarakat melahirkan Hukum Benda dan Hukum Perikatan.<br />
Hukum Perdata Materiil itu mengatur persoalan-persoalan keperdataan berdasarkan siklus hidup manusia, yaitu: Hukum tentang Orang (personenrecht); Hukum Keluarga (familierecht); Hukum Harta Kekayaan (vermogensrecht); Hukum Waris (erfrecht). Hukum tentang orang mengatur materi yang berkaitan dengan subjek hukum, perwalian, pengampuan dan cacat tersembunyi.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Asas-asas Hukum Adat </b></i></div><div align="justify">Hukum Adat mempunyai corak yang tradisional, religio magis (keagamaan), kebersamaan, konkrit dan visual, terbuka dan sederhana, fleksibel, tidak dikodifikasikan, musyawarah dan mufakat. Sistem Hukum Adat mendekati sistem hukum Inggris (common law) bahkan menurut Djojodigoeno dikatakan bahwa dalam negara Anglo saxon dengan sistem hukum common law sama dengan sistem hukum adat. Yang membedakan adalah sistem common law sumber atau bahan-bahannya diambil dari unsur-unsur hukum Romawi kuno, sedangkan hukum adat sumbernya adalah hukum Indonesia.<strong></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Asas-asas Hukum Islam </b></i></div><div align="justify">Hukum Islam adalah hukum yang mengatur berbagai hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya. <br />
Syari’ah mempunyai pengertian sebagai hukum-hukum yang telah digariskan oleh Allah kepada para hambanya agar mereka beriman dan mengamalkan hal-hal yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan Fiqh atau Hukum Islam adalah Ilmu tentang hukum-hukum Syariah yang berkenaan dengan perbuatan dan amalan manusia dan didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci. <br />
Hukum Islam bersumber Wahyu/ Firman Allah yang tercantum di dalam Al-Qur’an dan dalam Sunnah Nabi sebagai penjelasannya dan akal manusia yaitu hasil ijtihad atau ra’yu. Hukum Islam mempunyai dua objek hukum, yaitu: pertama, peraturan-peraturan/ hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dan Tuhan, yang disebut hukum Ibadah. Kedua, peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat atau antara manusia dengan benda-benda di sekelilingnya, yang disebut hukum Muammalah.<br />
<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;">MODUL 12. HUKUM ACARA</span> </strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Acara Perdata </b></i></div><div align="justify">Pengelompokan hukum berdasarkan fungsinya meletakkan hukum acara perdata dalam ranah hukum perdata formal (adjective law) karena ia merupakan ketentuan hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan, menjamin, sekaligus menegakkan hukum perdata materiil di pengadilan. Di dalam upaya penegakan hukum perdata materiil melalui hukum acara perdata di pengadilan, ada beberapa asas penting harus diperhatikan. Asas penting tersebut misalnya adalah asas “pemeriksaan perkara dalam sidang pengadilan yang terbuka” dan asas “Putusan hakim harus memuat alasan-alasannya”. Asas-asas tersebut dimaksudkan untuk membuka peluang kontrol sosial, menjaga objektifitas dan jaminan HAM serta merupakan perwujudan pertanggungjawaban pengadilan (akuntabilitas) pengadilan terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum dalam proses penegakan hukum perdata materiil dengan instrumen hukum perdata formal di pengadilan.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><b><i>*Hukum Acara Pidana </i></b></div><div align="justify">Hukum acara pidana atau hukum formal atau hukum in konkrito merupakan sekumpulan norma yang mengatur cara alat negara untuk menegakkan hukum pidana materiil. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Acara Pidana (KUHAP) bertujuan untuk menggantikan Hukum Acara Pidana Lama (HIR) yang sudah tidak sesuai dengan kemerdekaan, perlindungan HAM dan profesionalisme penegak hukum. <br />
Tujuan KUHAP adalah untuk mencapai kebenaran materiil, artinya kebenaran yang sesuai dengan peristiwa, tersangka atau terdakwa belum bisa dinyatakan bersalah kecuali ada alat bukti yang cukup, terdapat unsur kesalahan, dan mendapatkan kesempatan untuk melakukan pembelaan secara wajar. KUHAP pada prinsipnya mengatur tentang hak-hak tersangka dan terdakwa serta mengatur pelbagai tatacara penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, upaya hukum dan eksekusi.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><i><b>*Hukum Acara PTUN</b></i> </div>Berkenaan dengan pelaksanaan hukum yang menimbulkan sengketa antara pihak-pihak yang saling bertentangan kepentingannya, dikenal prosedur penyelesaian sengketa melalui peradilan, baik umum maupun khusus. Peradilan umum adalah peradilan rakyat pada umumnya, baik yang menyangkut perkara perdata maupun pidana, diselenggarakan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Sedangkan peradilan khusus adalah peradilan yang secara spesifik mengadili perkara atau golongan rakyat tertentu saja. PTUN termasuk ke dalam kategori peradilan khusus karena ia hanya mengadili perkara dalam sengketa TUN. Prosedur PTUN maupun upaya administratif, selain bersifat represif, pada hakekatnya merupakan bentuk pengawasan yang bersifat internal (built in control) terhadap badan atau pejabat yang secara struktural keorganisasian masih termasuk dalam lingkungan organisasi dari badan atau pejabat TUN yang terkait.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-44253126351834084362011-04-05T13:12:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.098+07:00Sosiologi Pedesaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="clear: left; float: left; font-family: Times New Roman; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></span><br />
<h2><span class="mw-headline"><span lang="IT" style="color: red;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Bagian 1 Pengertian Desa </span></span><i><span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><br />
</span></span></i></span></h2><h2><span class="mw-headline"><i><span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Desa di Indonesia</span></span></i></span></h2><table border="1" id="table2" style="border-width: 0px;"><tbody>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="364"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <img border="0" height="351" src="http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/desa.gif" width="355" /></span></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> <span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></span><span lang="FI"><span style="font-family: Times New Roman;">Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.</span></span></td> </tr>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="364"> <div align="center"> <span style="color: green; font-family: Times New Roman;"> www.lsi.or.id</span></div></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> </td> </tr>
</tbody></table><span style="font-family: Times New Roman;">Kewenangan desa adalah:</span><br />
<ul style="margin-bottom: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span style="font-size: small;">Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span style="font-size: small;">Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span style="font-size: small;">Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="FI"><span style="font-size: small;">Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. </span></span> </div></li>
</ul><h2 style="text-align: justify;"> </h2><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Pemerintahan Desa </span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Times New Roman;">Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa, dan Badan Permusyawaratan desa (BPD). Sebagaimana kita ketahui bahwa penyenlenggaraan pemerintahan urusan desa akan selalu membutuhkan dana. Pada uraia berikut akan dijelaskan sumber dana yang ada untuk menunjang berbagai kegiatan di dalam pemerintahan desa. Dana atau keuangan yang digunakan sebagai berikut: </span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Keuangan desa</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">Sumber pendapatan desa terdiri atas:</span></span></div><ul style="margin-bottom: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="FI"><span style="font-size: small;">Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="FI"><span style="font-size: small;">Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="IT"><span style="font-size: small;">bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="FI"><span style="font-size: small;">bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"> <span lang="FI"><span style="font-size: small;">hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. </span></span> </div></li>
</ul><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Lembaga kemasyarakatan</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Pembentukan desa</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Pembagian administratif</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Dalam wilayah desa dapat dibagi atas dusun, yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Macam-macam pengertian desa</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">Desa berasal dari kata Deshi dari bahasa Sansekerta, yang berarti tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. Desa merupakan suatu bentuk kesatuan yang berada di luar kota. Pengertian desa itu sendiri adalah unit pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak relative jauh dari kota. Sutarjo Kartohadikusumo mendefinisikan desa sebagai suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Ciri-ciri desa : </span></span></span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Menurut Rouceck dan Warren, ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut: </span> </span></h2><h2 style="text-align: justify;"> <span lang="IT" style="font-weight: normal;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">1. Kelompok primer yang mata pencahariannya di kawasan tertentu berperan besar.</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">2. Komunikasi keluarga terjalin secara langsung, mendalam, dan informal.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">3. Kelompok atau asosiasi dibentuk atas dasar faktor geografis</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">4. Hubungan lebih bersifat mendalam dan langgeng</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">5. Kehidupan sehari-hari ditandai dengan adanya keseragaman (homogenitas).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline"> <span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Unsur-unsur desa meliputi:</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">1. Daerah yang terdiri atas tanah, lokasi, luas, dan batas geografis setempat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">2. Penduduk yang terdiri atas jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IT"> </span><span lang="FI">struktur mata pencaharian penduduk.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">3. Tata kehidupan yang meliputi semua pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;"> desa.</span></span></div><h2 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline"><span style="line-height: 150%;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Struktur ruang desa</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">Menurut Bintarto, faktor-faktor geografis yang mempengaruhi struktur keruangan pada masyarakat desa meliputi:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">1) Unsur lokasi, menyangkut letak fisiografis, ekonomis, dan cultural.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">2) Unsur iklim, menyangkut ketinggian tempat yang berpengaruh terhadap temperatur.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">3) Unsur air, menyangkut sumber-sumber air, distribusi, dan tata gunanya.</span></div><h2 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Kendala pembangunan desa</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">Beberapa kendala yang berkaitan dengan pembangunan wilayah pedesaan,yaitu:</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">1) Kurangnya sarana dan prasarana di pedesaan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">2) Banyaknya pengangguran.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="IT"> <span style="font-family: Times New Roman;">3) Kualitas gizi penduduk desa yang rendah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">4) Aparatur desa yang belum berfungsi dengan baik.j</span></div><h2><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span class="mw-headline"> <span lang="IT"> <span style="color: red;">Bagian 2 </span><a href="" name="Kepala_Desa" style="color: red;">Kepala Desa</a></span></span></span></h2><table border="1" id="table2" style="border-width: 0px;"><tbody>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="191"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <img border="0" height="144" src="http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/kepala%20desa.jpg" width="188" /></span></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> <span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). </span><span lang="IT">Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemelihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat.</span></span></td> </tr>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="191"> <div align="center"> <span style="color: green; font-family: Times New Roman;"> www.kabmalang.go.id</span></div></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> </td> </tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT"> Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sbb:</span></span></div><ol start="1" style="margin-bottom: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Bertakwa kepada Tuhan YME </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;"> <span lang="IT">Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Berusia paling rendah 25 tahun </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Penduduk desa setempat </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;">Tidak dicabut hak pilihnya </span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;"> <span lang="FI">Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan </span></span> </div></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <div style="line-height: 100%;"><span style="font-size: small;"> <span lang="FI">Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota </span></span> </div></li>
</ol><h3 style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> <span class="mw-headline"><span lang="FI">Perangkat Desa</span></span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"> Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.</span></span></div><h3 style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> <span class="mw-headline"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;">Badan Permusyawaratan Desa</span></span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">6) Keterampilan penduduk yang rendah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">7) Tingkat pendidikan yang rendah.</span><span class="mw-headline"><span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span style="color: red;"> </span></span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="mw-headline"><span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span style="color: red;"> <b>Bagian 3 Klasifikasi Desa</b></span></span></span></span></div><h2><span class="mw-headline"><span lang="IT"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><a href="" name="Klasifikasi_desa">Klasifikasi desa</a> dapat dibagi menurut :</span></span></span></h2><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Times New Roman;">1.Kepadatan penduduk</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa terkecil,memiliki kepadatan penduduk dibawah 100 jiwa /km².</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa kesil, memiliki kepadatan pe<span lang="FI">nduduk antara 100-500 jiwa /km².</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">• Desa sedang, memiliki kepadatan penduduk antara 500-1.500 jiwa /km².</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">• Desa besar, memiliki kepadatan penduduk antara 1.500-3.000 jiwa /km².</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="FI"> <span style="font-family: Times New Roman;">• Desa terbesar, memiliki kepadatan penduduk antara 3.000-4.500 jiwa /km².</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Times New Roman;">2.Luas wilayah</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa terkecil,mempunyai luas wilayah antara 0-2 km².</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa kecil,mempunyai luas wilayah antara 2-4 km².</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa sedang,mempunyai luas wilayah antara 4-6 km².</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa besar,mempunyai luas wilayah antara 6-8 km².</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa terbesar,mempunyai luas wilayah antara 8-10 km².</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Times New Roman;">3.Tingkat perkembangannya</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa terbelakang (<i>underdeveloped village</i>) Desa yang belum bisa memanfaatkan potensi yang ada karena keterbatasan kemampuan masyarakatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa sedang berkembang (<i>developing village</i>) Desa yang baru memanfaatkan potensi yang ada tetapi kekurangan dana.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa maju (developed village) Desa yang sudah memanfaatkan semua potensi yang ada secara maksimal.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: Times New Roman;"> 4.Mata pencaharian</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">• Desa agraris,yaitu desa yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor agraris(bercocok tanam dan berkebun).</span></div><table border="1" id="table2" style="border-width: 0px;"></table><h2 align="center" style="text-align: left;"> <span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> <span class="mw-headline"> <span lang="IT" style="line-height: 150%;"><span style="color: red;">Bagian 4 Potensi Desa </span></span></span></span></h2><h2 align="center" style="text-align: left;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span class="mw-headline"><span lang="IT" style="line-height: 150%;">Potensi desa dapat terbagi dalam dua macam yaitu :</span></span></span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span class="mw-headline"> <span lang="IT">1. Potensi Fisik</span></span></span></h2><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT">a) Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di dalamnya.misalnya kesuburan,tanah,bahan tambang,dan mineral.</span></span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT">b) Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan manusia.air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan hidup dan juga aktivitas sehari-hari.</span></span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT">c) Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.</span></span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT">d) Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat pedesaan.pada desa agraris, ternak juga dapat menjadi investasi dan sumber pupuk.</span></span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="IT">e) Manusia merupakan sumber tenaga dalam proses pengolahan lahan petani, sehingga manusia sebagai potensi yang sangat berharga bagi suatu wilayah untuk mengelolah sumber daya alam yang ada.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">2.Potensi Nonfisik</span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;">a. Masyarakat desa cirinya memiliki semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) merupakan landasan yang kokoh bagi kelangsungan program pembangunan.</span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;">b. Lembag-lembaga sosial,pendidikan,serta organisasi sosial desa.Lembaga-lembaga tersebut banyak memberikan pembinaan dan arah bagi perkembangan dan pelaksanaan pembangunan desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya.lembaga-lembaga sosial yang terdapat di desa,antara lain yaitu lembaga:</span></div><div style="margin-left: 53.55pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"> <span style="font-family: Times New Roman;">·</span><span style="font-family: Times New Roman; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: Times New Roman;">Pemerintahan, seperti Badan Perwakilan Desa (BPD).</span></div><div style="margin-left: 53.55pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"> <span style="font-family: Times New Roman;">·</span><span style="font-family: Times New Roman; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: Times New Roman;">Pendidikan, seperti perpustakaan desa, kelompencapir, penyuluhan, simulasi,dan lain-lain.</span></div><div style="margin-left: 53.55pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="FI">·</span></span><span lang="FI" style="font-family: Times New Roman; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA.</span></span></div><div style="margin-left: 53.55pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="FI">·</span></span><span lang="FI" style="font-family: Times New Roman; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung desa.</span></span></div><div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="FI">c. Aparatur dan pamong desa merupakan sarana pendukung kelancaran dan ketertiban pemerintahan desa.perannannya sangat penting bagi perubahan dan tingkat perkembangan desa.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"> Potensi fisik dan nonfisik desa tersebut merupakan factor penunjang peranan desa sebagai hinterland, yaitu daerah penghasil bahan-bahan pokok bagi masyarakat kota. Potensi fisik dan nonfisik antar desa berlainan satu sama lain, hal ini dikarenakan: </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">1. Perbedaan lingkungan geografis, seperti luas wilayah, jenis tanah, tingkat kesuburan, sumber daya alam, dan penggunaan lahan. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">2. Perbedaan kondisi demografi, meliputi jumlah, kepadatan, serta persebaran penduduk.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"> <span lang="FI">Secara umum, tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh: </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">1. Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI">2. Interaksi antara desa dan kota, antara desa satu dan desa yang lainnya, serta perkembangan sarana trasportasi dan komunikasi antar wilayah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman;">3. Lokasi suatu desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: red;"><b><span style="font-size: small;">Bagian 5 Kondisi Mayarakat Desa </span></b></div><div class="MsoNormal" style="color: red;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><a href="" name="Kondisi">Kondisi</a> Masyarakat Pedesaan Sangat Buruk </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, </span> </div><table border="1" id="table2" style="border-width: 0px;"><tbody>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="474"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <img border="0" height="193" src="http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/data%20miskin.gif" width="400" /></span></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> <span style="font-family: Times New Roman;"> Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar mengatakan, kondisi masyarakat pedesaan di Indonesia saat ini sangat buruk. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala merebaknya kemiskinan<b>,</b> busung lapar, polarisasi pemilikan lahan, membengkaknya jumlah petani gurem dan buruh tani, terjadi pengangguran, serta setengah menganggur yang jumlahnya semakin besar.Belum lagi meluasnya lahan kritis dan semakin berfluktuasi ketersediaan sumber air untuk irigasi maupun rumah tangga dan industri serta rusaknya iklim mikro dan makro.</span></td> </tr>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="474"> <div align="center"> <span style="color: green; font-size: small;"> www.ekonomirakyat.org</span></div></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> </td> </tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Semua ini menjadikan bangsa Indonesia kembali menjadi bangsa kuli atau seperti kaum inlander di zaman Belanda yang tidak mampu memecahkan masalah bangsanya," tegas Affendi di Gedung Thoyib Hadiwijaya, Fakultas Pertanian IPB digelar acara Seminar "Kritik Atas Kebijakan Pembangunan Perdesaan di Indonesia". </span> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Oleh sebab itu, lanjut Affendi, menjadi tugas ilmuwan dan cendikiawan di bidangnya masing-masing untuk mengatasi memburuknya keadaan sumber daya dan kehidupan masyarakat pedesaan, antara lain dengan memberikan informasi dan pengetahuan yang terpercaya dan terbaru (<i>new and reliable knowledges</i>) yang berkaitan dengan dengan sumber daya dan lingkungan kehidupan perdesaan kepada para pembuat kebijakan maupun masyarakat luas dengan bahwa yang awam (<i>common sense</i>) agar mudah dipahami.</span></div><br />
<span style="font-size: small;">Terperangkap</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bangsa Indonesia sekarang seakan terperangkap di dalam situasi "permainan dilema narapidana" (<i>the prisoner's dilemma games</i>). Hal itu tercermin dari sikap semua orang yang mementingkan dirinya sendiri dan masing-masing pihak tidak mempercayai satu sama lain (<i>mistrust each other</i>). Menurut Affendi, akibatnya muncul kekecewaan untuk semua pihak. Gambaran keseharian tersebut bisa dilihat dari terjadinya pemberontakan di Aceh dan Papua, konflik etnis dan agama, kemunduran sektor pertanian dan kehidupan masyarakat perdesaan, kerusakan sumber daya hutan/bahari sampai kepada fenomena kemacetan lalu lintas yang meluas di mana-mana."Dalam bahasa sehari-hari terjadi ungkapan, kalau engkau boleh menyeleweng kenapa aku tidak boleh. Artinya, makna dari ungkapan tersebut adalah terjadinya korupsi yang merajalela dari kalangan elite sampai akar rumput," demikian dikemukakan Affendi kepada wartawan, Sabtu (2/7) malam di sela-sela acara Malam Keakraban "70 Tahun Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc., di Hotel Salak Bogor. </span> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Gunawan Sumodiningrat dari IPB saat berbicara dalam seminar mengatakan, fenomena kemiskinan di sebagian besar pedesaan kita memunculkan suatu wacana kesadaran baru yang menuntut para pembuat kebijaksanaan pembangunan nasional satu daerah agar dalam menyusun strategi pembangunan perlu ada keperpihakan dan komitmen pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan ekonomi rakyat."Dalam skala yang lebih luas, pembangunan pedesaan menuntut adanya paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia <i>(people-contered development)</i> yang memandang manusia atau masyarakat sebagai pemeran utama pembangunan. Bukan hanya sebagai penerima," katanya.</span></div><span style="font-family: Times New Roman;">Menurut Gunawan, salah satu kunci utama atas jaminan keberhasilan pembangunan adalah dengan memberi keleluasaan pada masyarakat untuk menentukan kebutuhannya, termasuk bagaimana memenuhi kebutuhannya itu. Metode yang cukup relevan untuk mendukung paradigma di atas adalah dengan menerapkan pendekatan pembangunan partisipatif dalam setiap proses pembangunan yang akan dijalankan</span><i> <span lang="FI"><span style="font-size: small;"> </span></span></i><br />
<div style="color: red;"><b><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><a href="" name="Desa_dan_Kemiskinannya_">Bagian 5 Desa dan Kemiskinannya </a></span></span></b></div><span style="font-size: small;"></span> <br />
<table border="1" id="table2" style="border-width: 0px;"><tbody>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="195"> <span style="font-family: Times New Roman;"> <img border="0" height="134" src="http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/kemiskinan%20di%20desa.JPG" width="175" /></span></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> <span lang="FI" style="font-family: Times New Roman; line-height: 150%;"> Sampai saat ini di pedesaan, khususnya di Jawa Barat, masalah yang sering kali mengemuka adalah tingginya jumlah kaum miskin. Meskipun masyarakatnya terlihat bekerja, sebenarnya yang terjadi adalah tingkat pendapatan yang sangat rendah. Banyak masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan. Hidup mereka tergantung pada kemurahan alam dengan penghasilan subsisten. </span></td> </tr>
<tr> <td style="border-style: none; border-width: medium;" width="195"> <div align="center"> <span style="color: green; font-size: small;"> my.opera.com</span></div></td> <td style="border-style: none; border-width: medium;"> </td> </tr>
</tbody></table><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Apalagi, dalam kondisi harga-harga yang melonjak seperti saat ini daya beli masyarakat semakin menurun. Jumlah orang miskin dan penganggur terselubung kian meningkat. Bila hal ini tidak segera ditangani, tentu akan timbul gejolak sosial. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Diakui atau tidak, kemiskinan di pedesaan tidak sepenuhnya disebabkan faktor kemalasan. Akan tetapi, hal itu lebih disebabkan masyarakat di desa kurang menguasai akses-akses dalam menambah ilmu, keterampilan, modal, dan pengalaman untuk menggali sumber penghidupan yang dapat membebaskannya dari belenggu kemiskinan. </span> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Untuk mengatasi hal itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Dulu ada program-program bantuan desa, seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Jaring Pengaman Sosial (JPS), sedangkan saat ini ada program semacam bantuan langsung tunai (BLT) dan beras untuk rakyat miskin (raskin). Namun, sering kali kita temui program-program tersebut mengalami hambatan. Kalaupun menyentuh masyarakat, program-program tersebut banyak yang tidak sesuai lagi dengan konsep. Selain itu, memang banyak program yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Upaya pemberdayaan </span> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Oleh karena itu, upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat desa harus segera dilakukan, seperti melalui pengembangan investasi masuk desa. Alih teknologi dan manajemen perlu dijadikan tujuan utama yang dikelola secara profesional dan komersial. Hal ini juga tidak dapat terpisah dari masalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). </span> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">SDM mengisyaratkan perlu adanya perubahan paradigma dan orientasi, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku masyarakat pedesaan. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat pedesaan merupakan konsep pola pengembangan SDM sampai pada tingkat kemandirian, yang ditandai dengan adanya produktivitas, efisiensi, dan partisipasi masyarakat. </span> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan diperlukan konsistensi. Hal itu harus menjadi konsepsi yang benar-benar memungkinkan masyarakat pedesaan untuk dapat bertahan dalam situasi perekonomian yang serba sulit seperti saat ini. Selain itu, meningkatkan harkat dan martabat serta kemampuan dan kemandirian yang nantinya dapat menciptakan suasana kondusif. Jadi, hal itu memungkinkan masyarakat pedesaan untuk berkembang dan memperkuat daya saing serta potensi yang dimiliki. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Pemberdayaan masyarakat pedesaan juga harus mampu memberikan perlindungan yang jelas terhadap masyarakat. Upaya perlindungan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang akibat berlakunya mekanisme pasar dan eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam hal ini, tampaknya sulit diterapkan mekanisme pasar. Masyarakat desa jelas akan kalah bersaing. Mereka tidak punya apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada umumnya kurang terlatih. </span> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Upaya lain adalah menyempurnakan kembali propram-program yang telah dijalankan. Pemberian fasilitas kredit dan bantuan desa harus sesuai dengan prosedur dan konsep yang telah digariskan. Namun, yang perlu diperhatikan, bantuan dan pemberian fasilitas kredit bukan berarti memanjakan dan membuat masyarakat pedesaan semakin tergantung, tetapi mampu menggali potensi yang ada pada masyarakat desa. Sebab, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat ditukarkan dengan pihak lain. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan, sektor pertanian harus menjadi sasaran utama. Sektor ini harus dijadikan pijakan yang kokoh sehingga di pedesaan bisa tercapai swasembada berbagai produk pertanian, terutama pangan, sebelum memasuki era industrialisasi. Lebih spesifik, ketahanan pangan lokal harus tercapai lebih dahulu. Kedepankan pertanian </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Yang tidak boleh dilupakan dalam membangun desa, pertanian harus mendapatkan prioritas utama. Kalau memang benar-benar dibuat industrialisasi di pedesaan, industri yang dibangun harus mendukung sektor pertanian. Industri tersebut memproduksi alat-alat pertanian, sarana pengolah hasil pertanian, pupuk, obat-obatan, dan sebagainya. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Industri semacam itu nantinya akan dapat dimanfaatkan masyarakat pedesaan sehingga pembangunan secara umum tidak terpisah dari sektor pertanian. Industrialisasi juga tidak sampai menimbulkan kelas-kelas baru sehingga akhirnya masyarakat meninggalkan budaya tani. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Bila upaya-upaya itu dijalankan dan berjalan dengan konsisten sesuai dengan konsep, diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan akan segera terwujud. Ini ditandai dengan indikator meningkatnya volume produksi, harga komoditas di pedesaan, dan terjangkaunya pembelian sarana produksi. Pada akhirnya komoditas kebutuhan hidup masyarakat pedesaan akan memengaruhi pula gairah perekonomian masyarakat desa secara umum. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;">Oleh karena itu, faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat pedesaan, misalnya tingkat dan struktur penguasaan faktor-faktor produksi, efisiensi pemasaran komoditas, pengadaan sarana produksi, dan kebutuhan konsumsi masyarakat pedesaan yang berasal dari kota, harus dijadikan pertimbangan dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Efisiensi pemasaran komoditas pedesaan dan pengadaan sarana produksi khususnya memerlukan transportasi, baik berupa kendaraan angkutan maupun transportasi kesempatan kerja pertanian dari pedesaan ke nonpertanian di kota. </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"> Dengan demikian, pembangunan pedesaan yang efektif tidak saja akan mewujudkan pembagian kekayaan dan pendapatan yang merata, tetapi juga merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang pesat karena berhasil mendorong berkembangnya industrialisasi. </span></span> <span lang="FI" style="line-height: 150%;"> <span style="font-size: small;">Dengan kata lain, kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Kalau kesejahteraan sudah tercapai, pasti kepentingan lain akan lebih mudah lagi dicapai. MUHAMMAD BASRI Mahasiswa Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan Sekolah Pascasarjana IPB</span></span></div></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-46723390572621303392011-04-05T12:56:00.000+07:002011-08-20T08:41:04.438+07:00Pendidikan Agama Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: red;"><strong>Bagian 1 <br />
TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN</strong></div><strong><span style="color: blue;"> <span style="color: black;"> </span></span></strong><br />
<strong><span style="color: blue;"><span style="color: black;">*Keimanan dan Ketakwaan</span></span> </strong><br />
Iman merupakan asas yang menentukan ragam kepribadian manusia. Selama ini orang memahami bahwa iman artinya kepercayaan atau sikap batin, yaitu mempercayai adanya Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir (kiamat), Takdir baik dan buruk. Pengertian tersebut jika digandengkan dengan hadis Nabi yaitu aqdun bil qalbi wa ikraarun bil lisaani wa amalun bil arkani maka pengertiannya akan lebih operasional. Jika didefinisikan bahwa iman adalah kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi Muhammad. Ketentuan Allah tersebut dibukukan dalam bentuk Kitab yaitu kumpulan wahyu, yang dikonkretkan dalam Al-quran guna mencapai tujuan yang hakiki yaitu bahagia dalam hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Isi kitab tersebut adalah ketentuan tentang nilai-nilai kehidupan yang baik dan yang buruk berdasarkan parameter dari Allah. <br />
Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan. Orang yang beriman kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk hidup dengan ajaran Al-quran seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, prasyarat untuk mencapai iman adalah memahami kandungan Al-quran. Dengan demikian strategi untuk menumbuhkembangkan keimanan kepada Allah adalah menumbuhkembangkan kegiatan, belajar dan mengajar Al-quran secara akademik. Tujuan belajar dan mengajar adalah bukan sekedar mampu membunyikan hurufnya, melainkan sampai memahami makna yang terkandung di dalamnya. <br />
Kuat lemahnya iman seseorang sangat tergantung pada penguasaannya terhadap Al-quran. Kekeliruan dan kedangkalan dalam memahami makna Al-quran merupakan faktor yang membuat dangkal atau keliru dalam beriman. Untuk itu belajar dan mengajar Al-quran harus dilakukan secara terjadwal dan berkelanjutan. Belajar Al-quran tidak hanya di waktu kecil, namun harus berkelanjutan sampai ajal tiba<br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Filsafat Ketuhanan</span> </strong><br />
Konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya. <br />
Segala yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Yang Maha Pencipta (Khalik). Manusia yang diberi akal, ketika memperhatikan gejala dan fenomena alam akan mengambil kesimpulan bahwa alam yang menakjubkan ini tentulah diciptakan oleh Yang Maha Agung. Akal yang logis juga memahami bahwa yang dicipta tidak sama dengan Pencipta. <br />
Makhluk, kecuali ada yang nyata dapat diketahui dengan pancaindra, ada pula yang immateri dan tidak dapat dijangkau oleh indera manusia. Keyakinan akan adanya makhluk ghaib itu, akan dapat menyampaikan kepada keimanan, juga terhadap Yang Maha Ghaib, yaitu Khalik Pencipta alam semesta ini. <br />
<br />
<hr /><strong><span style="color: red;">Bagian 2 <br />
HAKIKAT, MARTABAT, DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA</span> </strong><br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Hakikat Manus</span>ia</strong><br />
Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota badan, khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme biologi, yaitu seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh manusia untuk menunjukkan keberadaannya (eksistensinya). <br />
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks, tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf yang sangat kompleks pula. Keadaan itu pun masih menggambarkan manusia yang kurang lengkap, karena kelengkapan manusia tidak hanya dari wujud fisiknya saja, akan tetapi juga dari kenyataan nonfisik yang justru tidak dimiliki oleh makhluk lain. Seperti ruh dan jiwa yang memerankan adanya proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah diri serta mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah. <br />
Kedua mekanisme yang terdapat pada manusia, yaitu mekanisme biologi yang berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) dan mekanisme kejiwaan yang berpusat pada otak (otak sebagai lembaga pikir, rasa, dan sikap sebagai pusat kehidupan). <br />
Gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna, mungkin dapat dilihat dari kemampuannya untuk menentukan tujuan hidup. Tujuan hidup itu berdasarkan satu tata nilai yang memberikan corak pada seluruh kehidupan manusia yang terdiri dari proses mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan, dan membentuk sikap tertentu yang akhirnya tersusun pada suatu pola perilaku yang dapat menghasilkan karya manusia, baik yang bersifat fisik maupun bersifat nonfisik. Tinggi rendahnya derajat kemampuan, sempit luasnya cakupan tergantung pada kapasitas otak (Q.S. Al-Mu'min (40) : 35), melalui pusat susunan syaraf (terletak pada sumsum tulang belakang) sehingga memungkinkan seluruh anggota badan berfungsi dalam rangka pencapaian cita-cita. Cita-cita tersebut sering kali diistilahkan dengan akhlakul karimah atau perilaku yang baik. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Martabat Manusia</span> </strong><br />
Manusia ialah makhluk yang utama dan terutama di antara semua makhluk yang ada. Keutamaan manusia dapat dilihat dengan adanya potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, yang tidak terdapat pada makhluk lain. Dengan kelebihan itu manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di bumi. <br />
Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah inilah, yang menjadikan mereka mempunyai sejumlah hak dan kewajiban. Hak di sini adalah suatu imbalan dari kewajiban-kewajiban yang telah ditunaikannya. Kewajiban dalam konteks dengan hukum Islam, berarti pekerjaan yang akan mendapat sanksi hukum apabila ditinggalkan. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Tanggung Jawab Manusia</span> </strong><br />
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia. Sesuai dengan namanya manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri berperasaan, berkelompok, dan berpribadi. Selain itu manusia memiliki sifat pelupa atau cenderung memilih berbuat kesalahan. Dari sifat-sifatnya itu posisi manusia akan berbalik menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari binatang. <br />
Manusia diciptakan untuk mengelola dan memanfaatkan alam untuk mencapai kehidupan materi yang sejahtera dan bahagia di dunia, sekaligus dengan demikian ia dapat melaksanakan tugas beribadah kepada Pencipta untuk mencapai kebahagiaan immateri di akhirat kelak. Fungsi ganda manusia itu dikenal dalam istilah agama sebagai fungsi kekhalifahan dan kehambaan (untuk mengabdi dan beribadah). <br />
<br />
<hr /> <strong><span style="color: red;">Bagian 3 <br />
MASYARAKAT BERADAB, PERAN UMAT BERAGAMA, HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">*Masyarakat Beradab dan Sejahtera</span> </strong><br />
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan. Asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka dibuatlah sebuah peraturan. <br />
Dalam perkembangan berikutnya,seiring dengan berjumlahnya individu yang menjadi anggota tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat berkembang menjadi sesuatu yang kompleks. Maka muncullah lembaga sosial, kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat dan proses sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat. Atas dasar itu, para ahli sosiologi menjelaskan masyarakat dari dua sudut: struktur dan dinamika. <br />
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai civil society atau masyarakat madani. Meskipun memeliki makna dan sejarah sendiri, tetapi keduanya, civil society dan masyarakat madani merujuk pada semangat yang sama sebagai sebuah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial. <br />
Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera</span> </strong><br />
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural di mana bangsa ini terdiri dari pelbagai macam suku, bahasa, etnis, agama, dll. meskipun plural, bangsa ini terikat oleh kesatuan kebangsaan akibat pengalaman yang sama: penjajahan yang pahit dan getir. Kesatuan kebangsaan itu dideklarasikan melalui Sumpah Pemuda 1928 yang menyatakan ikrar: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Kesatuan kebangsaan momentum historisnya ada pada Pancasila ketika ia dijadikan sebagai falsafah dan ideologi negara. Jika dibandingkan, ia sama kedudukannya dengan Piagam Madinah. Keduanya, Pancasila dan Piagam Madinah merupakan platform bersama semua kelompok yang ada untuk mewujudkan cita-cita bersama, yakni masyarakat madani. <br />
Salah satu pluralitas bangsa Indonesia adalah agama. Karena itu peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat madani sangat penting. Peran itu dapat dilakukan, antara lain, melalui dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian, melakukan studi-studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralisme, dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat madani. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">* Hak Asasi Manusia dan Demokrasi</span> </strong><br />
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah wewenang manusia yang bersifat dasar sebagai manusia untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki, mempergunakan atau menuntut sesuatu baik yang bersifat materi maupun immateri. Secara historis, pandangan terhadap kemanusiaan di Barat bermula dari para pemikir Yunani Kuno yang menggagas humanisme. Pandangan humanisme, kemudian dipertegas kembali pada zaman Renaissance. Dari situ kemudian muncul pelbagai kesepakatan nasional maupun internasional mengenai penghormatan hak-hak asasi manusia. Puncaknya adalah ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan Declaration of Human Right, disusul oleh ketentuan-ketentuan lain untuk melengkapi naskah tersebut. Secara garis besar, hak asasi manusia berisi hak-hak dasar manusia yang harus dilindungi yang meliputi hak hidup, hak kebebasan, hak persamaan, hak mendapatkan keadilan, dll. <br />
Jauh sebelum Barat mengonseptualisasikan hak asasi manusia, terutama, sejak masa Renaissance, Islam yang dibawa oleh Rasulullah telah mendasarkan hak asasi manusia dalam kitab sucinya. Beberapa ayat suci al-Qur’an banyak mengonfirmasi mengenai hak-hak tersebut: hak kebebasan, hak mendapat keadilan, hak kebebasan, hak mendapatkan keamanan, dll. Puncak komitmen terhadap hak asasi manusia dinyatakan dalam peristiwa haji Wada di mana Rasulullah berpesan mengenai hak hidup, hak perlindungan harta, dan hak kehormatan. <br />
Sama halnya dengan hak asasi manusia, demokrasi yang berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, secara historis telah ada sejak zaman Yunani Kuno sebagai respons terhadap pemerintahan otoriter yang tidak menutup partisipasi rakyat dalam setiap keputusan-keputusan publik. Melalui sejarah yang panjang, sekarang demokrasi dipandang sebagai sistem pemerintahan terbaik yang harus dianut oleh semua negara untuk kebaikan rakyat yang direalisasikan melalui hak asasi manusia. Hak asasi manusia hanya bisa diwujudkan dalam suatu sistem yang demokrasi di mana semua warga memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. <br />
Sama halnya dengan hak asasi manusia, prinsip-prinsip demokrasi seperti kebebasan, persamaan, dll. terdapat juga dalam Islam. Beberapa ayat al-Qur’an mengonfirmasi prinsip-prinsip tersebut. Selain itu juga, praktik Rasulullah dalam memimpin Madinah menunjukkan sikapnya yang demokratis. Faktanya adalah kesepakatan Piagam Madinah yang lahir dari ruang kebebasan dan persamaan serta penghormatan hak-hak asasi manusia. <br />
<br />
<hr /><strong><span style="color: red;">Bagian 4 <br />
HUKUM</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">* Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat terhadap Hukum Allah SWT</span> </strong><br />
Para ulama mendefinisikan hukum syari’at/hukum Islam adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan. <br />
Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam: Pertama, Wajib; yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa. Kedua, Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkan tersebut tidak mendapat siksa. <br />
Hukum yang ketiga adalah haram, yaitu segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa. Yang keempat adalah makruh, yaitu satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat siksa. Yang kelima adalah mubah yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. <br />
Sementara prinsip-prinsip hukum dalam Islam oleh para ulama dijelaskan sebanyak tujuh prinsip. Ketujuh prinsip tersebut adalah Prinsip Tauhid, Prinsip Keadilan, Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, Prinsip al-Hurriyah (Kebebasan dan Kemerdekaan), Prinsip Musawah (Persamaan/Egaliter), Prinsip ta’awun (Tolong-menolong), Prinsip Tasamuh (Toleransi). <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Fungsi Profetik Agama (Kerasulan Nabi Muhammad SAW) dalam Hukum Islam</span> </strong><br />
Petunjuk Allah SWT dalam al-Qur’an hanya dapat dilaksanakan dengan syarat mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Inilah yang kemudian disebut dengan sunnah Nabi SAW atau hadits. Secara sederhana diartikan dengan segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi SAW. <br />
Urgensi sunnah Nabi SAW dalam hukum Islam ditegaskan dengan beberapa argumen, di antaranya adalah: <br />
<ol><li>Iman. Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi Muhammad SAW). </li>
<li>Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah SAW. </li>
<li>Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya. </li>
<li>Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah berdasarkan konsensus umat Islam. </li>
<li>Al-Qur’an yang bersisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat global, sehingga perlu ada penjelasan. Sekiranya tidak ada Hadits Nabi SAW maka ajaran al-Qur’an tidak dapat dilaksanakan secara baik. </li>
</ol>Posisi sunnah Nabi SAW terhadap al-Qur’an sangat penting di antaranya adalah untuk menguatkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an, menjelaskan apa yang masih global dalam al-Qur’an, bahkan menetapkan hukum secara mandiri yang tidak terkait langsung dengan al-Qur’an.<br />
<hr /> <strong><span style="color: red;">Bagian 5 <br />
AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">*Agama Sebagai Sumbar Moral</span></strong><br />
Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. <br />
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam pelbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan menjadi 3 kategori: 1) agama wahyu dan non-wahyu, 2) agama misionaris dan non-misionaris, dan 3) agama lokal dan universal. <br />
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral. <br />
Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan. <br />
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi) akibat menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Akhlak Mulia dalam Kehidupan</span> </strong><br />
Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak lahir. <br />
Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu, keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-akhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram. Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus, dan aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa: pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa. <br />
Akhlak mulia dalam kehidupan sehari diwujudkan baik dalam hubungannya dengan Allah – akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid, syukur, tawakal, mahabbah; hubungannya dengan diri sendiri – akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu; dengan orang tua atau keluarga – akhlak terhadap orang tua, antara lain: berbakti, mendoakannya, dll.; hubungannya dengan sesama – akhlak terhadap sesama atau masyarakat, antara lain: ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan hubungannya dengan alam – akhlak terhadap alam, antara lain: merenungkan, memanfaatkan. <br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 6<br />
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI</span> </strong><br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Iman, Ipteks, dan Amal sebagai Kesatuan</span> </strong><br />
Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut syari’at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi segala larangan. <br />
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science). <br />
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. <br />
Kesenian islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119). <br />
Ada 4 hal pandangan islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu</span> </strong><br />
Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban. Harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang mengarah kepada duniawi. <br />
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan. Dalam Alquran terdapat 620 kata amal. <br />
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh ajaran agama (amal saleh). <br />
<strong><span style="color: blue;">Kegiatan Belajar 3: Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman</span> <br />
Rangkuman</strong> <br />
Tanggung jawab adalah sebagai perbuatan (hal dan sebagainya) bertanggung jawab atau sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah tanggung jawab dalam bahasa Inggris disebut responsibility atau dikenal dengan istilah populer accountability, dalam bahasa agama disebut hisab (perhitungan). <br />
Penjelasan Alqur-an yang berkaitan dengan tuntutan tanggung jawab yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan bahwa semua anggota badan yang meliputi indra pendengaran, penglihatan dan hati harus dipertanggungjawabkan. Seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. <br />
Tanggung jawab ilmuwan dan seniman meliputi: (1) nilai ibadah, (2) berdasarkan kebenaran ilmiah, (3) ilmu amaliah, dan (4) menyebar-luaskan ilmunya. <br />
<br />
<hr /> <strong><span style="color: red;">Bagian 7 <br />
BUDAYA AKADEMIK DAN BUDAYA KERJA (ETOS) DALAM ISLAM</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">*Memahami Makna Budaya Akademik dalam Islam</span> </strong><br />
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah: <br />
<ol><li>Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. </li>
<li>Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. </li>
<li>Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. </li>
<li>Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. </li>
</ol>Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa: <ol><li>Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih. </li>
<li>Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan ilmu. </li>
<li>Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya. </li>
</ol><br />
<strong><span style="color: blue;">*Etos Kerja, Sikap Terbuka, dan Keadilan dalam Islam</span> </strong><br />
Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi, sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting dari ketiga sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut: <br />
Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka dan juga sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al-quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain; <br />
<ol><li>Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. </li>
<li>Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. </li>
</ol>Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur. Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri. <br />
<br />
<hr /> <strong><span style="color: red;">Bagian 8 <br />
POLITIK</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">*Kontribusi Agama dalam Kehidupan Politik</span> </strong><br />
Kontribusi yang diberikan oleh agama khususnya Islam dalam kehidupan politik cukup banyak. Dalam modul ini khususnya pada bagian Kegiatan Belajar 1 seperti telah dijelaskan di atas mencoba memberi gambaran tentang hal tersebut hanya dari dua sisi saja, itu pun keduanya bersifat normatif. Yaitu tentang prinsip-prinsip kekuasaan politik yang diajarkan oleh Islam dan kriteria pemegang kekuasaan politik yang diajarkan oleh Islam. <br />
Pada bagian pertama, Islam secara lebih khusus Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu: <br />
<ol><li>Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat. </li>
<li>Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil. </li>
<li>Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri. </li>
<li>Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW. </li>
</ol>Pada bagian yang kedua, Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah: <ol><li>Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur. </li>
<li>Seorang yang dapat dipercaya. </li>
<li>Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi. </li>
<li>Seorang yang cerdas. </li>
<li>Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan. </li>
</ol><br />
<strong><span style="color: blue;">*Agama dalam mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa</span> </strong><br />
Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Beberapa prinsip yang diajarkan Al-quran untuk tujuan tersebut antara lain: <br />
<ol><li>Prinsip persatuan dan persaudaraan. </li>
<li>Prinsip persamaan. </li>
<li>Prinsip kebebasan. </li>
<li>Prinsip tolong-menolong. </li>
<li>Prinsip perdamaian. </li>
<li>Prinsip musyawarah. </li>
</ol><br />
<hr /><strong><span style="color: red;">Bagian 9 <br />
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA</span> </strong><br />
<strong><span style="color: blue;">*</span></strong><strong><span style="color: blue;">Agama adalah Rahmat dari Allah SWT bagi Seluruh Hamba-Nya</span> </strong><br />
Allah SWT telah menganugrahkan kepada setiap manusia fitrah bertuhan. Kualitas fitrah tersebut di antara manusia tidak ada perbedaan. Yang membedakan nantinya adalah aktualisasinya dalam sikap hidup. Dari sini kita dapat memahami manusia apapun kepercayaannya pasti mempunyai pandangan yang sama tentang satu nilai yang universal misalnya tentang kasih sayang, kejujuran dan lain-lain. Itulah salah satu bukti bahwa manusia memiliki hati nurani sebagai fitrah anugerah Tuhan <br />
Sungguh sesuatu yang logis kalau Allah kemudian memberi petunjuk kepada manusia berupa agama yang diturunkan melalui para rasul dengan perantaraan wahyu. Karena fitrah beragama tersebut masih berupa potensi maka wajar kalau ajaran agama yang diturunkan Allah tersebut berisi petunjuk bagaimana cara mengaktualkan fitrah tersebut ke dalam perbuatan nyata. Agama tersebut pastilah yang juga bersumber dari Allah SWT. Manusia tidak diberi wewenang untuk menetapkan agama apa yang baik untuk berhubungan dengan Allah SWT yang berhak menetapkan adalah Allah SWT sebagai pemberi fitrah. <br />
Namun demikian manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya. Setelah petunjuk agama disampaikan para rasul apakah manusia akan mengikuti atau menolaknya sepenuhnya manusia diberi pilihan. Pilihan yang diambil itulah yang akan dijadikan pertimbangan Allah SWT untuk memberi balasan di akhirat. Kalau pilihannya sesuai dengan petunjuk Allah maka hidupnya akan bahagia dunia akhirat, namun apabila sebaliknya hasilnya adalah kehinaan hidup di dunia dan akhirat. <br />
<br />
<strong><span style="color: blue;">*Kerukunan Antar Umat Beragama</span> </strong><br />
Bentuk persaudaraan yang dianjurkan oleh Al-quran tidak hanya persaudaraan satu aqidah namun juga dengan warga masyarakat lain yang berbeda aqidah. Terhadap saudara kita yang sesama aqidah, Al-quran bahkan jelas menggaris bawahi akan urgensinya. Beberapa petunjuk menyangkut persaudaraan dengan sesama muslim dijelaskan secara rinci. <br />
Di antara perincian tentang petunjuk tersebut adalah bahwa penegasan bahwa sesama orang yang beriman mereka bersaudara. Di antara mereka tidak boleh saling mengolok, karena boleh jadi yang diolok-olok sebenarnya lebih baik. Di antara mereka juga tidak boleh saling menggunjing, karena perbuatan tersebut merupakan dosa. Dan antar sesama muslim harus saling menolong untuk melaksanakan kebaikan dan ketakwaan, juga saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. <br />
Terhadap warga masyarakat yang non-muslim, persaudaraan harus juga dibina. Persaudaraan dan kerja sama tersebut tentu saja bukan dalam hal aqidah, karena kalau dalam bidang aqidah sudah jelas berbeda maka tidak mungkin ada titik temu. Toleransi tersebut sebatas menyangkut hubungan antar sesama dan hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Maka dalam menjalin toleransi tersebut ada etika yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh menghina keyakinan agama lain serta tidak boleh mencampur adukkan aqidah masing-masing. </div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-43308125652601034632011-04-05T12:41:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.098+07:00Sosiologi Komunikasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><strong><span style="color: red;">Bagian 1: RUANG LINGKUP KOMUNIKASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<u><b>*Pengertian Komunikasi</b></u><br />
<div align="justify">Terdapat banyak definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Ada yang hampir mirip, namun ada juga yang berbeda! Perbedaan-perbedaan yang muncul itu lebih banyak karena fokus perhatian atau titik tolak pembahasannya. Misalnya, ada yang menekankan pada persoalan koordinasi makna, ada yang lebih menekankan information sharing-nya, ada yang menekankan pentingnya adaptasi pikiran antara komunikator dan komunikan, ada yang lebih menfokuskan pada prosesnya, ada yang menganggap lebih penting menunjukkan komponen-komponennya, dan tentu saja masih ada yang lainnya lagi.<br />
Dalam perspektif sosiologi, komunikasi itu mengandung pengertian sebagai suatu proses men-transmit/memindahkan kenyataan-kenyataan, keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, reaksi-reaksi emosional, misalnya marah, sedih, gembira atau mungkin kekaguman atau yang menyangkut kesadaran manusia. Pemindahan tersebut berlangsung antara manusia satu kepada yang lainnya. Jadi, jelas bagi sosiologi komunikasi itu tidak sekadar berisi informasi yang dipindah-pindahkan dari seseorang kepada yang lainnya, melainkan juga meliputi ungkapan-ungkapan perasaan yang pada umumnya dialami oleh umat manusia yang hidup di dalam masyarakat.<br />
Lingkungan komunikasi, setidak-tidaknya mempunyai 3 dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial psikologis, dan dimensi temporal. Ketiga dimensi tersebut sering kali bekerja bersama-sama dan saling berinteraksi, dan mempunyai pengaruh terhadap berlangsungnya komunikasi.<br />
Proses adalah suatu rangkaian aktivitas secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud dengan kurun waktu tertentu itu memang relatif. Dia bisa pendek, tetapi bisa juga panjang/lama, hal tersebut sangat tergantung dari konteksnya. Proses komunikasi secara primer adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, langsung antara seseorang kepada yang lain untuk menyampaikan pikiran maupun perasaannya dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, misalnya bahasa, kial, isyarat, warna, bunyi, bahkan bisa juga bau.<br />
Di antara simbol-simbol yang dipergunakan sebagai media dalam berkomunikasi dengan sesamanya, ternyata bahasa merupakan simbol yang paling memadai karena bahasa adalah simbol representatif dari pikiran maupun perasaan manusia. Bahasa juga merupakan simbol yang produktif, kreatif dan terbuka terhadap gagasan-gagasan baru, bahkan mampu mengungkapkan peristiwa-peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.<br />
Proses komunikasi secara sekunder adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat/sarana sebagai media kedua setelah bahasa. Komunikasi jenis ini dimaksudkan untuk melipatgandakan jumlah penerima informasi sekaligus dapat mengatasi hambatan-hambatan geografis dan waktu. Namun, harap diketahui pula bahwa komunikasi jenis ini hanya efektif untuk menyebarluaskan pesan-pesan yang bersifat informatif, bukan yang persuasif. Pesan-pesan persuasif hanya efektif dilakukan oleh komunikasi primer/tatap muka.<br />
Umpan balik komunikasi secara sekunder bersifat tertunda (delayed feedback), jadi komunikator tidak akan segera mengetahui bagaimana reaksi atau respons para komunikan. Oleh karena itu, apabila dibutuhkan pengubahan strategi dalam informasi berikutnya tidak akan secepat komunikasi primer atau tatap muka.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><u><b>*Komunikasi Sosial dan Fungsinya</b></u> </div><div align="justify">Komunikasi sosial ialah suatu proses interaksi di mana seseorang atau lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampai. <br />
Unsur-unsur dalam komunikasi sosial, yaitu komunikator (pihak yang memulai komunikasi), amanat (hal-hal yang disampaikan dapat berupa perintah, kabar, buah pikiran, dan sebagainya), media (daya upaya yang dipakai untuk menyampaikan amanat kepada penerima), komunikan (orang atau satuan orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi), dan tanggapan (respons) adalah tujuan yang diharapkan oleh komunikator).<br />
Jenis-jenis komunikasi sosial adalah komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung, komunikasi satu arah, komunikasi timbal-balik, komunikasi bebas, komunikasi fungsional, komunikasi individual, komunikasi massal, sedangkan fungsi komunikasi sosial adalah memberi informasi, memberi bimbingan, dan memberi hiburan<br />
Komunikasi organik dapat juga disebut sebagai komunikasi fungsional. Harap jangan dilupakan bahwa kata-kata fungsional itu sumbernya bahwa elemen-elemen dalam masyarakat itu saling memberi kontribusi secara fungsional. <br />
Efektivitas dan kesulitan komunikasi, antara lain mencakup masalah yang berhubungan dengan kriteria dan kesulitan komunikasi, sedangkan kesulitan komunikasi itu sendiri bisa karena kesulitan pada amanat, bahasa isyarat, bahasa lambang, dan dapat pula kesulitan itu terletak pada komunikan. Tentu saja bukan sekadar itu, kesulitan bisa juga terjadi pada media komunikasinya, kesulitan pada unsur sosial budayanya.<br />
<strong></strong><strong><span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 2: KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI</span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b><u>*Teori Struktural Fungsional </u></b></div><div align="justify">Paradigma adalah pandangan fundamental tentang objek studi suatu ilmu pengetahuan. Dia juga membantu merumuskan apa yang harus dipelajari, pertanyaan apa yang perlu diajukan dan bagaimana menjawab pertanyaan tersebut, serta aturan-aturan dalam menginterpretasi atau memberi makna terhadap data-data/fenomena yang diperoleh dari penelitian.<br />
Teori fungsionalisme struktural berada dalam paradigma fakta sosial, tokohnya adalah Emile Durkheim. Menurut dia, ada dua tipe fakta sosial, yaitu struktur sosial dan pranata-pranata sosial. Kedua fakta sosial itu menunjukkan sifat-sifat general, external, dan coercion.<br />
Esensi dari teori fungsionalisme struktural bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang terdiri dari elemen-elemen, dimana semua elemen di dalam masyarakat itu mempunyai fungsi kontributif terhadap terpeliharanya equilibrium. Perubahan sosial dapat mengganggu keseimbangan sosial akan, tetapi tidak lama kemudian, terjadi keseimbangan baru. Sifat perubahan sosial menurut teori ini adalah evolusioner, tak pernah terjadi perubahan yang revolusioner. Suatu bentuk elemen-elemen sosial mungkin saja fungsional di masyarakat tertentu, tetapi tidak fungsional bagi masyarakat yang lainnya. Suatu fenomena akan muncul di dalam masyarakat selama dia fungsional, dan akan hilang dengan sendirinya apabila tidak fungsional lagi.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><b><u>*Teori Interaksionisme Simbolik </u></b></div><div align="justify"> Teori interaksionisme simbolik adalah salah satu teori yang bernaung di dalam paradigma definisi sosial (social definition paradigm) Tokoh paradigma ini adalah Max Weber yang lebih memfokuskan perhatiannya pada proses pendefinisian realitas sosial, dan bagaimana orang mendefinisikan situasi, baik secara intrasubjektif maupun intersubjektif sehingga melahirkan tindakan-tindakan tertentu sebagai akibatnya. Perlu diingat bahwa Weber juga menegaskan bahwa manusia itu adalah makhluk yang kreatif dalam membentuk realitas sosial (dunianya sendiri).<br />
Definisi situasi dapat mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan-tindakan manusia, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negative.<br />
Intrasubjectivity adalah interaksi dengan dirinya sendiri, antara I dengan Me. Interaksi ini juga dapat melahirkan tindakan-tindakan. Intersubjectivity adalah interaksi antara 2 atau lebih orang. Interaksi jenis ini dapat mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan manusia.<br />
Manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa merupakan makhluk yang kreatif, artinya dapat menciptakan realitas sosial atau dunianya sendiri. Manusia bertindak terhadap suatu benda ataupun fenomena atas dasar makna yang dimiliki oleh benda ataupun fenomena tersebut. Makna suatu benda atau fenomena itu tidak inherent melainkan merupakan hasil dari interaksi sosial manusia di dalam masyarakat.<br />
Inti teori interaksionisme simbolik menurut Ritzer adalah <br />
(1) kehidupan bermasyarakat itu terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antarindividu dan antarkelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar, <br />
(2) Manusia bertindak bukan atas dasar stimulus respons melainkan melalui proses belajar, <br />
(3) Sekalipun norma-norma, nilai-nilai sosial, dan makna-makna dari simbol membatasi tindakan manusia, namun dengan kemampuan berpikirnya manusia tetap memiliki kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan yang hendak dicapainya.<br />
Dari sudut perspektif interaksionisme simbolik, media massa dengan informasi yang dibawanya itu dapat mengilhami pikiran anggota masyarakat untuk bersikap dan bertindak tertentu terhadap peristiwa atau fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Kenapa demikian? Ya karena perspektif ini berpendapat bahwa manusia itu merupakan makhluk kreatif dan dapat menerjemahkan simbol-simbol yang diterimanya. Anggota masyarakat dapat memberi makna yang berbeda-beda ketika menyaksikan gambar-gambar di koran ataupun dari televisi yang menayangkan antrian sembako. Ada yang ketakutan, ada yang terharu dan menitikkan air mata. Ada yang geram terhadap pemerintah, terutama kepada menteri yang seharusnya bertanggung jawab terhadap terjadinya keadaan tersebut. Tetapi jangan lupa, ada banyak juga di antara anggota masyarakat yang tidak peduli terhadap kenyataan sosial ini, bahkan mungkin dapat ikut memanfaatkan situasi tersebut.</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Teori Pertukaran Sosial </b></u></div><div align="justify">Paradigma perilaku sosial menekankan studinya pada bagaimana respons seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya, selain itu menurut paradigma ini manusia itu adalah makhluk pengejar keuntungan <br />
Lima bentuk dasar teori pertukaran sosial (social exchange) tercermin pada proposisi sukses, stimulus, nilai, deprivasi-satiasi, serta persetujuan dan perlawanan. Proposisi sukses menggambarkan bahwa tindakan manusia yang mendatangkan keuntungan atau kenikmatan cenderung akan diulang-ulang kembali oleh pelakunya. Proposisi stimulus menggambarkan bahwa orang akan cenderung melakukan hal/tindakan serupa dengan tindakan yang pernah dilakukan dan mendatangkan keuntungan/kenikmatan atau kelegaan. Proposisi nilai atau disebut juga dengan proposisi rasionalitas menggambarkan bahwa semakin bernilai suatu tindakan orang maka semakin besar kemungkinan tindakan tersebut akan diulang-ulang agar tindakan tersebut lebih bernilai. Proposisi deprivasi-satiasi mengandung pengertian bahwa semakin sering seseorang menerima ganjaran-ganjaran ynag istimewa maka ganjaran-ganjaran berikutnya semakin kurang bermakna karena terjadi kejenuhan. Proposisi persetujuan dan perlawanan mengandung pengertian sebagai berikut.<br />
1. Jika tindakan seseorang tidak mendatangkan ganjaran (reward) sebagaimana dia harapkan atau sebaliknya, yaitu malah memperoleh hukuman yang tidak dia harapkan maka dia akan marah, melawan ataupun melakukan tindakan-tindakan agresif lainnya. Dan baginya, akibat yang timbul dari tindakan amarah atau tindakan brutal lainnya justru dianggap lebih berharga atau bermakna baginya, sekalipun sesungguhnya bisa merugikan.<br />
2. Jika tindakan seseorang mendatangkan seperti yang dia harapkan atau bahkan lebih besar atau tidak mendatangkan hukuman sebagaimana dia duga dan harapkan maka dia akan merasa senang. Selanjutnya, semakin besar kemungkinan dia melakukan tindakan-tindakan, seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Dan tindakan tersebut dianggap sangat bernilai baginya.<br />
<br />
Perspektif pertukaran sosial lebih banyak menggambarkan saling manfaat yang bisa diperoleh dalam hubungan antara media massa dengan masyarakat. Keuntungan atau saling manfaat yang diperoleh itu dapat bersifat materiil, tetapi bisa juga bersifat immateriel dan sosial, termasuk popularitas yang bisa diperoleh masing-masing (pihak media massa, dan pihak masyarakat).</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 3: KOMUNIKASI MASSA </span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Mengenali Komunikasi Massa </b></u></div><div align="justify">Dari sudut pandang sosiologi, dalam membahas komunikasi massa lebih ditekankan arti pentingnya proses keterlibatan para partisipan dari komunikasi itu sendiri, sedangkan para ahli komunikasi berpendapat yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Berbeda dengan pendapat para ahli psikologi sosial. Komunikasi massa itu tidak selalu menggunakan media massa. Bagi mereka (para ahli psikologi sosial), pidato di hadapan sejumlah orang banyak di sebuah lapangan, misalnya asal menunjukkan perilaku massa (mass behavior), itu dapat dikatakan sebagai komunikasi massa. <br />
Sifat-sifat dari komunikasi massa meliputi sifat komunikator, sifat pesan, sifat media massa, sifat komunikan, sifat efek dan sifat umpan balik, sedangkan ciri-ciri komunikasi massa meliputi komunikasi massa berlangsung satu arah; komunikator pada komunikasi massa melembaga; pesan pada komunikasi massa bersifat umum; media komunikasi massa menimbulkan keserempakan; komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen. <br />
Sesungguhnya ada banyak ahli yang mengungkapkan fungsi komunikasi massa dengan versinya masing-masing. Salah satunya adalah pendapat De Vito. Dia berpendapat bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling penting yang dibahasnya, antara lain Fungsi menghibur, Fungsi meyakinkan yang terdiri dari mengukuhkan sikap, mengubah sikap, menggerakkan, dan menawarkan etika atau sistem nilai tertentu. Fungsi penting lainnya adalah menginformasikan, menganugerahkan status, fungsi membius, dan menciptakan rasa kebersatuan.<br />
Fungsi lain dari komunikasi massa yang umumnya juga dipandang penting adalah fungsi surveillance atau pengawasan. Bagi masyarakat, fungsi ini, antara lain memberitahukan adanya bahaya atau bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus dan sebagainya. Komunikasi massa juga dapat meningkatkan status social anggota masyarakat karena mengetahui berbagai berita yang dimuatnya. Sementara itu, fungsi interpretasi dan preskripsi juga tak kalah pentingnya, terutama menyangkut berita-berita tentang kejadian yang dapat menimbulkan dampak negatif dan membahayakan masyarakat.</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Komunikasi massa dan Sosialisasi</b></u></div><div align="justify">Sosialisasi sangat penting artinya dalam mempersiapkan setiap individu anggota masyarakat agar dapat memahami peranan-peranan orang lain dan peranan dirinya bagi orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. <br />
Komunikasi massa ternyata juga merupakan salah satu sumber, sarana dan agen-agen sosialisasi bagi anggota masyarakat, tua maupun muda, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Sejumlah bukti hasil penelitian menunjukkan bahwa media komunikasi massa, seperti televisi dan radio merupakan sumber-sumber normatif dan orang dapat belajar memecahkan berbagai persoalan karena media komunikasi massa tersebut.<br />
Kelompok primer (keluarga) tetap merupakan agen sosialisasi yang dianggap lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan media massa (misalnya nasihat-nasihat melalui acara radio atau televisi) terutama apabila terjadi perbedaan antara sejumlah orang tentang penilaian moral, nilai-nilai sosial dan sejenisnya.<br />
Penelitian-penelitian sosiologis perihal pengaruh media massa terhadap sosialisasi haruslah dikembangkan, terutama untuk mengetahui adakah perbedaan antara sosialisasi melalui agen-agen primer secara langsung ataukah melalui komunikasi massa yang menyangkut bidang-bidang tertentu.</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 4: FUNGSI DAN DAMPAK SOSIAL KOMUNIKASI MASSA</span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Fungsi Sosial Komunikasi Massa </b></u></div><div align="justify">Fungsi sosial komunikasi massa antara lain tercermin pada fungsi informatif bagi masyarakat luas. Artinya, komunikasi massa menyediakan informasi tentang berbagai keadaan/peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat, baik itu dalam ruang lingkup lokal, nasional, maupun internasional. Fungsi ini juga mempermudah masyarakat melakukan adaptasi terhadap perkembangan, adopsi inovasi berbagai bidang kehidupan, termasuk proses dan dinamika pembangunan.<br />
Fungsi sosial komunikasi massa juga tampak jelas sebagai pendidik masyarakat. Dalam hal ini komunikasi massa dapat menambah dan memperluas wawasan pengetahuan, sarat kemampuan berpikir kritis di kalangan masyarakat. Bahkan masyarakat didorong untuk dapat mandiri dalam setiap persoalan kehidupannya. Kesadaran untuk bergotong-royong dalam berbagai hal, termasuk dalam menciptakan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama dengan lingkungannya disadari benar sebagai kebutuhan dalam hidupnya. Dalam fungsi mendidik ini, komunikasi massa bahkan tidak sekadar menyajikan pengetahuan, akan tetapi juga berbagai keterampilan praktis, apakah itu di bidang pertanian, kesehatan, perekonomian dan lain-lain.<br />
Fungsi sosial lainnya dari komunikasi massa antara lain dapat meningkatkan empati dan integrasi masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan empati di kalangan masyarakat itu pada gilirannya dapat mereduksi prasangka negatif (prejudice) antarsuku bangsa. Citra-citra negatif antara satu suku dengan suku yang lain sebagai sesama anak bangsa yang majemuk ini secara bertahap akan terkikis. Dengan demikian, pada gilirannya akan menciptakan solidaritas dan integrasi nasional.<br />
Komunikasi massa ternyata dapat juga berfungsi sebagai sarana transmisi budaya (pewarisan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya) karena informasi-informasi yang dimuatnya dapat menyangkut norma-norma sosial, norma agama, serta nilai-nilai sosial yang dipandang luhur oleh suatu bangsa. Di samping itu sebagaimana telah disebut-sebut sebelumnya perihal fungsi sosial dari komunikasi massa, ternyata hal tersebut dapat juga menunjukkan fungsi peningkatan aktivitas politik bagi masyarakat luas atau mayoritas penduduk, misalnya saja kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemilu.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><b><u>*Dampak Komunikasi Massa dalam Kehidupan Masyarakat </u></b></div><div align="justify"> Dengan alat-alat (sarana) komunikasi, seperti televisi, teater-teater, buku-buku dan lain-lain maka pada gilirannya akan tampak perubahan-perubahan besar di dalam masyarakat. Perubahan itu terutama pada cara berpikir orang banyak dan pada apa yang dihargai oleh masyarakat (yaitu sesuatu yang dianggap bernilai oleh masyarakat). Mobilitas sosial menjadi tinggi, baik di sektor pekerjaan maupun perdagangan. Masyarakat di satu desa akan dengan mudah berhubungan dengan relasi-relasinya di desa-desa atau di kota yang lain. Secara singkat, pada gilirannya perubahan-perubahan besar tersebut mengarah pada apa yang biasa dinamakan modernisasi.<br />
Banyak di antara negara-negara berkembang yang tidak sungguh-sungguh memperhatikan komunikasi pembangunan. Pertama proses pembangunan menuntut banyak hal sekaligus. Kedua, investasi dalam bidang komunikasi mempunyai akibat yang berbeda-beda dalam berbagai aspek proses pembangunan. Ketiga, investasi komunikasi bukanlah suatu hal yang terpisah-pisah. Keempat, pengambilan kebijakan harus dibuat mengenai berbagai aspek lain dari sistem komunikasi itu. <br />
Dalam sistem komunikasi masyarakat yang paling maju pun senantiasa terjadi interaksi yang kompleks antara sistem media massa yang modern dengan jaringan komunikasi tradisional yang berupa komunikasi dari mulut ke mulut. Suatu masyarakat modern bukanlah suatu masyarakat massal yang tanpa norma dan tanpa hubungan pribadi yang terlepas dari kelompok-kelompok primer (primary groups). Masyarakat modern itu adalah suatu sistem yang terdiri dari keluarga-keluarga, perkumpulan-perkumpulan, suku bangsa-suku bangsa, kelas-kelas, organisasi-organisasi politik dan kelompok-kelompok persahabatan.<br />
Di negara-negara berkembang pada umumnya merupakan masyarakat yang dualitas, di mana pengetahuan atau gambaran tentang hidup yang dimiliki penduduk kota dengan penduduk desa tidak sama. Di negara-negara maju, keadaan seperti ini tidak terjadi karena media komunikasi massa tersebar secara luas, baik di kota maupun di desa.<br />
Media massa lebih cepat menimbulkan keinginan-keinginan yang baru daripada menimbulkan kemampuan untuk memenuhi atau mewujudkan keinginan-keinginan itu sendiri. Dengan demikian, suatu pengembangan media massa tidak boleh berdiri sendiri, dia haruslah merupakan bagian dari rencana pembangunan yang menyeluruh. <br />
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih dan pesat luar biasa ini semakin sulit diramalkan dampaknya secara eksplisit di masa-masa yang akan datang. Yang dapat dipahami bahwa di antara masyarakat ada yang memberikan respons positif, akan tetapi juga terdapat yang merespons negatif dan penuh kekhawatiran.<br />
<strong></strong><br />
<br />
<strong><span style="color: red;">B<b>agian</b> 5: KOMUNIKASI PERSONAL DAN KHALAYAK MASSA </span></strong> <strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Komunikasi Personal </b></u></div><div align="justify">Dari sudut aktivitasnya, komunikasi antarmanusia itu melalui beberapa-tahap, yaitu tahap intrapribadi (intrapersonal communication), kemudian tahap komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), dan group communication.<br />
Intrapersonal communication adalah komunikasi dengan dirinya sendiri. Ini merupakan cara di mana individu mengolah informasi atas dasar pengalaman hidup mereka sendiri. Oleh karena itu, komunikasi akan mengalami hambatan/kendala yang serius apabila yang melakukan komunikasi itu memiliki pengalaman hidup yang sangat berbeda. Ada yang mengatakan bahwa intrapersonal communication itu tidak lain adalah proses berpikir yang terjadi pada diri seseorang sebelum mengambil keputusan untuk menerima atau menolak stimulus yang dihadapinya.<br />
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) sering dilakukan secara tatap muka (face to face) . Oleh karena itu, bahasa/kata-kata merupakan sarana utamanya. Sekalipun demikian, penggunaan secara kombinasi dan sekaligus antara berbagai simbol-simbol lainnya, seperti gerakan tangan, ekspresi wajah dan sebagainya tentulah lebih positif karena dapat lebih mempertegas makna informasi dalam komunikasi yang sedang dilakukan.<br />
Dalam definisi komunikasi antarpribadi berdasarkan komponen, kita dapat melakukan identifikasi komponen-komponen utama dari komunikasi antarpribadi tersebut, sementara dalam definisi berdasarkan hubungan atau diadik, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antara 2 orang yang mempunyai hubungan yang jelas; dalam definisi berdasarkan pengembangan, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai suatu perkembangan atau kemajuan dari komunikasi tak-pribadi pada satu ekstrem ke komunikasi pribadi di ekstrem yang lain.<br />
Komunikasi antarpribadi dibedakan dari jenis komunikasi yang lain karena (1) prediksi lebih didasarkan atas data psikologis ketimbang data sosiologi; (2) prediksi didasarkan atas pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge) tentang satu sama lain; dan (3) perilaku didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan secara pribadi. Hubungan antarpribadi terbina melalui tahap-tahap. Setidak-tidaknya ada lima tahap kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, dan pemutusan. Sementara itu daya tarik antarpribadi bergantung pada sedikitnya lima faktor, yaitu: daya tarik (fisik dan kepribadian); kedekatan; pengukuhan; kesamaan; dan komplementaritas. <br />
Group communication adalah komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. Kelompok ini bisa kecil, tetapi bisa juga besar. Besar-kecilnya jumlah anggota komunikasi kelompok ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menyebut besar-kecilnya komunikasi kelompok. Yang jelas, smal group communication (komunikasi kelompok kecil) itu bersifat lebih rasional, face to face, kohesinya lebih kuat, dan terjadi solidaritas yang dinamis. Komunikasi pada kelompok kecil ini menguntungkan karena tanggapan para komunikan terhadap komunikator dapat langsung saat itu (bersifat dialogis).<br />
Large group communication tidak lain adalah kelompok komunikan yang jumlahnya banyak/besar. Komunikan hampir-hampir tak punya peluang untuk memberi respons verbal kepada komunikator. Jadi, situasi dialogis tidak ada. Pada large group communication ini sering kali terjadi contagion mentale atau biasa disebut dengan wabah mental. Misalnya saja, ada salah seorang bertepuk tangan maka dengan segera akan diikuti oleh yang lain, demikian pula apabila seseorang mengucapkan yell-yell tertentu maka akan segera diikuti yang lain pula. Itulah sebabnya orang-orang di dalam komunikasi kelompok besar ini sering kali mengalami regresi intelektualita, tetapi emosinya menaik. Jangan heran kalau di dalam large group communication ini mudah untuk digerakkan sesuai dengan keinginan komunikator (mungkin positif, akan tetapi mungkin juga negatif).<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><b><u>*Komunikasi Informal dan Khalayak Massa </u></b></div><div align="justify">Pengakuan sosiologi pertama tentang arti pentingnya individu dalam menjembatani media massa dengan publik pada umumnya adalah merupakan bagian dari penelitian (studi perintis) mengenai perilaku memilih yang dilakukan oleh Lazarsfeld dan kawan-kawannya selama kampanye presiden tahun 1940. Dalam penelitian ini Lazarsfeld memperkenalkan sebuah metode penelitian baru yang dinamakan panel technique.<br />
Reinforcement effect dapat juga dipahami dalam hubungannya dengan homogenitas politis kelompok-kelompok sosial. Hasil penelitian telah menunjukkan berulangkali bahwa orang-orang telah memilih "secara kelompok", artinya bahwa orang-orang yang berada dalam gereja, keluarga, klub-klub sosial dan kelompok kelembagaan yang sama cenderung untuk memilih atau memberikan suara yang sama.<br />
Charles R. Wright menegaskan bahwa dalam bentuknya yang lebih umum kata pemuka pendapat menunjukkan individu-individu yang melalui kontak-kontak personalnya sehari-hari, mempengaruhi orang lain dalam pembentukan keputusan dan pendapat. Pemuka pendapat tidak perlu merupakan pemimpin-pemimpin formal suatu masyarakat atau orang-orang yang memegang jabatan tertentu berdasarkan prestise sosial.<br />
Robert K. Merton melalui penelitiannya telah menemukan adanya pemuka pendapat sebagai local influentials (tokoh lokal) dan cosmopolitan influentials (tokoh kosmopolitan) dalam mempengaruhi perilaku anggota masyarakat. Antara local influentials dengan cosmopolitan influentials menunjukkan perilaku komunikasi yang berbeda.<br />
Media massa yang dapat menjangkau khalayak yang lebih luas tidak dapat secara otomatis dinyatakan memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan komunikasi lainnya. Sangat dimungkinkan bentuk komunikasi lainnya yang hanya memiliki jangkauan yang kecil justru memiliki pengaruh yang lebih besar daripada media massa dalam mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.<br />
Dalam perspektif sosiologi, kepemimpinan pendapat bukanlah sifat individu, seperti ciri kepribadian, tetapi merupakan suatu tindakan sosial (social act) atau serangkaian tindakan yang melibatkan interaksi antara dua orang individu atau lebih. Minat sosiologi berfokus pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Pada kondisi-kondisi apakah interaksi itu cenderung terjadi, sifat interaksi, keteraturan dalam karakteristik sosial dari orang-orang yang cenderung memainkan peranan sebagai pemuka pendapat pada berbagai macam persoalan di dalam kondisi-kondisi yang berlainan dan perilaku komunikasi serta aktivitas-aktivitas lain dari orang yang memainkan peranan sebagai pemuka pendapat atau sebagai pengikut mengenai beberapa topik dan masih banyak lagi yang lain.<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 6: KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN</span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><b><u>*Mitos Komunikasi dalam Pembangunan </u></b></div><div align="justify">Masih banyak orang terkecoh antara realitas dengan mitos mengenai hubungan antara komunikasi massa dengan perilaku menyimpang, misalnya peristiwa perkosaan atau pembunuhan yang terjadi di dalam masyarakat adalah karena pengaruh media massa, misalnya televisi, film-film di gedung bioskop, VCD dan sebagainya. Sementara itu, sejumlah kalangan terbatas, misalnya para ilmuwan tidak berani dengan serta-merta menganggap bahwa tayangan televisi, VCD atau bioskop dan sejenisnya adalah biang dari terjadinya perilaku menyimpang itu. Jangan-jangan memang dua-duanya itu antara realitas dan mitos terjadi di dalam masyarakat.<br />
Mitos komunikasi yang dikemukakan oleh Gonzales meliputi mitos tentang sistem sumber, pesan, saluran, segmen khalayak dalam sistem pemakai, efek dan mitos tentang alternatif pembangunan <br />
Mitos tentang sistem sumber antara lain mitos tentang yang baru itu lebih baik, mengatakan "tidak" itu salah, pendidikan lebih tinggi berarti keahlian lebih tinggi, hanya ilmuwan yang dapat melakukan riset, kasus yang berhasil dapat dijadikan model yang baik. Mitos tentang pesan berkaitan dengan mitos tentang informasi saja cukup untuk menyokong pembangunan, isi media massa sama dengan efeknya, media exposure sama dengan efek, suatu inovasi yang baik akan laku dengan sendirinya.<br />
Mitos tentang saluran meliputi mitos tentang media yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih baik, kampanye informasi publik adalah kampanye media massa, ada satu medium yang paling baik kerjanya untuk segala macam penggunaan, teknologi komunikasi itu netral. Berikutnya adalah mitos tentang segmen khalayak dalam sistem pemakai, yang berisi tentang : target khalayak kita adalah masyarakat umum, pengadopsi inovasi yang pertama adalah model yang baik untuk dijadikan contoh, keputusan dibuat pada tingkat individu, individulah yang harus disalahkan untuk masalah yang dihadapinya, mendengarkan tidaklah sepenting, seperti berbicara kepada khalayak Anda.<br />
Selanjutnya, mitos tentang efek yang meliputi mitos tentang perbedaan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku di antara kelompok-kelompok sosial ekonomi yang berbeda tak dapat dihindari dalam program-program pembangunan, beri perlakuan yang sama pada setiap orang dalam pembangunan. Mitos tentang alternatif pembangunan antara lain tentang masyarakat yang modern adalah masyarakat yang hidup menurut cara barat, untuk menjadi modern, seseorang harus disosialisasikan ke dalam kepercayaan dan sikap tertentu, tahap-tahap pembangunan tak dapat diulangi kembali, kita selalu mengerjakan seperti ini.<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><u><b>*Komunikasi dan Pembangunan </b></u></div><div align="justify">Menurut Roucek dan Warren, komunikasi itu adalah suatu proses pemindahan atau pengoperan fakta-fakta, keyakinan-keyakinan sikap, reaksi-reaksi emosional, serta berbagai bentuk kesadaran manusia. Senada dengan pendapat Roucek & Warren ini adalah pendapatnya Cherry, yang menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi, dengan tujuan mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Proses ini, dan kaitan hubungan yang ada di antara peserta dalam proses, kita sebut komunikasi. Komunikasi bukan merupakan jawabannya itu sendiri, tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerusan rangsangan dan pembangkitan balasannya. <br />
Pengertian dari pembangunan mengacu proses perubahan yang dengan sadar ditujukan untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat. Jadi, dengan formulasi apa pun pembangunan dirumuskan, sebenarnya esensinya tidak lain adalah dalam rangka meningkatkan taraf dan kualitas hidup individu dan masyarakat, baik secara lahiriah maupun batiniah. <br />
Everett M. Rogers mengatakan, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa (Rogers, 1985: 2). Sementara itu Hedebro Goran mengatakan bahwa pembangunan tidak lain adalah proses perubahan untuk meningkatkan kondisi-kondisi hidup. Namun, yang perlu dipahami di sini bahwa yang dimaksud dengan proses perubahan itu tidak semata-mata dan sekadar untuk menunjukkan proses perubahan belaka, melainkan harus juga digambarkan secara jelas tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari proses perubahan itu sendiri. Jadi, tujuan itu penting bagi proses perubahan yang namanya pembangunan.<br />
Bryant dan White menyatakan bahwa terdapat empat aspek yang terkandung di dalam pembangunan kualitas manusia sebagai upaya meningkatkan kapasitas mereka. Pertama, pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas (capacity), kepada apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta energi yang diperlukan untuk itu. Kedua, pembangunan harus menekankan pemerataan (equity). Ketiga, pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang (empowerment) yang lebih besar kepada rakyat. Keempat, pembangunan mengandung pengertian berkelangsungan atau berkelanjutan (sustainable) dan interdependensi di antara negara-negara di dunia.<strong><span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 7: BUDAYA KEMASAN MEDIA DAN PEMISKINAN IMAJINASI SOSIAL</span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Industri Budaya Kemasan Media</b></u></div><div align="justify">Iklan, bukanlah sekadar karya artistik yang netral melainkan juga mengandung ideologi pasar kapitalis, yang sering kali juga “kotor”. Iklan telah berkembang sebagai fenomena sosial budaya dalam masyarakat massa yang mengandalkan penyebarannya melalui media massa. Periklanan komersial telah membawa pencitraan (imagery) pada budaya pop dan pembentukan identitas individu maupun sosial. Melalui iklan, jenis atau merek barang tertentu dapat disulap menjadi tanda (sign) sehingga pemiliknya memperoleh citra tertentu. Iklan memang membentuk dan mengukuhkan cita rasa budaya masyarakat, menentukan simbol status kelas sosial di dalam masyarakat. Oleh karena itu, biasanya iklan menggunakan bahasa atau sign yang sugestif, agitatif, sloganistis bahkan kadang bombastis.<br />
Menurut Umberto Eco, semiotik adalah suatu disiplin ilmu yang pada prinsipnya mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui, dan mengecoh. Itu berarti bahwa iklan juga dapat dikaji. Dengan “teori dusta” (teorinya semiotik), fenomena iklan sebagai manifestasi pertukaran komoditas atau perdagangan dapat dipahami sebagai kekuatan ideologi pasar yang terus menerus memanipulasi cita rasa konsumen. <br />
Para penganjur teori kritis (kritikus media) mengkhawatirkan bukan sekadar pengaruh TV sebagai penyebar pola hidup konsumtif bagi anak-anak, melainkan yang perlu lebih dikhawatirkan adalah bagaimana implikasi iklan pada pergeseran di level kesadaran dan kapasitas imajinasi anak dalam memandang dunia rekaan media dan dunia sebagai realitas yang sesungguhnya.<br />
Menurut Berger, manusia modern tenggelam dan hanyut daam “semesta simbolik kemodernan”. Oleh karena itu, manusia modern secara mendadak tenggelam kembali dalam kegalauan iklan-iklan yang terus menerus didendangkan melalui media massa. Media menjadi wahana bagi percepatan pertukaran mode dan komoditas. Sementara itu kapasitas media sebagai aparatur teknologi telah ikut menciptakan keretakan yang tajam dalam emosi kita, di mana melalui sebaran produksi massa iklan, media telah berperan dalam membiakkan anomie dan alienasi ke dalam alam kesadaran kita.<br />
Salah satu rembesan kapitalisme yang paling telanjang (vulgar) adalah bagaimana pasar iklan mencitrakan kawula muda masa kini. Iklan bagi produk kecantikan kawula muda membangkitkan sebuah dunia mitos-diri yang dikaruniai dengan kekuatan magis yang baru ditemukan. Dengan daya simbolik dan kapasitas persuasifnya, iklan telah menjadi semacam kekuatan magis yang terus memicu citarasa (taste) kawula muda untuk bertindak, bukan saja berdasarkan kepuasan pribadi, namun lebih berdasarkan “nilai” yang mereka bayangkan dan harapkan. <br />
iklan dengan pesan komersialnya, yang secara terus-menerus membombardemen pikiran kita maka sangat mungkin iklan memang telah memiskinkan imajinasi kita, terutama kawula muda yang sedang galau mencari jati dirinya. Yang perlu dilakukan adalah melakukan “revolusi konsumen”, bukan dengan cara memusuhi perusahaan atau pengiklan, melainkan memberikan perlawanan yang tegas terhadap metode-metode periklanan yang manipulatif pada masa kini. Selain itu perlu melakukan “revolusi kesadaran” pada level individu. Jernihkan kesadaran kita. Kesadaran yang harus kita bangun bahwa iklan tela tampil, seperti “pabrik mimpi” dan “industri kesadaran” yang terus merongrong batin kita di tengah kegelisahan dan kegembiraan dalam mengarungi hidup.</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Media Massa dan Pemiskinan Imajinasi Sosial </b></u></div><div align="justify">Menurut Gorge Gerbner, media massa benar-benar telah menjadi “agama resmi” masyarakat industri. Dan dia telah memberi andil dalam memoles kenyataan sosial. Sementara itu McLuhan mengatakan bahwa media telah ikut mempengaruhi perubahan bentuk masyarakat. Media tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia akan informasi dan hiburan, tetapi juga ilusi atau fantasi yang mungkin belum pernah terpenuhi melalui saluran-saluran komunikasi tradisional lainnya.<br />
Media massa bersifat ambigu, dapat membawa manfaat, tetapi sekaligus dapat juga menimbulkan petaka bagi masyarakat. Dapat menghibur dan membawa inovasi, tetapi sekaligus dapat menumpulkan imajinasi, kepekaan moral dan sensibilitas akal budi serta kehalusan intuitif.<br />
Televisi sebagai “agama” juga memiliki preferensi nilai tersendiri, nilai terpentingnya adalah komersial dan daya hidupnya adalah pasar. Televisi telah menjadi perpanjangan gurita kapitalisme.<br />
Wajah industrialisasi media disinyalemen telah berperan dalam mengalirkan desakralisasi, dipolitisasi, dihumanisasi, yang terus meresapi relung-relung jiwa masyarakat massa.<br />
Media dapat muncul sebagai ancaman apabila logika pesan media tunduk kepada sekelompok orang yang disinyalemen akan mendistorsi bahasa atau pesan media untuk mengendalikan pikiran khalayak dalam memahami realitas. Dengan beban-beban ideologis tadi, realitas yang tampil di media acap kali bukan menggambarkan autentisitas dunia, tapi justru realitas yang telah terdistorsi alias kepalsuan.<br />
Hans Magnus Enzensberger yang memperkenalkan istilah industrialisasi pikiran mengatakan bahwa media akhirnya tidak lebih dari tool of the mind-making industry, suatu proses berdasa-muka yang ditandai makin meningkatnya cara hidup yang diawasi dengan amat ketat dan eksploitasi pikiran manusia atau yang oleh Enzersberger sebagai immaterial exploitation.<br />
Media massa (di Indonesia) merupakan tampilan sosok yang retak karena apa yang direkam adalah masyarakat yang juga telah mengalami “keretakan mental”. Contohnya banyak, misalnya saja masyarakat telah mengajukan kritik yang pedas terhadap materialisme, tetapi pada saat yang sama pola hidup konsumerisme dan hedonisme semakin menguat dan seolah menjadi ekspresi sukses dan bahkan modus eksistensi pergaulan. Masyarakat amat merindukan kebebasan individual dan tercapainya perjuangan HAM, namun pada saat yang sama mereka yang menganggap dirinya sebagai pejuang HAM justru tak jarang mencerminkan sikap dan ucapan orang yang dijadikan sasaran kritik tersebut. Media, dengan demikian tidak hanya menjadi saluran ampuh untuk melihat paradoks atau konflik “bahasa” masyarakat, tetapi media adalah paradoks itu sendiri.<br />
Guna menangkal pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh media dari dunia internasional ada beberapa cara yang dapat ditempuh: Paulo Freire da Ivan Illich untuk memilih media alternatif sebagai counter terhadap media “besar” tersebut. Maka, yang ditawarkannya adalah semacam pendayagunaan terhadap “media rakyat” (teater rakyat, folk music, dan sebagainya). Sementara itu Majid Tehranian menganjurkan alternatif jaringan komunikasi tradisional, seperti pendayagunaan masjid, majelis taklim, dan jaringan ulama. Atau juga bisa lewat pemanfaatan “media kecil” seperti kaset, leaflet, fotocopy dan lain-lain yang konon terbukti amat membantu sukses revolusi Islam di Iran. Sekalipun demikian, jalan yang paling memungkinkan/mudah adalah kemampuan bersikap selektif atas pesan-pesan media. Modalnya adalah kematangan intelektualitas dan kedewasaan mental khalayak.<br />
<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;"> </span></strong></div><div align="justify"><strong><span style="color: red;">Bagian 8: GLOBALISASI : PERDEBATAN AKADEMIK DAN VIRUS SOSIAL </span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Perdebatan Akademik tentang Globalisasi </b></u></div><div align="justify">Meskipun globalisasi ramai digunjingkan diberbagai kalangan dewasa ini, baik di kalangan politisi, para ekonom, birokrat maupun kalangan akademisi akan tetapi tak ada definisi yang dianggap paling mewadahi. Banyak yang terlalu menyederhanakan, tetapi banyak pula yang membesar-besarkannya. Bahkan ada yang menganggap bahwa globalisasi itu sesungguhnya tidak ada.<br />
Dalam debat akademik ini Steger memperkenalkan berbagai pendekatan yang paling dominan mengenai persoalan globalisasi ini. Pendekatan-pendekatan tersebut banyak ragamnya, mulai dari pendapat bahwa globalisasi tak lebih dari sekadar globaloney, sampai penafsiran globalisasi sebagai proses kultural, politik atau ekonomi. Steger juga menegaskan, sekalipun perspektif analitik semacam ini sangat diperlukan untuk memahami globalisasi, namun ia memandang bahwa pendekatan keilmuan tersebut perlu dibarengi dengan eksplorasi tentang ideasional dan normatif dalam globalisasi.<br />
Kalangan akademisi yang tergolong dalam globaloney tersebut dapat dipilah menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama menolak kegunaan globalisasi sebagai konsep analitis yang tepat. Kelompok kedua menunjuk pada terbatasnya proses globalisasi, sembari menekankan bahwa dunia tidak benar-benar terintegrasi, seperti yang diyakini oleh para pendukung globalisasi. Kelompok kritikus yang ketiga membantah kebaruan proses globalisasi tersebut kendati mengakui adanya kecenderungan globalisasi pada tingkat yang moderat. <br />
Globalisasi sebagai proses ekonomi, menekankan globalisasi sebagai dimensi ekonomi karena dipicu oleh perkembangan historisnya sebagai subjek studi akademis. Globalisasi sebagai proses politik menurut sekelompok intelektual terkemuka bahwa globalisasi politik sebagai proses yang secara intrinsik berkaitan dengan ekspansi pasar, sedangkan globalisasi sebagai proses kultural menekankan pentingnya kultur dalam perdebatan kontemporer mengenai globalisasi. Seperti yang diungkapkan oleh sosiolog John Tomlinson bahwa globalisasi berada di jantung kultur modern, sementara itu praktik-praktik kultural berada di jantung globalisasi. Sebenarnya ada banyak yang diungkapkan oleh para pemikir globalisasi kultural ini, namun salah satu dan sangat penting yang mereka kemukakan adalah Apakah globalisasi meningkatkan homogenitas kultural atau apakah ia akan mengarah pada perbedaan dan heterogenitas yang lebih beragam? Secara sederhananya, apakah globalisasi itu menjadikan orang semakin sama atau semakin berbeda ? <br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><u><b>*Globalisasi Informasi dan Virus Sosial </b></u></div><div align="justify"> Bagi sementara kalangan, era globalisasi ekonomi dan informasi ini, pembicaraan umumnya berkisar mengenai lenyapnya batas-batas teritorial, batas-batas negara dan bangsa, batas-batas kesukuan dan kepercayaan, batas-batas politik dan kebudayaan, yang pada waktu lalu dianggap sebagai hambatan dalam interaksi global. Oleh karena semua batas-batasnya lenyap maka yang terjadi adalah transparansi hampir di semua bidang, seperti jaringan transparansi informasi, transparansi komunikasi, transparansi ekonomi, juga transparansi seksual. <br />
Ketika batas antara satu unsur dengan lainnya hilang maka muncullah apa yang dinamakan orbitasi. Melalui orbitasi televisi maka informasi, tontonan, hiburan, kesenangan berputar dari satu stasiun ke stasiun lainnya, dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Melalui orbitasi ekonomi maka kapital, barang, bunga, utang luar negeri berputar dari satu negara ke negara lainnya, dari satu bank ke bank yang lain. Sementara itu dengan orbitasi politik maka teror, kekerasan, intimidasi berpindah dari satu bangsa ke bangsa yang lain, dari satu mafia ke mafia yang lainnya. Orbitasi ekstasi melahirkan fantasi, halusinasi, ilusi yang berpindah dari satu sub kultur ke sub kultur yang lain, dari satu diskotek ke diskotek lainnya. Dengan orbitasi seksual,maka kecabulan, kegairahan, progografi menjalar dari satu pusat hiburan ke pusat hiburan lainnya, dari satu lokalisasi ke lokasisasi lainnya, dari satu video ke video lainnya. Dan jangan lupa bahwa di dalam orbitasi itulah maka lahir anonimitas aktor, yaitu aktor yang tak dikenal identitasnya.<br />
Di dalam era globalisasi informasi sekarang ini, pandangan citra diri masyarakat kontemporer kita telah berubah jika dibanding dengan pandangan dunia para leluhur kita. Anak-anak muda sekarang terbiasa sekadar melihat objek dan citraan semata-mata, tanpa mampu melihat makna yang tersembunyi di balik objek dan pencitraan tersebut. Padahal, citraannya mengaburkan kapasitas kita bagi pembentukan eksistensi yang otentik, subjektivitas yang benar terhadap diri kita sendiri. <br />
Menurut Baudrillard, virus HIV itu berkembang sebagai akibat orbit seksual yang terbuka buat siapa saja (integrated, sexual circuit) yang memungkinkan hubungan seks dengan siapa saja dan yang membentuk reaksi berantai dalam skala global. Secara metafora dapat dikatakan bahwa serangan virus HIV adalah patologi hubungan-hubungan seksual yang melampaui dan tidak mengindahkan tabu, larangan, pantangan, dan adat.<br />
Bagi Baudrillard, liberalisasi juga menyusupkan virus mental yang disebutnya sebagai virus pemangsa (predator), yakni suatu dorongan dari dalam diri untuk memangsa apa saja demi keberlangsungan sistem. Kapitalisme global juga memangsa apa saja. Artinya, menjadikan komoditi apa saja, mulai dari hiburan, olah raga, pendidikan, informasi, kesehatan hingga kebugaran, kepribadian, penampilan; mulai dari tubuh, pikiran, kekuasaan hingga ilusi, halusinasi dan fantasi demi keberlangsungan perputaran kapital demi menggelembungnya kapital.<br />
Apa yang mewarnai perkembangan ekonomi, politik, informasi, media, seksual di dalam era globalisasi sekarang ini bahwa semuanya telah bertumbuh ke arah bentuk fraktal – ke arah perkembangbiakan dan pelipatgandaan yang tanpa batas, tanpa kendali, tanpa tujuan yang pasti. Setiap diskursus berlomba-lomba menggali segala potensinya, mengeksploitasi segala sumber dayanya, men-diversifikasi segala kemungkinan produknya, seolah-olah tidak ada batas baginya.<br />
<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 9: GLOBALISASI: FANTASMAGORIA HIPERKOMODITI DAN ANAK KANDUNG </span><span style="color: red;">KAPITALISME</span></strong><strong></strong> </div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><u><b>*Kapitalisme dan Hiperkomoditi </b></u></div><div align="justify">Wacana ekonomi global--yang dikendalikan oleh sistem kapitalisme lanjut--menjadi sebuah arena sirkuit tempat perlombaan ke¬cepatan, persaingan, kepanikan, dan kegilaan dipertunjukkan. Wacana komunikasi global yang dikendalikan oleh sistem komunikasi digital (cyberspace) menjadi sebuah panggung tempat ekstasi komunikasi, kegilaan fantasi, dan bom informasi dipertontonkan. Sementara itu, wacana budaya global yang dikuasai oleh nilai-nilai budaya Amerika menjadi sebuah ruang display tempat ketelanjangan, kegairahan, dan ketidakacuhan dipamerkan, sedangkan wacana pendidikan global yang dikuasai oleh kebutuhan pasar dan komoditi menjadi sebuah ruang kelas tempat ke¬cerdasan, keterampilan, dan kreativitas dikomodifikasikan. Dan wacana hiburan global yang dikuasai oleh jaringan televisi global¬ menjadi sebuah "ruang" tempat berbagai kedangkalan, keremeh-¬temehan (banality), dan kerendahan hasrat dipertontonkan.<br />
Pasar konvensional sebagai sebuah arena jual-beli atau transaksi barang dan jasa men¬jelang abad ke-21 berubah wujud menjadi superpasar atau hipermarket (hypermarket), yaitu pasar yang melampaui pengertian pasar yang konvensional. <br />
Hipermarket adalah bentuk sosialisasi masa depan yang dikendalikan dari atas oleh para elite, yang di dalamnya di¬konstruksi durasi ruang-waktu, tempat lalu lintas tidak saja barang dan jasa, tetapi juga tubuh, hasrat, dan libido; tempat lalu lintas kehidupan sosial (kerja, waktu senggang makanan, kesehatan, transportasi, hiburan, media, kebudayaan); tempat bertemunya segala bentuk kontradiksi sosial; ruang waktu bagi beroperasinya segala bentuk simulacrum kehidupan sosial; tempat bertemunya segala struktur dan lalu lintas kehidupan.<br />
Hipermarket merupakan pusat bagi kloning kebudayaan, yaitu reproduksi secara sempurna kebudayaan pragmatis Amerika, yang dikembangbiakkan dan disebarluaskan secara global. Hipermarket menciptakan semacam penyeragaman budaya, ketimbang penganekaragaman budaya, ia adalah keanekaragaman di dalam keseragaman. Ia menciptakan se¬macam McDonaldisasi kebudayaan.<br />
Kapitalisme global yang memberi peluang bagi produksi dan reproduksi objek-objek dalam skala global beserta segala muatan tanda dan makna kulturalnya-memberi peluang pula bagi pengkopian dan perbanyakan kebudayaan oleh kebudayaan lainnya, inilah kloning kebudayaan.<br />
Panik adalah satu bentuk ketegangan yang disebabkan oleh teror (teror kecepatan, teror kekacauan) yang menyebab¬kan tidak dapat di organisasinya diri seseorang dengan normal. Tindakan panik adalah tindakan yang dilakukan secara cepat dan terkadang spontan, tanpa memikirkan makna atau arah tujuan tindakan tersebut. Oleh karena itu, ia adalah bentuk ekstasi, sebab dalam kondisi panik satu tindakan berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam kecepatan tinggi, tanpa terpaut pada satu sistem makna, oleh karena makna telah terserap di dalam kecepatan perubahan itu sendiri.<br />
Selain kondisi panik, kebudayaan abad ke-21 juga ditandai oleh kondisi histeria. Histeria adalah ekses dari emosi yang tidak dapat dikendalikan. Histeria abad ke- 21 adalah histeria com¬puter game, yang membawa pada kegembiraan puncak, tetapi juga kegamangan dan ketegangan yang mengguncang emosi: simulasi ruang, remote control, lenyapnya ruang-waktu nyata di dalam ruang-waktu virtual dan digital, yang membawa umat manusia-bersama emosinya-tanpa arah tujuan. Ruang vir¬tual computer game atau play station adalah ruang tempat berlangsungnya perlombaan yang tanpa akhir dengan kecepat¬an, kesigapan, kepandaian; berpacu dengan skor, statistik, dan akumulasi poin-poin. Akan tetapi, ke manakah manusia akan digiring terhadap semua ini?<br />
<strong></strong> </div><div align="justify"><b><u>*Globalisasi: Anak Kandung Kapitalisme </u></b></div>Anthony Giddens, dalam bukunya Runaway World, memetakan para pengkaji globalisasi ke dalam 2 kelompok. Pertama, kaum skeptis, yang berpendapat semua hal yang dibicarakan mengenai globalisasi hanyalah omong kosong. Apa pun manfaat, cobaan, dan kesengsaraan yang ditimbulkannya, ekonomi global tidak begitu berbeda dengan yang pernah ada pada periode sebelumnya. Secara politik, kaum skeptis ini menurut Giddens, cenderung berada di aliran kiri politik, khususnya kiri lama. Kelompok kedua, disebutnya sebagai kaum radikal yang secara politik berada di sebelah kanan. Bagi kaum radikal, globalisasi tidak hanya sangat riil di mana pasar global jauh lebih berkembang bahkan bila dibandingkan dengan tahun 1960-an dan 1970-an, serta mengabaikan batas-batas negara.<br />
Bagi Giddens, globalisasi bukan sekadar soal apa yang ada di luar sana, terpisah, dan jauh dari orang per-orang. Ia juga merupakan fenomena “ di sini”, yang mempengaruhi aspek-aspek kehidupan kita yang intim dan pribadi. Giddens mengingatkan kita agar memahami globalisasi tak melulu sebagai persoalan ekonomi, tetapi menyangkut juga persoalan politik, sosial, dan budaya.<br />
Petras berpendapat, argumen bahwa globalisasi adalah hasil dari logika kapitalisme (logic of capitalism) merupakan argumen yang ahistoris dan asosial. Ide ini sangat abstrak: pertama karena teori ini mengaburkan peran begitu banyak aktor (pemilik modal yang berbeda-beda, peranan dari jutaan kaum buruh, dsb), dan begitu banyak negara yang mencoba mengintervensi dan mempertajam gerak modal. Kedua, teori ini tidak mampu menjelaskan periode involusi modal ataupun krisis yang menyebabkan modal harus lari ke luar negeri atau kembali ke pasar lokal. Ketiga, teori ini gagal menjelaskan perbedaan tingkat modal yang masuk ke perekonomian dunia pada waktu yang berbeda-beda.<br />
Tiga fase perkembangan globalisasi menurut James Petras: fase pertama dimulai sejak abad ke-15 seiring dengan pertumbuhan bersama kapitalisme dan ekspansi mereka ke luar negeri, penaklukan sebuah negeri ataupun penghisapan atas Asia, Afrika, dan Amerika Latin serta pendudukan bangsa kulit putih atas tanah di Amerika Utara dan Australia. Dengan demikian globalisasi pada awal mulanya tidak dapat dilepaskan dari imperialisme: pilar utamanya dibangun di atas akumulasi modal kaum kapitalis Eropa yang dicapai dengan mengisap Dunia Ketiga. Fase kedua globalisasi dibangun pada era imperial trade (perdagangan antarkaum imperialis). Perdagangan antarnegara di Eropa, dan selanjutnya dengan Amerika (sekarang melibatkan Jepang) telah melibatkan serangkaian kerja sama lokal dalam satu kawasan untuk mendukung kekuatan dominan dalam kawasan tersebut. Dalam konteks ini globalisasi telah memperlihatkan kompetisi dan kolaborasi: perjuangan antara perusahaan multinasional di satu negara untuk merebut sebuah pasar dan juga kolaborasi antar mereka sendiri untuk mengeksploitasi pasar tersebut. Pada fase ini motif mencari keuntungan telah semakin nyata, semakin jelas. Pada fase ketiga, globalisasi masuk ke dalam fase international trade. Perdagangan internasional atas komoditas dan jaringan pasar global maupun regional telah memberikan karakter kelas dalam globalisasi. Artinya, globalisasi telah menjadi arena konflik kelas dan konflik-konflik perdagangan. Pada fase ketiga ini, agen utama dari globalisasi adalah perusahaan-perusahaan multinasional, yang telah menggantikan peran perusahaan dagang di masa sebelumnya dalam mengeksploitasi dan mengisap sumber daya alam dan tenaga kerja murah di Dunia Ketiga.<br />
Dari penggambaran historis menjadi jelas bahwa globalisasi bukan sebuah fenomena ekonomi yang baru, bukan hasil penemuan teknologi komunikasi modern, melainkan hasil dari proses evolusi dalam sistem kapitalisme untuk menjawab berbagai krisis yang menimpanya.<br />
Teori ekonomi klasik merupakan refleksi dari kepentingan kelas pemilik modal berhadapan dengan kepentingan kelas pekerja. Kekalahan kelas pekerja berarti pertumbuhan ekonomi bekerja menurut logika-logika kelas dominan, yakni logika akumulasi kapital. Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh angka-angka pertumbuhan yang tinggi, inflasi rendah yang difasilitasi oleh pasar bebas, bukan dari peningkatan kesejahteraan mayoritas rakyat. Namun sejarah ekonomi juga menunjukkan ujung dari liberalisme pasar adalah krisis ekonomi. Mengapa? Dipandu oleh doktrin liberal, komoditas diproduksi tidak untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang konkret, tapi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang abstrak. Akibatnya, jumlah komoditas yang diproduksi menjadi tak terbatas jumlahnya, tergantung pada fluktuasi (naik-turunnya) permintaan pasar yang tak bisa diramalkan sehingga terjadi produksi massal. Tetapi bagaimana memasarkan produksi massal itu? Inilah yang tak bisa dipecahkan kapitalisme sehingga terjadi kelebihan produksi (overproduction).</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-70820321704112185162011-04-05T12:30:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.099+07:00Sosiologi Organisasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><strong><span style="color: red;">Bagian 1 : BATASAN PENGERTIAN SOSIOLOGI DAN KONSEP DASAR SOSIOLOGI ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<u><b>*Batasan, Pengertian Sosiologi Organisasi</b></u><br />
Organisasi merupakan salah satu fenomena sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia tidak bisa menolak kehadiran organisasi dalam kehidupannya. Dilihat dari aspek material sosiologi, yaitu masyarakat dan dari aspek formal sosiologi, yaitu interaksi antarmanusia serta proses dan akibat yang timbul dari interaksi itu, ternyata masih saja ada kekaburan dan kerancuan dari pengertian dan lingkup sosiologi organisasi. <br />
Metode yang digunakan dalam studi sosiologi organisasi ditentukan oleh tujuan penelitian yang dirancang berdasar pada karakteristik data yang dikumpulkan dan juga dipengaruhi atas dasar suatu pandangan filsafat tertentu. <br />
Oleh karena itu, sosiologi sering kali dinyatakan sebagai ilmu yang berparadigma ganda yang hal ini disebabkan oleh: <br />
1. perbedaan pandangan filosofi dari para ahli sosiologi; <br />
2. perbedaan teori yang dibangun atas dasar pandangan filosofi tadi;<br />
akibatnya metodenya pun berbeda.<br />
<strong></strong><br />
<u><b>*Konsep-konsep Dasar dalam Sosiologi Organisasi</b></u><br />
Ada 3 penekanan yang dikembangkan oleh para ahli mengenai definisi organisasi, yaitu menekankan pada: <br />
1. kumpulan orang;<br />
2. proses pembagian kerja;<br />
3. sistem kerja lama, sistem hubungan atau sistem sosial. <br />
<br />
Elemen-elemen organisasi mencakup hal-hal berikut ini.<br />
1. struktur sosial; <br />
2. anggota;<br />
3. teknologi; <br />
4. tujuan.<br />
<br />
Struktur sosial mengacu pada struktur normatif dan perilaku dengan anggota mengacu pada hubungan timbal balik antaranggota di dalam organisasi. Elemen tujuan didefinisikan sebagai upaya anggota organisasi dalam mencapai tujuan, dan elemen teknologi mengacu pada organisasi sebagai suatu tempat, di mana terjadi proses peralihan dari masukan (input) menjadi keluaran (output), sedangkan prinsip dasar organisasi terbagi menjadi 2, yaitu: <br />
1. tujuan organisasi;<br />
2. koordinasi yang terpilah lagi menjadi spesialisasi, kesatuan dalam perintah, kesatuan dalam penggunaan, wewenang dan tanggung jawab, pendelegasian, cakupan pengawasan, rantai perintah, dan keseimbangan.<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 2 :KELOMPOK SOSIAL DAN ORGANISASI SOSIAL</span></strong><br />
<br />
<u><b>*Batasan Pengertian Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial</b></u><br />
Beberapa karakteristik dari kelompok sosial, yaitu nilai-nilai kelompok, norma-norma kelompok, peran dan posisi, serta status dan ikatan kelompok, sedangkan tipe-tipe kelompok sosial mencakup in-group dan out-group, kelompok primer dan kelompok sekunder, serta kelompok formal dan kelompok informal. Pada kelompok informal terdapat juga beberapa bentuk ikatan, antara lain kelompok persahabatan atau persaudaraan, dan klik. Klik ini juga terdiri dari klik vertikal, klik horizontal, klik campuran, serta subklik.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<u><b>*Dinamika Kelompok dalam Organisasi</b></u><br />
Dinamika kelompok umumnya mengacu kepada kerja sama, persaingan, dan konflik yang terjadi antaranggota kelompok maupun antarkelompok. Hal ini pada dasarnya mempengaruhi keanggotaan kelompok, di mana faktor-faktor dukungan individual, sikap anggota kelompok, kepuasan kerja, sikap tolong-menolong, ketegangan dan kegelisahan, serta perkembangan individual ikut andil di dalamnya. antarkelompok merupakan sumber konflik yang selalu terjadi di dalam setiap organisasi. Penyebabnya, antara lain karena perebutan sumber daya, perbedaan status, dan perbedaan persepsi.<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 3 : TIPE-TIPE ORGANISASI SOSIAL</span></strong><br />
<br />
<b><u>*Dasar Tipologi Organisasi </u></b><br />
Kesamaan karakteristik mengenai fenomena organisasi biasanya selalu dijadikan dasar dalam menentukan tipologi atau klasifikasi fenomena organisasi. Tipologi atau klasifikasi tersebut mencakup, antara lain organisasi yang bergerak berdasarkan keuntungan, sistem wewenang, tanggapan anggota, keterlibatan emosi anggota, tujuannya, kebutuhan sosial, pembagian biaya dan nilai, luas wilayah, pucuk pimpinan, dan saluran wewenang.<br />
<br />
<b><u>*Organisasi Formal dan Organisasi Informal</u></b><br />
Di dalam organisasi formal terdapat organisasi informal. Berkembangnya organisasi informal ini karena struktur formal tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan para anggotanya dan juga kebutuhan organisasi (formal) itu sendiri. Keduanya yaitu organisasi formal dan organisasi informal memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal tujuannya, mekanisme kontrol, karakteristik dan sebagainya. <br />
Di dalam organisasi formal, birokrasi merupakan salah satu bentuk yang sering kali memiliki konotasi negatif hanya karena ketidaktahuan konsep awal birokrasi oleh masyarakat. Weber, seorang sosiolog Jerman, melihat birokrasi yang ideal itu memiliki beberapa sifat, yaitu: <br />
1. adanya pembagian kerja;<br />
2. hierarki otoritas;<br />
3. sistem pemeliharaan dokumen tertulis dan formal; <br />
4. pengaturan, tata cara dan aturan;<br />
5. tenaga ahli terlatih;<br />
6. hubungan yang impersonal. <br />
<br />
Weber sendiri secara historis, mengatakan bahwa tumbuhnya organisasi birokrasi di Eropa ditandai dengan revolusi industri di Eropa. Untuk ini Blau sepakat dan menyatakan bahwa latar belakang tumbuhnya birokrasi di Eropa pada waktu itu ditandai oleh 4 faktor sebagai berikut.<br />
1. Berkembangnya ekonomi uang.<br />
2. Munculnya sistem kapitalisme.<br />
3. Kuatnya etika Protestan.<br />
4. Besarnya ukuran organisasi.<strong></strong><br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 4 : TEORI ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
*<b><u>Teori-teori Organisasi</u></b><br />
Menurut teori organisasi klasik, rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia itu diasumsikan bertindak rasional sehingga secara rasional dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat. <br />
Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada konsep otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak lain yang berada di bawahnya sehingga organisasi akan terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan. <br />
Frederick Taylor mengajukan konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana cara terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat standardisasi mulai dari seleksi (rekruitmen), penempatan, yang menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga dengan semua itu, pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah. <br />
Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan konsep Planning, organizing, command, coordination, dan control yang menjadi landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah, ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley. <br />
Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari teori-teori administrasi modern.<br />
<strong></strong><br />
<b><u>*Dinamika Kelompok dalam Organisasi</u></b><br />
Teori neoklasik dan modern muncul sebagai reaksi atas konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun tidak sepenuhnya mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik. <br />
Pendekatan yang dilakukan oleh ahli teori neoklasik dan modern ini adalah pendekatan perilaku atau bahavioral approach (human relation approach). Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment yang secara garis besar dibagi dalam 4 tahap. Pertama mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja. Kedua, melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen. Ketiga, melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut eksperimen) melalui pertanyaan terbuka. Tahap keempat, adalah eksperimen yang dikenal dengan bank - wiring - room experiment.<br />
Hasil eksperimen tersebut adalah (1) sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi formal, (2) imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai, (3) kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok, (4) munculnya pola kepemimpinan informal, (5) komunikasi yang makin intensif, (6) kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat, (7) pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi sosial. <br />
Experiment Hawthorne menjadi pemicu munculnya beberapa pemikiran baru (yang masih dalam kerangka humanistik) dari Follets dan Barnard termasuk McGregor dengan teori X dan Y-nya. Termasuk munculnya teori sistem yang melihat organisasi sebagai suatu sistem yang memiliki (1) subsistem teknis, (2) subsistem sosial, (3) subsistem kekuasaan. Kemudian, juga munculnya teori kontingensi yang dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori kontingensi ini pada prinsipnya melihat bahwa organisasi harus berlandaskan pada sistem yang terbuka (open system concept).<br />
<strong></strong><strong><span style="color: red;"> </span></strong><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 5 : STRUKTUR ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Struktur Organisasi dan Perbedaan Wewenang</u></b><br />
Struktur di dalam suatu organisasi menjadi sangat penting manakala struktur tersebut berfungsi sebagai alat dalam mencapai tujuan organisasi. Secara formal, suatu struktur mempunyai ciri, antara lain memiliki pola yang mapan, memiliki bagian-bagian, ada koordinasi atau hubungan hierarkis dan memiliki pedoman bagi kebijakan, prosedur, ukuran dan sistem evaluasi.<br />
Ada 3 fungsi dari struktur organisasi, yaitu harus menghasilkan keluaran, meminimalkan pengaruh tingkat individu, dan merupakan kerangka dalam penggunaan kekuasaan. Komponen utama dari struktur organisasi, yaitu hierarki, di mana perluasan secara vertikal dan horizontal dapat terjadi di sini, dan kesatuan rantai perintah di mana kesatuan dalam penugasan dapat dilakukan.<br />
Wewenang dan pembagian wewenang di dalam organisasi mengacu kepada pemberian wewenang pada seseorang dalam posisi tertentu di dalam organisasi.<br />
<strong></strong><br />
<b><u>*Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Struktur Organisasi</u></b><br />
Ada 3 faktor yang berkaitan erat dengan struktur organisasi yaitu kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi. Kompleksitas sendiri terdiri dari 3 bagian, yaitu diferensiasi horizontal, diferensiasi vertikal, dan sebaran secara spasial.<br />
Sedangkan sentralisasi memiliki 4 kemungkinan sehubungan dengan pengembalian keputusan, antara lain pengambilan keputusan yang sangat sentralisasi, sentralisasi, desentralisasi, dan sangat desentralisasi.<strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Hubungan Kerja dan Struktur Organisasi</u></b><br />
Hubungan kerja dan organisasi terdiri dari 3 bagian, yaitu: <br />
1. hubungan kerja dalam organisasi;<br />
2. tata formal dan tata informal dalam organisasi; <br />
3. pedoman hubungan kerja dalam organisas.<br />
<br />
Hubungan kerja dalam organisasi mempunyai makna bahwa organisasi itu menunjuk pada suatu aktivitas sosial yang teratur dengan tujuan tertentu. Dalam pengertian ini organisasi memiliki implikasi pada kemampuan untuk mengontrol hubungan-hubungan antarmanusia untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, hubungan manusia di dalam organisasi menjadi penting di mana hal tersebut menyangkut pemahaman mengenai kekuatan-kekuatan dan akibat dari perilaku orang per orang maupun kelompok-kelompok yang ada di dalam organisasi. Dalam suatu organisasi hubungan antaranggotanya diarahkan pada usaha untuk memahami dan menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya kerja sama di antara mereka untuk mencapai tujuan. <br />
Tata formal dan tata informal di dalam organisasi pada dasarnya mengacu kepada perangkat aturan atau tatanan yang mengatur bagaimana kerja sama itu dilakukan dan bagaimana tujuan itu dicapai. Pada setiap organisasi selalu memiliki aturan-aturan dimaksud baik yang tertulis (formal) dan dapat dirasakan eksistensinya oleh seluruh anggota organisasi maupun yang tidak tertulis (informal), tidak mengikat secara ketat, dan lebih merupakan kesepakatan dari anggota organisasi yang eksistensinya sangat dirasakan. <br />
Pedoman hubungan kerja dalam organisasi mengacu pada aturan atau ketentuan dasar organisasi yang mengatur mengenai hak dan kewajiban serta fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing-masing dalam organisasi formal.<strong></strong><br />
<strong><span style="color: red;"> </span></strong><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 6 : DIMENSI-DIMENSI LINGKUNGAN ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Batasan Pengertian Lingkungan Organisasi</u></b><br />
Hubungan secara sosiologi dapat berarti segala sesuatu yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku individu maupun kelompok. Setiap organisasi pasti akan selalu berhubungan dengan lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun nonfisik. Hubungan keduanya bersifat resiprokal, yaitu berupa hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Dalam hal ini, Scott (1991) menggambarkan 4 tingkatan lingkungan yang meliputi <br />
1. tingkat perangkat organisasi; <br />
2. populasi organisasi;<br />
3. wilayah organisasi;<br />
4. organisasi fungsional.<br />
<br />
<b><u>*Dimensi-dimensi Lingkungan Organisasi</u></b><br />
Ada 2 dimensi lingkungan, di mana organisasi itu berada, yaitu pertama dimensi lingkungan yang dipandang sebagai karakteristik dasar lingkungan organisasi, dan dikenal sebagai kondisi umum lingkungan organisasi. Kedua, dimensi lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan organisasi dan dikenal dengan kondisi khusus lingkungan organisasi.<br />
Kondisi umum lingkungan menggambarkan dimensi lingkungan yang melatarbelakangi perkembangan organisasi. Misalnya, kemampuan baca tulis, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat urbanisasi, dan sistem ekonomi, sedangkan kondisi khusus lingkungan berkaitan erat dengan perkembangan organisasi. Ini mencakup, antara lain kondisi teknologi, sistem hukum, kondisi politik, kondisi ekonomi, kondisi demografis, kondisi ekologis dan kondisi budaya.<br />
<strong></strong><br />
<b><u>*Pengaruh Lingkungan terhadap Organisasi</u></b><br />
Di kalangan ahli sosiologi ada perbedaan pendapat mengenai cara memandang lingkungan organisasi, di satu sisi lingkungan organisasi adalah sesuatu yang nyata ada di luar suatu jadi bersifat objektif. Di sisi lain, lingkungan organisasi adalah bagaimana anggota organisasi itu memandang keberadaannya, jadi sifatnya subjektif. Tetapi keduanya mempunyai kesamaan bahwa lingkungan organisasi adalah sesuatu yang sifatnya eksternal, berada di luar organisasi, mempunyai hubungan dan berpengaruh secara timbal balik terhadap organisasi.<br />
Dalam suatu lingkungan yang hanya memiliki sedikit sumber alam biasanya satu organisasi akan bersifat efisien. Bisa saja suatu organisasi tinggal di tempat yang sumber alamnya langka, tetapi organisasi itu memindahkan kegiatan usahanya ke tempat lain yang hanya akan sumber alam dengan konsekuensi biaya menjadi tinggi atau tetap tinggal di tempat itu, tetapi dengan penyesuaian kinerjanya terhadap lingkungan secara lebih efisien meskipun kegiatannya sulit berkembang.<br />
Hubungan anara organisasi dengan lingkungan dijelaskan pula melalui tingkat penempatan lingkungan, konsep ini mengacu kepada persamaan dan/atau perbedaan yang terdapat dalam lingkungan tertentu. Pada lingkungan yang sifatnya homogen, organisasi akan mengembangkan pola yang sederhana. <br />
Sebaliknya pada lingkungan yang sifatnya heterogen, pola pengembangan organisasi menjadi kompleks.<br />
Setiap organisasi memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda atas tekanan dari luar, dan ini tergantung pada kondisi keuangan, organisasi itu. Tekanan dapat berupa tekanan politis maupun ekonomis. Untuk ini organisasi akan menyesuaikan diri dengan cara mengadaptasikan diri.<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 7 : PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi</u></b><br />
Mengambil keputusan, artinya memilih satu dari beberapa alternatif yang ada di dalam organisasi, mengambil suatu keputusan selalu dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi itu. Kekurangan di dalam mengambil keputusan selalu ada risiko karena keterbatasan dari alternatif-alternatif yang ada tadi, tetapi dengan melakukan, misalnya analisis marginal, analisis efektivitas biaya, serta dengan melakukan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan pengalaman, pendekatan uji coba (eksperimen), dan pendekatan analisis hasil penelitian maka risiko yang dihadapi dapat ditekan seminimal mungkin.<br />
Beberapa tipe keputusan seperti keputusan pribadi dan keputusan organisasi, keputusan rutin dan keputusan tidak rutin, serta keputusan perorangan dan keputusan kelompok, dalam proses pengambilan keputusannya harus selalu dilaksanakan pada 2 hal penting, yaitu kepercayaan (belief), dan nilai (value).<br />
<br />
<b><u>*Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan</u></b><br />
Dalam mengambil keputusan, Herbert A Simon (1960) mengemukakan 3 tahapan yang harus dilalui yaitu Intelligence activity, Design activity, dan Choice activity, sedangkan Newman (1981) mengemukakan 4 tahapan, yaitu mendiagnosis masalah, mencari alternatif pemecahan, menganalisis dan membandingkan alternatif yang ada, dan memilih rencana yang akan dilaksanakan. Elbing (1970) menetapkan 5 langkah, yaitu melihat ketidakseimbangan masalah melakukan diagnosis, menganalisis masalah, menyusun strategi pemecahan, implementasi, dan dengan memberikan umpan balik.<br />
Proses pengambilan keputusan juga menjadi perhatian dari teori klasik, dari aliran behaviorisme, dan teori konflik dengan segala konsekuensinya.<br />
<br />
<b><span style="color: red;">Bagian 8 : KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI</span></b><strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Batasan Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi</u></b><br />
Kepemimpinan pada hakikatnya melihat kualitas seorang pimpinan dalam mengelola organisasi secara efektif. Skarma (1982) mengemukakan tiga pendekatan dalam studi kepemimpinan, yaitu pendekatan ciri bawaan, pendekatan tingkah laku pimpinan, dan pendekatan situasi kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki beberapa komponen, yaitu komponen-komponen ciri bawaan dan keahlian pimpinan, perilaku pemimpin, kekuasaan pimpinan, variabel situasional yang bersifat eksternal, variabel antara, dan variabel hasil akhir (Yulk, 1991)<strong></strong><br />
<br />
<b><u>*Kekuasaan, Otoritas dan Efektivitas Kepemimpinan</u></b><br />
French dan Raven menyatakan bahwa seseorang memiliki kekuasaan, antara lain karena legitimasi, ganjaran, paksaan, keahlian, dan juga pengakuan, sedangkan kekuasaan sendiri memiliki tiga macam bentuk, yaitu kekuatan, dominasi, dan manipulasi. Di samping itu, ada beberapa sumber kekuasaan di dalam organisasi, yaitu posisi struktural, karakteristik personal, keahlian, dan campuran.<br />
Tetapi menurut Max Weber unsur otoritas (kewenangan) juga perlu diperhatikan otoritas berkaitan dengan penerimaan kekuasaan dan dengan proses pengambilan keputusan, sedangkan kekuasaan berkaitan dengan kekuatan atau paksaan. Jadi, keduanya berbeda. Adapun kriteria otoritas adalah:<br />
1. menaati secara sukarela suatu perintah yang sah; <br />
2. menggantungkan keputusan pada perintah dari pihak yang lebih tinggi;<br />
3. menunjukkan bahwa penggunaan kontrol adalah sah. <br />
<br />
Weber sendiri membagi tiga tipe otoritas, yaitu otoritas tradisional, otoritas kharismatik, dan otoritas legal. Sehubungan dengan efektivitas kepemimpinan di dalam organisasi, Zelzinck (1991) mengemukakan empat fungsi kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang mengacu kepada peran dan misi organisasi, yang mewujudkan tujuan organisasi, yang mempertahankan organisasi, dan yang berfungsi menata dan meredakan berbagai konflik.<br />
<strong><span style="color: red;"> </span></strong><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 9 : PERUBAHAN ORGANISASI</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<u><b>*Pengertian Perubahan Organisasi</b></u><br />
Perubahan suatu organisasi baik yang direncanakan dan yang tidak direncanakan pada dasarnya dilakukan demi "mempertahankan hidup" organisasi yang bersangkutan. Perubahan yang terjadi tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. <br />
Dampaknya pun bersifat internal dan eksternal. Suatu perubahan memiliki tingkatan, antara lain perubahan pada tingkat organisasi secara keseluruhan. Tipologi perubahan organisasi juga mengenal 4 bentuk, yaitu perubahan internal yang direncanakan, perubahan eksternal yang direncanakan, perubahan internal yang tidak direncanakan, perubahan eksternal yang tidak direncanakan. Akhirnya, kondisi lingkungan seperti pasar, tenaga kerja, perburuhan, dan campur tangan pemerintah juga berperan dalam terjadinya perubahan organisasi.<br />
<strong></strong><br />
<u><b>*Proses Perubahan Organisasi</b></u><br />
Proses perubahan organisasi adalah konsep daur hidup atau life cycle. Organisasi mengalami proses kelahiran pertumbuhan, berkembang, kematangan, kemunduran dan akhirnya mengalami kematian sebagaimana dalam semua sistem biologi dan sistem sosial. Fase-fase perkembangan organisasi juga memiliki sifat kuantitatif dan kualitatif yang merupakan indikator "mati-hidup" suatu organisasi. <br />
Organisasi juga harus melihat arah perubahan lingkungan yang pasti dan yang tidak pasti. Artinya, organisasi adaptif atas perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, suatu organisasi haruslah mengembangkan strategi dalam mengadaptasi perubahan lingkungan, termasuk strategi dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan. Untuk ini perlu kiranya merencanakan perubahan organisasi, termasuk di dalamnya mengembangkan organisasi.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-58900412314272360332011-04-05T12:10:00.000+07:002011-08-20T08:51:33.392+07:00Filsafat Sosial<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <b>Abstrak</b><br />
<div style="text-align: justify;">Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Pembongkaran pemahaman masyarakat secara besar-besaran justru terjadi seiring lahirnya revolusi Prancis yang meruntuhkan susunan masyarakat feodal dan mengawali proses demokratisasi dengan melahirkan kejutan-kejutan yang spektakuler. Karena tak pernah sebelumnya orang membayangkan bahwa suatu orde sosial yang disangka tak terubahkan dan selamanya terbekati oleh kehendak Allah, telah dirombak dan diganti oleh pikiran usaha manusia sendiri. Hal tersebut kemudian semakin diperkuat oleh mazhab Frakfurt melalui dinamika perkembangan ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan secara kritis yang kemudian secara lambat laun meluas ke seluruh belahan dunia. Untuk memetakan sosiologis masyarakat suatu negara, maka pendasaran terhadap teori dan filsafat sosial menjadi kebutuhan tersendiri dalam menganalisis suatu masyarakat secara koprehensif, maka upaya pribumisasi ilmu-ilmu sosial secara kritis tidak semestinya menelan bulat-bulat teori sosial barat, namun yang terpenting adalah bagaimana menciptakan teori sosial baru yang sesuai dengan kondisi rill suatu masyakat.</div><div style="text-align: justify;"><b>Pendahuluan </b></div><div style="text-align: justify;"> Filsafat adalah ‘induk’ ilmu pengetahuan. Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2700 tahun yang lalu. Pada masa Yunani kuno, di Militos, Asia Kecil, tempat perantauan orang Yunani, di sanalah awal mula munculnya filsafat. Mula-mula jejak sejarah awal filsafat ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zamannya, seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Dari ke tiga filsof besar ini Thaleslah orang pertama yang mempersoalkan substansi terdalam dari segala sesuatu. Dan dari situlah munculnya pengertian-pengertian kebenaran yang hakiki.</div><div style="text-align: justify;"> Pencarian kebenaran tentu akan selalu ada mata rantai filsafat yang pada tataran praksisnya menjadi abadi, yaitu bentuk falsifikasi pada tesis, anti tesis, aksi, reaksi, konstruksi dan dekonstruksi. Kebenaran dengan demikian akan selalu menjadi kebenaran sementara sebab pada kondisi tertentu akan terfalsifikasi dalam bentuk yang beragam rupa sesuai dengan parameter dan indikator yang mengiringinya, baik yang bersifat aksidensial, lokalitas, kontekstualitas, maupun karena sudah lemahnya esensi kebenaran tersebut yang mencengkram suatu zaman. Sedangkan falsifikasi lahir biasanya disebabkan karena sebuah kebenaran telah memunculkan berbagai pesoalan kehidupan yang kemudian terbongkar dan menyesatkan sehingga membutuhkan kebenaran yang baru lagi.</div><div style="text-align: justify;"> Berpijak dari asumsi tersebut, maka para filsuf yang datang belakangan asyik dalam perburuan yang tiada bertepi “ kenalilah dirimu sendiri” pertanyaan besar yang diajukan oleh Socrates ini menjadi padang perburuan baru pemikiran kefilsafatan. Perburuan ini kemudian diteruskan oleh muridnya Plato dan Aristoteles, dan akhirnya berkembang hingga cabang-cabangnya yang terkecil, sejak filsafat muncul masa Yunani kuno, abad pertengahan, hingga abad modern.</div><div style="text-align: justify;"> Dari orientasi pemikiran terhadap diri manusia inilah, munculnya orientasi pemikiran terhadap segala alam yang ada, untuk diabdikan bagi pemenuhan kebutuhan manusia, munculnya ilmu pengetahuan yang khusus, beserta implementasinya yang berwujud teknologi peletak dasarnya adalah para filsuf. Dewasa ini, tugas filsafat belum selesai, karena masih banyak misteri yang membutuhkan arahan tepat bagi kehidupan manusia modern. Untuk itu, filsafat dan ilmu pengetahuan meskipun terlihat suatu pasangan yang kelihatan kurang seimbang. Filsafat merumuskan pertanyaan, ilmu pengetahuan memberikan jawaban, ilmu pengetahuan berkembang pesat, filsafat kelihatannya tidak pernah maju. Di lain pihak, sejarah suatu ilmu tertentu kurang penting bagi kita sekarang, karena jawaban-jawaban terdahulu sering kali sudah dikoreksi, sedangkan pertanyaan-pertanyaan dari sejarah filsafat masih tetap aktual bagi manusia masa kini. Sejarah filsafat mirip suatu meuseum yang memuat koleksi raksasa dari pendapat-pendapat filsuf besar di dunia yang kian hari kian bertambah. Dengan demikian meuseum besar akan semakin berwana apabila seluruh ilmu cabang yang lahir dari filsafat terus berkembang. Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang dan tata surya) dan fisika (ilmu alam) merupakan ilmu cabang pertama yang memisahkan diri dari filsafat, kemudian diikuti oleh ilmu biologi, geologi dan kimia. Pada abad ke 19 salah satu cabang ilmu baru muncul yaitu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi dalam proses pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya seperti ekonomi, sejarah, ilmu jiwa, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"> Pembagian ilmu-ilmu sosial kemudian mengkristal pada paroh pertengahan abad ke 19, namun baru periode 1850-1914 diversifikasi intelektual muncul dalam struktur disiplin ilmu-ilmu sosial secara resmi diakui oleh berbagai universitas utama di Eropa. Beberapa ilmuan yang menulis buku-buku sosial seperti Niccolo Machiavelli, Jean Bodin, William Petty dan Hugo Grotius. Pada paroh abad ke 19 muncul nama Thomas Malthus, David Ricardo, Francois Guizot, Alexis de Tocqueville, Johann Herder dan Johan Fichte. Penciptaan beragam disiplin ilmu sosial merupakan bagian dari upaya umum abad 19 untuk melindungi dan memajukan ilmu pengetahuan ‘objektif’ tentang realitas atas dasar penemuan empiris.</div><div style="text-align: justify;">Hal ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan. Beberapa faktor yang menjadi pendorong utama adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai ilmu yang bersentuhan dengan realitas sosial kemsyarakatan, maka sosiologi dalam kondisi tertentu membutuhkan pendekatan filsafat sosial agar analisis sosiologisnya lebih kritis dalam melihat perubahan masyakat.</div><div style="text-align: justify;"><b>Konstruksi Filsafat Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial</b></div><div style="text-align: justify;"> Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak Plato, dan Aristoteles kajian terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan sudah menjadi objek penelitian tersendiri. Menurut Plato dan Aristoteles, susunan masyarakat mencerminkan susunan kosmos yang abadi, manusia berkewajiban untuk menyesuaikan diri dengan susunan itu dan mentaati demi keselamatannya, kalau tidak, ia menghancurkan dirinya. Pada abad pertengahan masyarakat Eropa masih memperlihatkan pada pola dasar yang sama, hanya sekedar mengoreksi terhadap paham Plato dan Aristoteles. Paham tentang otonomi kosmos diganti dengan paham heteronominya, yaitu kepercayaan bahwa kosmos tidak berdiri sendiri, tetapi bergantung pada kemaha kuasaan Allah, ketertiban kosmos adalah suatu ketertiban yang telah diciptakan.</div><div style="text-align: justify;"> Pemahaman masyarakat Eropa sedikit demi sedikit berubah sejak masa <i>renaissance</i>. Manusia pada saat itu sekuat tenaga berusaha mencari alternatif baru, agar dapat keluar dari kungkungan absolutisme Gereja, dan sejak itulah peranan manusia menjadi besar, manusia menyadari hanya merekalah yang dapat mengatur diri mereka sendiri.Locke, Berkeley, Hume, Montesquieu, Voltaire, Diderot, d’Alembert, dan Rousseau menyuarakan paham baru untuk menentang kepercayaan lama, bahwa segala-galanya di bawah kolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.</div><div style="text-align: justify;"> Lahirnya revolusi Prancis tahun 1789 M yang kemudian diikuti oleh revolusi baru tahun 1830 dan 1848,telah meruntuhkan susunan masyarakat feodal dan mengawali proses demokratisasi, dialami oleh banyak orang sebagai sebuah kejutan. Tak pernah sebelumnya orang membayangkan bahwa suatu orde sosial yang disangka tak terubahkan dan selamanya terbekati oleh kehendak Allah, telah dirombak dan diganti oleh pikiran usaha manusia sendiri. Gagasan-gagasan barupun tumbuh pada keyakinan bahwa manusia ‘bebas’ untuk mengatur dunianya. Dengan demikian struktur sosial berabad-abad tidak dipermasahkan, tiba-tiba menjadi masalah. Di sinilah sosiologi lahir sebagai ilmu pengetahuan.</div><div style="text-align: justify;"> Abad 19 ditandai oleh optimisme besar terhadap datangnya zaman baru yang lebih baik, para sarjana ilmu alam berkeyakinan lahirnya industrialisasi yang dapat menciptakan kemakmuran manusia. Ilmuan sosial juga mempunyai pandangan yang sama bahwa mereka akan mampu menemukan hukum-hukum sosial yang dapat diterapkan dalam masyarakat. Optimisme yang besar tersebut ternyata tidak serta merta terealisasi karena pada abad 19 revolusi Prancis terjadi, dan kekhawatiran-kekhawatiranpun telah menyelimuti masyarakat. Dalam situasi yang ambivalen ini, sosiologi mulai berkembang yaitu dengan tampilnya dua aliran yang sifatnya saling bertentangan<i>. Pertama,</i> aliran konservatif, yang menginginkan kembali ke masa feodal, yaitu zaman hegemoni agama, di mana agama merupakan kekuatan yang mengintegrasikan masyarakat. <i>Kedua, </i>aliran progresif, aliran ini juga menyesal atas perpecahan dan anarki, tetapi tidak bersedia kembali ke zaman feodal. Beberapa tokoh progresif seperti, Saint Somon, Charle Fourrier, Pierre Joseph Proudhon dan Auguste Comte meramalkan bahwa abad 19 merupakan abad ‘industri’ dan terbentunya orde sosial baru. Pada abad ini agama bukan lagi kekuatan yang melembaga semua bidang masyarakat, melainkan kecerdasan manusia. Masyarakat baru akan dibangun atas dasar suatu perencanaan rasional yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.</div><div style="text-align: justify;">Tampilnya Auguste Comte dengan bukunya ‘Sistem Filsafat Positif’ telah memberikan warna tersendiri terhadap kajian kemasyarakatan secara kritis, sistematis dan intensif secara modern pada abad ke 19. Sejak kemunculannya hingga saat ini sosiologi masih dibayang-bayangi oleh pengaruh filsafat dan psikologi, hal semacam itu wajar karena kelahiran sosiologi ditengah persaingan pengaruh antara filsafat dan psikologi.</div><div style="text-align: justify;">Harus diakui kajian terhadap persoalan kemasyarakatan bukan sesuatu yang baru, karena menunggu adanya ilmu-ilmu lain yang kemudian menyatu ke dalam suatu keseluruhan yang integral sebagai ilmu tersendiri. Maka ilmu sosial terus berkembang merambah ke seluruh Eropa, dan filsuf-filsuf sosial dan mazhab sosial terus bermunculan di mana-mana, salah satu yang paling terkenal adalah mazhab Frankfurt. Mazhab ini menunjukkan pada sekelompok sarjana yang bekerja pada lembaga untuk penelitian sosial di Frankfurt. Lembaga ini didirikan oleh Felix Weil pada tahun 1923, dan mengalami puncak keemasan ketika Max Horkheimer menjadi direktur pada tahun 1930 M. Horkheimer merupakan tokoh kiri yang mengkritik teori tradisional untuk menganalisis fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam masyarakat.Teori kritis akan melawan semua bentuk teori yang mau bersikap objektif dengan mengambil jarak terhadap situasi historis. Teori kritis menjadi visi dan misi dari madhab Frankfurt dalam melakukan aksi pemikiran para tokoh-tokohnya.</div><div style="text-align: justify;">Selain Horkheimer, Harbert Marcuse dalam mengembangkan ide-ide pokoknya melakukan rekonstruksi rasionalitas dengan melahirkan bermacam-macam rasio dalam tataran praksisnya, yaitu rasio instrumental, rasio yuridis, rasio kognitif dan rasio ilmiah. Sedangkan Habermas sebagai tokoh paling kritis dalam melihat fenomena sosial masyarakat berusaha merekonstruksi nalar masyarakat sehingga akan terbentuk ruang yang steril dari dominasi yang akan membawa sikap pada emansipatoris. Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, Habermas mengkritisi mecetnya teori kritis dengan mendasarkan teorinya pada epistemologi praksis dari rasionalitas ilmu. Tujuannya adalah agar terbentuknya masyarakat komunikatif yang terbebas dari dominasi berbagai kekuatan melalui berbagai argumentasi untuk mencapai sebuah klaim kesahihan yang rasional tanpa paksaan.</div><div style="text-align: justify;"> Lembaga penelitian sosial Frankfurt kemudian semakin kuat karena didukung oleh sarjana-sarjana dari berbagai bidang keahlian, supaya persoalan-persoalan yang menyangkut masyarakat dapat dipelajari dari berbagai segi ilmiah, seperti Horkheimer ahli dalam Filsafat Sosial, Friedrich Pollock (Ekonomi), Leo Lowenthal (Sosiologi, kesusasteraan), Walter Benjamin (Kesusasteraan), Theodor W. Adorno (Musikologi, Filsafat, Psikologi, Sosiologi), Erich Fromn (Psikoanalisa), Harbert Marcuse (Filsafat), Edmund Husserl (Filsafat), dan Jurgen Habermas (Filsafat).</div><div style="text-align: justify;"> Mazhab Frankfurt dalam prakteknya menggunakan filsafat sosial dalam membangun ‘teori kritis’. Teori kritis yang dibangun dalam mazhab Frankfurt paling besar dipengaruhi oleh Marx dan Hegel. Melalui kedua pemikir besar tersebut teori-teori sosial mengalami perkembangan. Seperti teori Marx dalam melihat hubungan-hubungan produksi dan bentuk-bentuk pengorganisasian sosial serta ketergantungan produsen dengan bukan produsen. Sementara Hegel memandang kehidupan sosial sebagai suatu kesatuan yang terorganisir, berkembang menuju arah yang pasti. Konstruksi teori sosial dari tokoh-tokoh mazhab Frankfurt tersebut telah menyebabkan penyebaran ilmu sosial kemudian terus meluas keseluruh dunia. Pada tahun 70-an di Amerika pengkajian terhadap ilmu-ilmu sosial berkembang secara pesat, alasannya sederhana, sosiologi tidak ingin kalah dengan ilmu alam dan ekonomi yang lebih dahulu menggunakan model berpikir matematisasi. Sosiologi tidak ingin ketinggalan dalam atmosfer perkembangan akademik yang pragmatis di Amerika, maka dengan segala cara dan keahlian berupaya mengikuti jejak disiplin ekonomi, yaitu menjadi bagian dari ilmu-ilmu keras, agar memperoleh legetimasi dan layak dianggap sebagai ‘ilmu.</div><div style="text-align: justify;"> George Ritzer, sebagai sosiolog Amerika kontemporer berupaya melakukan rekonstruksi pengilmiahan tersebut dengan mengacu pada apa yang pernah dilakukan oleh Weber. Bagi Ritzer, membawa ilmu dan humaniora dalam satu atap ala Weber adalah dengan melakukan rekonstruksi sosiologi humanis menuju praxis. Perdebatan tentang pengilmiahan sosiologi di Amerika dipicu oleh banyak sosiolog, salah satunya adalah Robert Nisbet, yang menyindir bahwa sosiologi bukan ilmu tetapi masuk ke dalam ruang lingkup seni. Di sisi lain bahwa mempelajari perilaku manyarakat tidak perlu dengan teori tetapi cukup dengan <i>common sense</i>, dalam hal ini harus dipandang dalam dua hal. <i>Pertama,</i> pandangan itu turun dari cara pemahaman yang berbasis pada sosiologi pengetahuan yang berfokus pada pengetahuan sehari-hari orang awam. <i>Kedua,</i> pernyataan tersebut lebih merupakan sinisme kaum positivis yang menganggap bahwa hanya fenomena alam yang bisa dijelaskan lewat postulat, paradigma, teori, konsep, perspektif dan lain-lain. Sementara fenomena sosial cukup dengan nalar awam, dalam batas tertentu fenomena sosial bisa dijelaskan dengan <i>rigorous theory</i>, tetapi pada sisi lain teori tersebut gagal dan yang diperlukan cara interpretatif untuk memperoleh kedalaman, bahkan tidak tertutup kemungkinan penjelasan yang agak spekulatif juga diperlukan dalam rangka memperoleh alternatif penjelasan. Dalam hal ini spekulasi memungkinkan orang berpikir kreatif, bahkan kaum post strukturalis kadang bersifat ‘sewenang-wenang’ dengan metode semiotiknya dalam menjelaskan fenomena sosial.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Filsafat Sosial di Tengah Komplektisitas Perubahan Sosial</b></div><div style="text-align: justify;"> Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga hal, <i>pertama,</i> perbedaan,<i> kedua,</i> pada waktu berbeda,<i> ketiga,</i> di antara keadaan sistem sosial yang sama. Dengan demikian perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. Terhadap perubahan sosial, sosiolog sejak beberapa dekade terakhir telah memberikan perhatian khusus dalam melihat perubahan sosial, setidaknya mereka melihat dalam perkembagan sosial yang melukiskan proses perkembagan potensi yang terkandung di dalam sistem sosial. Bentuk proses sosial lain yang ditekankan para sosiolog adalah peredaran sosial, proses sosial ini tidak lagi menuju arah tertentu tetapi juga tidak serampangan karena ditandai oleh pola edaran, yaitu keadaan sistem pada waktu tertentu kemungkinan besar muncul kembali pada waktu mendatang dan merupakan replika dari apa yang telah terjadi pada masa lalu. Kemudian terjadi perulangan yang disebabkan oleh kecendrungan permanen di dalam sistem karena sifatnya berkembang dengan cara bergerak. Dengan demikian masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan sebagai objek semu yang kaku, tetapi sebagai aliran peristiwa terus menerus tanpa henti.</div><div style="text-align: justify;"> Gerakan sosial secara historis adalah fenomena universal dan bagian sentral modernitas, gerak sosial berkaitan erat dengan perubahan struktural. Ada enam tipe gerakan sosial terlihat dalam masyarakat. <i>Pertama,</i> gerakan sosial yang berbeda menurut bidang perubahan yang diinginkan, ada yang terbatas tujuannya, karena hanya untuk mengubah aspek tertentu masyarakat, tanpa menyentuh inti struktur institusinya. Gerakan ini merupakan gerakan perubahan dari dalam, bukan merubah masyarakat secara keseluruhan. <i>Kedua,</i> gerakan yang berbeda dalam kualitas perubahan yang diinginkan, sebab ada gerakan yang menekankan pada inovasi, berjuang memperkenalkan institusi baru, hukum baru, bentuk kehidupan baru, dan keyakinan baru. Gerakan semacam ini ingin membentuk masyarakat ke dalam satu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi gerakan ini adalah ke masa depan dengan menekankan pada sesuatu yang baru. <i> Ketiga, </i>gerakan yang berbeda dalam target perubahan yang diinginkan, ada yang memusatkan perhatian pada perubahan struktur sosial dan ada yang memusatkan perubahan individual.<i> Keempat,</i> gerakan sosial yang berbeda mengenai arah yang diinginkan.</div><div style="text-align: justify;"> Kebanyakan gerakan mempunyai arah positif. Gerakan seperti itu biasanya mencoba memperkenalkan perubahan tertentu, dan mempertahankan ketika gerakan dimobilisasi ke arah yang negatif.<i> Kelima, </i>gerakan sosial yang berbeda dalam strategi yang melandasi logika tindakan. Ada yang mengikuti logika instrumental, gerakan ini umumnya berambisi pada kekuasaan. Dan ada logika pernyataan persamaan yang berjuang menegaskan identitas, seperti berjuan untuk mendapatkan pengakuan nilai-nilai, emansipasi, otonomi, dan lain sebagainya.<i> Keenam, </i>perbedaan tipa gerakan sosial yang ditemukan dalam epos sejarah berlainan, seperti sejarah sosial pra modern dan sejarah sosial modern.</div><div style="text-align: justify;"> Gerakan sosial seperti di atas, bila dilihat dari perspektif paradigma yang dibangun oleh Kuhn, bahwa suatu paradigma gerak tertentu dibangun oleh suatu pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan pengetahuan. Kuhn menegaskan bahwa bidang pengetahuan disebut ilmiah bila memiliki paradigma tunggal, maka sosiologi yang sedang dalam taraf perkembangan multi perspektif dianggap sebagai <i>pre science.</i> Dengan demikian cara memahami fenomena sosial berbeda dengan cara memahami fenomena alam. Fenomena sosial memiliki banyak aspek sehingga satu perspektif saja tidak cukup, tetapi dibutuhkan multi perspektif sesuai dengan karakter fenomena sosial yang multi dimensional. Model tunggal paradigma Kuhn tidak cocok untuk sosiologi.</div><div style="text-align: justify;"> Ritzer merupakan orang yang mengakomodasi beberapa hal dari Kuhn, terutama model paradigma dan sekaligus mengambil ide Friedrich tentang dual paradigma. Bagi Ritzer, sosiologi sebagai <i>body of scince</i> tidak harus terjebak dalam penerapan model tunggal paradigma secara kaku, namun sosiologi memiliki paradigma jamak. Ada tiga paradigma yang beroperasi dalam sosiologi, <i>pertama,</i> paradigma fakta sosial dengan eksemplar teori pemikiran Durkheim tentang ‘fakta sosial’ yang cara memahaminya bisa seperti metode ilmu alam. Paradigma fakta sosial cendrung kepada metode interviu, kuesioner, komparatif dan memakai metode observasi. <i>kedua, </i>paradigma defenisi sosial, dengan eksemplar teori Weber tentang makna-makna subjektif realitas sosial dengan metode interpretatif. Paradigma ini cendrung pada penggunaan metode observasi. <i>Ketiga, </i>paradigma perilaku sosial dengan eksamplar teori B.F. Skinner tentang makna psikologi sosial dalam tindakan sosial dengan metode pemahaman makro-mikro. Paradigma perilaku sosial metode yang digunakan lebih banyak metode eksprimen.Bagi Ritzer, perjuangan sosiologi menjadi ilmiah ditujukan dalam kajian meta teori paradigma terintegrasi. Fenomena sosial bisa dipahami melalui pendekatan paradigma yang terintegrasi tersebut. Ketiga paradigma sosiologi tersebut buka merupakan hal terpisah, namun karena realitas sosial yang bersifat multi dimensional, maka bisa digunakan secara terpadu, apakah diterapkan dengan cara proporsional atau eklektik.</div><div style="text-align: justify;"> Gambaran perubahan dan paradigma tersebut, membutuhkan analisis sosiologi dan analisis filsafat sosial secara mendalam. Sosiologi dibutuhkan untuk melihat masyarakat pada tataran luaran dengan mengandalkan observasi terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan.Sementara filsafat Sosial diperlukan untuk menganalisis persoalan-persoalan sosial secara mendalam, memberikan pandangan lebih luas dan koprehensif dengan menggunakan pendekatan teori-teori filsafat.</div><div style="text-align: justify;">Filsafat sosial sebagai ilmu kritis dalam melihat dan menganalisis persoalan sosial kemasyarakatan akan terselamatkan dari bahaya-bahaya legalisme, kemunafikan, dan penglarutan kepribadian di satu pihak, dan suatu otonomi di lain pihak. Dengan demikian filsafat sosial dalam hal ini bertitik tolak dari manusia yang dwi tunggal. Individu dan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> Peran filsafat sosial dalam ranah kehidupan sosial harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena itu para ilmuan sosial harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Filsafat sosial harus menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan dengan demikian posisi mereka sebagai manusia dapat berubah.</div><div style="text-align: justify;">Filsafat sosial melihat masyarakat sebagai kesatuan manusia dalam kebersamaan. Melalui kebersamaan itu kemudian filsafat sosial melihat struktur, proses dan makna sosial, baik pada masa lalu atau sekarang, yang di dalamnya mempelajari nilai-nilai, tujuan-tujuan individu, kelompok dan kelas sosial. Filsafat sosial sebagai ilmu kritis mempunyai karakter berbeda dari ilmu sosial positif. Karena sifatnya yang kritis, maka filsafat sosial mengenal apa yang disebut sebagai praxis dimana aksi berperan sebagai sumber dan pengesahan teori.</div><div style="text-align: justify;"><b>Jejak Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia</b></div><div style="text-align: justify;"> Pengkajian terhadap ilmu-ilmu sosial secara resmi pada universitas-universitas di Eropa baru di mulai pada abad ke 20 M. Sementara kajian ilmu sosial di Indonesia baru berkembang pada tahun 1960-an, hal ini dapat dilacak dari beberapa periodeisasi tertentu, <i>pertama,</i> sebelum tahun 1960-an pengaruh ideologi, <i>kedua,</i> tahun 1960-an berkembangnya teori pembangunan,<i> ketiga, </i>periode 1970-an berkembangnya isu pribumisasi ilmu-ilmu sosial, <i>keempat,</i> periode 1980-an berkembangnya gugatan atas dominasi positivisme dan strukturalisme fungsional dalam ilmu sosial. Fenomena tersebut telah menggugah ilmuan sosial untuk mencari filosofi dan ideologi alternatif untuk membangun ilmu sosial Indonesia, salah satu alternatif adalah penggalian filosofi dan ideologi pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu. Gerakan ini pada perkembangannya kemudian dikenal sebagai gerakan pribumisasi ilmu-ilmu sosial. <i>Kelima,</i> periode 1990-an berkembangnya perspektif kritis dalam melihat persoalan sosial kemasyarakatan.</div><div style="text-align: justify;"> Mengklasifikasikan periodeisasi pada dasarnya mengalami kesulitan tersendiri, antara lain: (1) pendekatan periodeisasi cenderung memotong peristiwa sejarah. Padahal pada kenyataanya sejarah tidak bisa dipotong menjadi bagian-bagian yang kaku dalam tahun-tahun. (2) rencana periodeisasi sejarah seperti pada poin di atas tanpak terlalu memaksa diri, sehingga sejarah dipaksakan untuk dikotak-kotakkan dalam periode tertentu. Untuk menghindari kesulitan tersebut maka harus dilihat historisitas ilmu-ilmu sosial di Indonesia seperti fase kelahiran, dan fase perkembangannya. Dengan mengetahui fese tersebut akan membantu untuk menjelaskan corak epistemologisnya.</div><div style="text-align: justify;"> Bila melihat dari perspektif teori sosial, maka teori sosial yang digunakan hanya teori yang mendukung pembangunan, sementara teori-teori kritis kurang dikembangkan, sehingga perkembangan ilmu sosial di Indonesia hanya dikuasai oleh suatu ‘monisme’ tertentu, dengan corak epistemologi positivisme dan strukturalisme fungsional, terakhir baru dikembangkan teori kritis mazhab Frankfurt, postmodernisme dan pemikiran epistemologi Islam.</div><div style="text-align: justify;"> Gambaran di atas membutuhkan suatu paradigma ilmu sosial baru yang didasarkan atas kultur masyarakat Indonesia. Dalam merumuskan paradigma baru tersebut peran filsafat ilmu menjadi sangat penting. Filsafat ilmu diharapkan memberi refleksi kritis sekaligus mencari alternatif yang berkaitan asumsi-asumsi dasar ilmu-ilmu sosial.</div><div style="text-align: justify;"><b>Pribumisasi Ilmu-Ilmu Sosial di Indonesia</b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b>Sebuah tantangan yang harus diemban oleh para ilmuan sosial di Indonesia yaitu bagaimana mengembangkan gerakan pribumisasi<i>(indigenisasi)</i> ilmu-ilmu sosial ke dalam analisis konseptual dengan memakai pikiran-pikiran dasar yang cocok dengan kondisi rill masyarakat Indonesia. Menurut Ignas Kleden, pribumisasi ilmu-ilmu sosial harus seperti gerakan revolusioner dalam dunia yang biasanya mendasarkan diri pada kekuatan dan kemampuan sebagai <i>claim universal</i>, yaitu sebuah klaim yang diperkenalkan oleh ilmu-ilmu alam yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap ilmu-ilmu sosial yang seolah-olah dalam keadaan tertentu berlaku dalam ilmu-ilmu sosial.</div><div style="text-align: justify;"> Ilmu sosial dalam proses pribumisasi pada esensialnya harus membebaskan metodologi ilmu-ilmu sosial dari metodologi ilmu-ilmu alam dengan memberi pendasaran yang baru, sebab dalam realitas perkembangan ilmu sosial di Indonesia masih dipengaruhi oleh filsafat positivistik, dimana prosedur-prosedur metodologi dari ilmu-ilmu alam dapat diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, dan hasil penelitiannya dapat dirumuskan dalam hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam, sehingga ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknsi, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni, tidak bersifat etis dan juga tidak terikat pada dimensi politis manusia. dengan demikian ilmu-ilmu sosial seperti ilmu-ilmu alam, bersifat netral, bebas dari nilai.</div><div style="text-align: justify;"> Untuk itu, ilmu-ilmu sosial dalam perkembangannya berusaha melakukan rekayasa sosial melalui proses kontekstualisasi asumsi-asumsi dasar dari teori sosial dalam disiplin ilmu masing-masing. Perkembangan ini harus dilihat dari sudut perkembangan dan rekayasa sosial, bahwa setiap disiplin ilmu mencoba menemukan peranan yang relevan dengan gerak langkah perubahan zaman, seperti dalam konteks negara Indonesia harus sesuai dengan budaya masyarakat dan gerak pembangunan. Dengan demikian tantangan yang harus dihadapi menemukan teori sosial baru yang sesuai dengan realitas sosial sekaligus dapat menentukan dinamika perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. </div><div style="text-align: justify;"><b>Penutup</b></div><div style="text-align: justify;"> Filsafat sosial meskipun sebagai salah satu cabang ilmu termuda, dibutuhkan untuk menganalisis sekaligus memberikan solusi terhadap komplektisitas persoalan sosial kemasyarakat. Sebagai ilmu kritis, maka peran filsafat sosial dalam ranah kehidupan sosial harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Oleh karena itu para ilmuan sosial harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Dengan demikian filsafat sosial harus menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan, dan kesemenaan teori-teori lain. Sebab ilmu sosial menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumen murni, yaitu pengetahuan harus dapat dipakai untuk keperluan apa saja sehingga tidak bersifat etis dan juga tidak terikat pada dimensi politis manusia, dengan demikian ilmu sosial bersifat netral dan bebas nilai. Karena sifatnya demikian, filsafat sosial melihat masyarakat sebagai kesatuan manusia dalam kebersamaan. Melalui kebersamaan itu kemudian filsafat sosial melihat struktur, proses dan makna sosial, baik pada masa lalu atau sekarang, yang di dalamnya mempelajari nilai-nilai, tujuan-tujuan individu, kelompok dan kelas sosial.</div><div style="text-align: justify;"> Dalam konteks keindonesiaan ilmu-ilmu sosial meskipun tergolong baru, karena secara akademis baru berkembang dalam beberapa dekade terakhir ini, namun kegandrungan terhadap ilmu tersebut sudah setara dengan ilmu-ilmu lain. Untuk itu, tidak salah apabila muncul upaya pribumisasi ilmu-ilmu sosial yaitu sebuah upaya mencari format baru bagi karakter dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Menurut Novel Ali, bahwa ‘membumikan’ ilmu-ilmu sosial di Indonesia tidak berarti harus mengembangkan teori baru yang khas Indonesia, tetapi yang terpenting menyeleksi teori yang cocok untuk kondisi rill Indonesia. Dengan demikian pribumisasi harus dimaknai </div><div style="text-align: justify;">(1) sebagai domestifikasi atau partikulasi, </div><div style="text-align: justify;">(2) membangun teori yang khas Indonesia,</div><div style="text-align: justify;">(3) menyeleksi secara sistematis teori yang sesuai dengan keadaan Indonesia. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-9930519835652030712011-04-05T12:00:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.100+07:00Teori kriminologi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><strong><span style="color: red;">Bagian 1 Ruang Lingkup Studi Kriminologi</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Pengertian Krimonologi dan Objek Studi Krimonologi</b><br />
<div align="justify">Masih banyak perbedaan pendapat tentang batasan dan lingkup kriminologi. Namun demikian jika kita cermati berbagai definisi yang diberikan oleh banyak sarjana, kita dapat memberikan batasan tentang kriminologi baik secara sempit maupun secara luas. Batasan kriminologi secara sempit adalah ilmu pengetahuan yang mencoba menerangkan kejahatan dan memahami mengapa seseorang melakukan kejahatan.<br />
Secara luas, kriminologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencakup semua materi pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan konsep kejahatan serta bagaimana pencegahan kejahatandilakukan, termasuk di dalamnya pemahaman tentang pidana atau hukuman. Bidang ilmu yang menjadi fokus kriminologi dan objek studi kriminologi, mencakup:<br />
Sosiologi Hukum yang lebih memfokuskan perhatiannya pada objek studi Kriminologi, yakni kejahatan, dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan kondisi terbentuknya Hukum Pidana, peranan hukum dalam mewujudkan nilai-nilai sosial, serta kondisi empiris perkembangan hukum.<br />
Etiologi Kriminal lebih memfokuskan perhatiannya pada objek studi Kriminologi, yakni penjahat, yaitu mempelajari alasan seseorang melanggar Hukum (Pidana), atau melakukan tindak kejahatan sementara orang lainnya tidak melakukannya. Kita harus mempertimbangkannya dari berbagai faktor (Multiple Factors), tidak lagi hanya faktor hukum atau Legal saja (Single Factor).<br />
Penologi lebih memfokuskan perhatiannya pada objek studi Kriminologi, yakni reaksi Sosial, dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan berkembangnya hukuman, arti dan manfaatnya yang berhubungan dengan “control of crime”.<br />
Viktimologi yang lebih memfokuskan perhatiannya pada objek studi Kriminologi, yakni korban kejahatan, dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan kedudukan korban dalam kejahatan, interaksi yang terjadi antara korban dan penjahat, tanggung jawab korban pada saat sebelum dan selama kejahatan terjadi</div><div align="justify"><b> </b></div><div align="justify"><b>*Keterkaitan Krimonologi Dengan Bidang Studi Lain</b></div><div align="justify">Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mencoba menjelaskan masalah-masalah yang terkait dengan kejahatan dan penjahat, dalam perkembangannya, tidak terlepas dari berbagai bidang studi yang juga berorientasi pada eksistensi hubungan sosial dan produk yang dihasilkan dari hubungan sosial yang ada., seperti antropologi, sosiologi, psikologi kriminalistrik serta ilmu hukum pidana. Semakin kompleks pusat perhatian kriminologi maka semakin bermanfaat pula pemahaman-pemahaman dari berbagai bidang ilmu dalam hal menyumbangkan ke arah penjelasan yang lebih komprensif yang merupakan tugas dari kriminologi tersebut, karena sifatnya yang multidisipliner, perkembangan teori dan metodologi pada disiplin ilmu yang lain sangat berpengaruh terhadap perkembangan kriminologi dalam menganalisis kejahatan.</div><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 2 Kejahatan serta Arti dan Status Penjahat</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Definisi Kejahatan</b><br />
<div align="justify"> Kejahatan, dilihat dari sudut pandang pendekatan legal diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau Undang-undang yang berlaku di masyarakat. Pada hakikatnya, suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau Undang-undang yang berlaku dalam suatu masyarakat adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan masyarakat yang bersangkutan. Mengapa demikian? Kita harus sadari bahwa eksistensi suatu hukum di dalam masyarakat merupakan pengejawantahan dari tuntutan masyarakat agar jalannya kehidupan bersama menjadi baik dan tertib. Dengan dilanggarnya fondasi ketertiban masyarakat tersebut maka tentunya perbuatan tersebut adalah jahat. <br />
Pernyataan bahwa tidak akan ada kejahatan apabila tidak ada hukum (undang-undang) pidana dan bahwa kita akan dapat menghilangkan seluruh kejahatan hanya dengan menghapuskan semua hukum (undang-undang) pidana adalah logomachy. Memang benar bahwa andaikata undang-undang terhadap pencurian ditarik kembali, maka mencuri itu tidak akan merupakan kejahatan, meskipun ia bersifat menyerang atau merugikan dan masyarakat umum akan memberikan reaksi terhadapnya. Sebutan kepada perilaku itu mungkin akan berubah tetapi perilaku dan perlawanan masyarakat terhadap perilaku tersebut hakikatnya akan tetap sama, sebab “kepentingan-kepentingan masyarakat” yang rusak oleh perilaku itu hakikatnya akan tetap tidak berubah. Karena inilah, maka telah diadakan usaha-usaha untuk merumuskan definisi tentang kejahatan di mana kejahatan merupakan suatu uraian mengenai sifat hakikat perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh hukum. Dalam konteks ini, konsep kejahatan lebih menekankan arti segi sosialnya daripada arti yuridis tentang definisi kejahatan</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Relativisme Kejahatan</b></div><div align="justify">Mempelajari kejahatan haruslah menyadari bahwa pengetahuan kita tentang batasan dan kondisi kejahatan di dalam masyarakat mempunyai sifat relatif. Relativisme kejahatan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yakni adanya ketertinggalan hukum karena perubahan nilai sosial dan perkembangan perilaku masyarakat, adanya perbedaan pendekatan tentang kejahatan --di mana di satu sisi memakai pendekatan legal dan di sisi lain memakai pendekatan moral-- serta adanya relativisme dilihat dari sisi kuantitas kejahatan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Arti dan Status Penjahat</b></div><div align="justify">Bukanlah suatu kerja yang sederhana untuk mempelajari “siapa itu penjahat”. Langkah pertama adalah dengan memberi batasan yang sangat sederhana tentang penjahat, yaitu “seseorang yang melakukan kejahatan". Sebelum melangkah lebih jauh, kini kita harus mencermati terlebih dahulu apa itu kejahatan. Kejahatan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh penjahat. Penjahat inilah yang akan kita beri batasannya. Dalam Modul terdahulu kita telah membahas cukup rinci tentang apakah itu kejahatan. Kejahatan dapat didekati dari dua pendekatan utama yakni yuridis dan kriminologis.<br />
Secara yuridis, kejahatan kita artikan sebagai setiap perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana yang berlaku di masyarakat. Sedangkan secara kriminologis, kejahatan bukan saja suatu perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana tetapi lebih luas lagi, yaitu yang mencakup perbuatan yang anti sosial, yang merugikan masyarakat, walaupun perbuatan itu belum atau tidak diatur oleh undang-undang atau hukum pidana.<br />
Dengan melihat batasan kejahatan seperti telah diuraikan di bagian terdahulu maka penjahat adalah seseorang (atau sekelompok orang) yang melakukan perbuatan anti sosial walaupun belum atau tidak diatur oleh undang-undang atau hukum pidana (kriminologis). Dalam arti sempit, penjahat adalah seseorang yang melakukan pelanggaran undang-undang atau hukum pidana, lalu tertangkap, dituntut, dan dibuktikan kesalahannya di depan pengadilan serta kemudian dijatuhi hukuman.</div><strong><span style="color: red;">Bagian 3 Korban Kejahatan</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Kedudukan Korban dalam </b><br />
<div align="justify">Sistem Peradilan Pidana<br />
Hingga dewasa ini masih belum banyak perhatian dan studi terhadap korban kejahatan. Dalam literatur, perhatian tentang korban mulai berkembang pada akhir tahun 1970-an. Sementara itu perkembangan pemikiran dalam peradilan pidana juga lebih banyak mengedepankan masalah hak-hak pelaku kejahatan<br />
Schafer dalam bukunya Victimology: The Victim and His Criminal mengembangkan konsep yang juga memposisikan korban sebagai pihak yang juga harus menanggung kesalahan dalam konteks terjadinya kejahatan. Banyak viktimisasi yang dilaporkan dan yang tidak dilaporkan. Sangat mudah memahami mengapa para pelacur, homoseksual dan pecandu enggan melaporkan viktimisasi yang dialaminya. Namun, banyak korban dari kejahatan lainnya yang tidak melaporkan kejadian yang menimpa mereka. <br />
Ketika menjadi korban kejahatan, seseorang mengalami krisis dalam hal fisik, finansial, sosial dan psikologis. Berat ringannya krisis tersebut tergantung pada bagian mana dari diri korban yang diserang. Misalnya jika seseorang menjadi korban penjambretan, ia merasa kehilangan simbol dirinya berupa kartu kredit, uang atau kartu identitasnya. Ia juga merasa diserang otoritasnya dan kepercayaannya. <br />
Meluasnya peristiwa viktimisasi, akhirnya, mendorong munculnya “undang-undang tentang hak korban” untuk melindungi korban sebagaimana undang-undang dasar untuk melindungi hak-hak pelaku kejahatan. </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Risiko Viktimisasi</b></div><div align="justify">Adanya kejahatan di dalam masyarakat antara lain menimbulkan gejala fear of crime dari anggota masyarakat. Fear of Crime sendiri diartikan sebagai kondisi ketakutan dari anggota masyarakat yang potensial menjadi korban kejahatan atau merasa dirinya rentan dalam hal dikenai ancaman kejahatan atau kejahatan. Jadi sebenarnya fear of crime itu sangat perseptual, tergantung bagaimana individu yang bersangkutan mengukur kerentanan dirinya untuk menjadi korban kejahatan.<br />
Analisis risiko menjadi penting dalam memahami hubungan antara pelaku dan korban dalam terjadinya suatu kejahatan. Dalam penilaian risiko dapat digambarkan hubungan antara korban dan gaya hidupnya yang akhirnya membawa pelaku kejahatan kepada korban.<br />
Analisis risiko juga penting dalam hal memahami hubungan antara pelaku dan korban dalam terjadinya suatu kejahatan. Dalam penilaian risiko dapat digambarkan hubungan antara korban dan gaya hidupnya yang akhirnya membawa pelaku kejahatan kepada korban. Namun masalahnya adalah tidak semua pihak yang terviktimisasi menyadari bahwa mereka sebenarnya merupakan korban dari suatu kejahatan.</div><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 4 Reaksi Sosial terhadap Kejahatan dan Penjahat</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Reaksi Represif dan Reaksi Preventif</b><br />
<div align="justify">Reaksi sosial terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan (penjahat), dilihat dari segi pencapaian tujuannya, dapat dibagi menjadi dua, yakni reaksi yang bersifat (represif) dan reaksi yang bersifat (preventif). Karena berbeda tujuannya maka secara operasionalnya pun akan berbeda, khususnya dari metode pelaksanaan dan sifat pelaksanaannya. Secara singkat, pengertian reaksi atau tindak represif adalah tindakan yang dilakukan oleh masyarakat (formal) yang ditujukan untuk menyelesaikan kasus atau peristiwa kejahatan yang telah terjadi, guna memulihkan situasi dengan pertimbangan rasa keadilan dan kebenaran yang dijunjung tinggi.<br />
Sementara itu yang dimaksud dengan reaksi atau tindak (preventif) adalah tindak pencegahan agar kejahatan tidak terjadi. Artinya segala tindak-tindak pengamanan dari ancaman kejahatan adalah prioritas dari reaksi preventif ini.<br />
Menyadari pengalaman-pengalaman waktu lalu bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan masyarakat maka anggota masyarakat berupaya untuk mencegah agar perbuatan tersebut tidak dapat terjadi.</div><strong><span style="color: blue;"><br />
</span></strong><b>*Reaksi Formal dan Reaksi Informal</b><br />
<div align="justify">Reaksi formal terhadap kejahatan adalah reaksi yang diberikan kepada pelaku kejahatan atas perbuatannya, yakni melanggar hukum pidana, oleh pihak-pihak yang diberi wewenang atau kekuatan hukum untuk melakukan reaksi tersebut.<br />
Sebagai suatu sistem pengendali kejahatan maka secara rinci, tujuan sistem peradilan pidana, dengan demikian, adalah (1) mencegah agar masyarakat tidak menjadi korban kejahatan, (2) menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana, serta (3) mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi kejahatannya.<br />
Kita telah pahami bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang merugikan masyarakat sehingga terhadapnya diberikan reaksi yang negatif. Kita juga telah pahami bahwa reaksi terhadap kejahatan dan penjahat, dipandang dari segi pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi dua yakni reaksi formal – yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, dan reaksi informal – yang dilakukan bukan oleh aparat penegak hukum tetapi oleh warga masyarakat biasa.<br />
Masyarakat biasa – di samping telah mendelegasikan haknya kepada aparat penegak hukum – berhak saja bereaksi terhadap kejahatan dan penjahat sebatas mereka tidak melanggar peraturan yang ada. Dalam kasanah kriminologi, reaksi informal dari masyarakat itu lebih dikenal sebagai tindak kontrol sosial informal. Studi-studi memperlakukan beberapa aspek dari kontrol sosial informal pada tingkat komunitas ketetanggaan yang digunakan untuk membangun tipologi dari definisi operasional dari kontrol sosial informal. Definisi operasional ditemui dalam dua dimensi, yaitu bentuk dan tempat.</div><strong><br />
</strong><br />
<div align="justify">.</div><strong><span style="color: red;">Bagian 5 Mashab dalam Kriminologi</span></strong><strong></strong><br />
<br />
*<b>Penggolongan Ajaran tentang Etiologi Kriminal</b><br />
<div align="justify">Dalam studi kriminologi dikenal dua penjelasan dasar tentang kejahatan, yakni penjelasan spristis atau demonologis dan penjelasan naturalis.<br />
Upaya mencari sebab musabab kejahatan pada akhirnya sampai pada pencarian melalui jalan ilmiah. Upaya-upaya ilmiah ini menghasilkan penjelasan-penjelasan yang berbeda-beda, yang demi kepentingan praktis dikelompokkan dalam beberapa tipologi ajaran tentang sebab musabab kejahatan.<br />
Memang penggolongan itu mempermudah cara mempelajari sesuatu pengetahuan, akan tetapi di samping ini ada pula segi-segi negatifnya yakni berupa bahaya-bahaya sebagai berikut:<br />
1. Orang cenderung untuk melebih-lebihkan penggolongan atau perbedaan-perbedaan antara golongan-golongan yang satu dengan golongan yang lain.<br />
2. Dengan penggolongan ini batas-batas antara golongan yang satu dengan golongan yang lain sering dipertajam, sehingga apa yang berada di tengah-tengahnya dimasukan saja ke dalam salah satu golongan.<br />
3. Penggolongan mereduksikan apa yang tidak cocok, buta akan realitas yang tidak cocok, dalam arti tidak mau tahu akan realitas-realitas yang tidak cocok. Dengan demikian bila ternyata ada hal-hal/segi-segi yang tidak cocok dengan apa yang telah digariskan oleh penggolongan, maka seringkali hal-hal/segi-segi tersebut dihilangkan saja, dianggap tidak ada.</div><br />
*<b>Mashab Klasik Hingga Kritis</b><br />
<div align="justify">Mashab Klasik sangat kental oleh pemikiran Beccaria yang menghendaki penataan terhadap sistem penghukuman yang ada. Aspek yang menonjol dari mashab ini adalah pemikiran tentang Administration of Justice. Di mana terkandung prinsip dasar yang mengatur penyelenggaraan penjatuhan hukuman.<br />
Pemikiran Administration of Justice dari mashab Klasik sangat mewarnai Undang-undang Pidana Perancis 1791 (Code 1791). Namun pada penerapannya kemudian ditemukan adanya hal-hal yang menyebabkan Code 1791 dirasakan justru melestarikan kesewenang-wenangan penghukuman.<br />
Dalam pemberian hukuman, perhatian dan perlakuan terhadap pelanggar hukum, dalam hal-hal tertentu mendapat perhatian secara lebih individual, seperti usia pelanggar dan kemampuan mental/kejiwaan dihubungkan dengan pertanggungjawaban secara hukum. Namun demikian, menurut prinsip dasarnya, mashab neoklasik dan mashab klasik tidaklah jauh berbeda.<br />
Upaya-upaya pencarian sebab-musabab kejahatan, pada masa-masa berikutnya, mendapat perhatian yang serius dan tidak lepas dari pengaruh revolusi ilmu yang berlangsung di Eropa. Kejahatan tidak lagi dicari akarnya pada konsep yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, dan harus dicari dengan menggunakan metode ilmiah. Penjelasan tentang sebab musabab kejahatan oleh Mashab Positif dilandasi pemikiran Lombroso, yang mencoba mencari sebabmusabab kejahatan dengan memfokuskan pada pendekatan individual.<br />
Tidak berhenti pada upaya menjelaskan sebabmusabab kejahatan dengan pendekatan individual, Mashab Positif juga berusaha menjelaskan sebab-musabab kejahatan berdasarkan pendekatan lingkungan, serta menghubungkan gejala kejahatan dengan kondisi-kondisi ekonomi, hasil belajar sosial, dan dengan konflik budaya.<br />
Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan, maka muncullah upaya yang mencari sebabmusabab kejahatan dalam hubungannya dengan eksistensi hukum. Hal ini muncul karena adanya pemikiran bahwa hukumlah yang menentukan keberadaan kejahatan. Aliran pemikiran yang demikian, kemudian, dikenal sebagai Mashab Kritis.</div><br />
<strong><span style="color: red;"><br />
</span><span style="color: red;">Bagian 6 Lingkungan Sosial dan Kejahatan</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Teori Zona Konsentrasi</b><br />
Park yakin benar bahwa kota dapat digunakan sebagai bahan pustaka untuk mempelajari kejahatan. Karena kota merupakan suatu organisme sosial tempat di mana masyarakat ketetanggaan dapat bertahan. Persoalannya, mengapa kejahatan berkembang dan meluas dalam daerah tertentu sementara di daerah lain kejahatan tidak berkembang. Atas hal ini, Park dan koleganya Burgess merujuk pada konsep zona konsentrasi menurut pekerjaan penduduknya dan karakteristik kelas. Mereka mencermati bagaimana zona perkotaan berubah dari waktu ke waktu dan apa dampak dari proses perubahan tersebut bagi tingkat kejahatan.<br />
Park dan Burgess menunjukkan bahwa zona transisi adalah sumber utama kejahatan perkotaan. Pada zona ini, dapat ditemui tingkat kenakalan remaja yang tinggi dan berbagai masalah sosial lainnya. Memahami bentuk, sifat atau karakter kejahatan perkotaan akan memberi kemungkinan bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri kejahatan perkotaan. Atas dasar itu, dapat dirumuskan berbagai kebijakan untuk melakukan pencegahan maupun penaggulangannya.<br />
Sepanjang kejahatan perkotaan diartikan sebagai perbuatan yang dapat dipidana menurtut perundang-undangan yang berlaku, maka secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar antara kejahatan perkotaan dengan kejahatan yang bukan kejahatan perkotaan, atau kejahatan pada umumnya. Pencurian, pembunuhan, penganiayaan, penipuan, penggelapan, perkosaan dapat terjadi di mana saja. Namun harus diakui bahwa ada pula bentuk-bentuk kejahatan tertentu yang hanya mungkin terjadi atau sekurang-kurangnya dipermudah oleh lingkungan perkotaan.<br />
Tanpa mengurangi adanya karakter khas seseorang, secara umum dapat dikatakan bahwa dorongan untuk melakukan kejahatan tidak semata-mata karena memang tersimpan tingkah laku jahat, tetapi juga ada faktor-faktor nilai, keadaan dan lingkungan yang tak jarang justru menjadi faktor yang sangat berperan untuk mempengaruhi seseorang melakukan kejahatan.<strong></strong><br />
<br />
<b>*Teori Tempat Kejahatan dan Teori Aktivitas Rutin</b><br />
<div align="justify">Hasil pengamatan Shaw, McKay, Stark menunjukkan bahwa kejahatan tidak akan muncul pada setiap masalah sosial yang ada namun kejahatan akan muncul andaikata masalah sosial tertentu mempunyai kekuatan yang mendorong aspek-aspek kriminogen. Teori Stark tentang tempat kejahatan memberi beberapa penjelasan tentang mengapa kejahatan terus berkembang sejalan dengan perubahan/perkembangan di dalam populasi.<br />
Para ahli yang mengkaji tradisi disorganisasi sosial sudah sejak lama memusatkan perhatian pada tiga aspek korelatif kejahatan ekologis, yaitu kemiskinan, heterogenitas kesukuan, dan mobilitas permukiman. Tetapi aspek korelatif tersebut, saat ini, sudah diperluas lagi untuk menguji dampak dari faktor tambahan seperti keluarga, single-parent, urbanisasi, dan kepadatan struktural<br />
Stark memberlakukan lima variabel yang diyakini dapat mempengaruhi tingkat kejahatan di dalam masyarakat, yakni kepadatan, kemiskinan, pemakaian fasilitas secara bersama, pondokan sementara, dan kerusakan yang tidak terpelihara. Variabel tersebut dihubungkan dengan empat variabel lainnya, yakni moral sisnisme di antara warga, kesempatan melakukan kejahatan dan kejahatan yang meningkat, motivasi untuk melakukan kejahatan yang meningkat, dan hilangnya mekanisme kontrol sosial.<br />
Teori Aktivitas Rutin menjelaskan bahwa pola viktimisasi sangat terkait dengan ekologi sosial. Studi yang dilakukan menunjukkan secara jelas hubungan antara pelaku kejahatan, korban, dan sistem penjagaan. </div><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 7 Struktur Sosial dan Kejahatan</span></strong><strong></strong><br />
<br />
*<b>Penjelasan Teori Struktur Sosial Tentang Kejahatan</b><br />
<div align="justify">Di dalam khasanah Kriminologi terdapat sejumlah teori yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok teori yang menjelaskan peranan dari faktor struktur sosial dalam mendukung timbulnya kejahatan, antara lain teori Anomie, teori Frustrasi Status dan Formasi Reaksi, teori Struktur Kesempatan Berbeda dan penjelasan tentang hubungan antara Kondisi Ekonomi dan Kejahatan.<br />
Teori Anomie dari Merton menjelaskan aspek ketiadaan norma dalam masyarakat karena adanya jurang perbedaan yang lebar antara aspirasi dalam bidang ekonomi yang melembaga dalam masyarakat dengan kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh struktur sosial kepada warga masyarakatnya untuk mencapai aspirasi tersebut.<br />
Teori Frustrasi Status dan Formasi Reaksi, teori Struktur Kesempatan Berbeda pada dasarnya menjelaskan aspek subkebudayaan yang terdapat dalam kebudayaan induk (dominan) masyarakat tertentu, yang karena muatan nilai dan normanya yang bertentangan dengan kebudayaan induk (dominan) tersebut, dapat menimbulkan suatu pola perilaku kriminal.</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Kejahatan Tertentu dalam Konteks Struktur Sosial</b></div><div align="justify">Struktur sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan munculnya beberapa kejahatan tertentu. kejahatan itu sebenarnya didukung oleh perbedaan struktur sosial itu sendiri. Pemahaman dan persepsi yang salah oleh kelompok tertentu yang berada di dalam struktur sosial dapat menyebabkan dilakukannya perbuatan tertentu yang dapat digolongkan sebagai kejahatan, yang menurut orang yang bersangkutan dimungkinkan dan dibenarkan karena dirinya berada dalam struktur sosial dimaksud. Beberapa kejahatan tersebut antara lain white collar crime dan domestic violence. <br />
Secara harafiah white collar crime diartikan sebagai ‘kejahatan kerah putih’. White collar crime adalah kejahatan yang melibatkan orang yang terhormat dan dihormati serta berstatus sosial tinggi (Sutherland dan Cressey, 1960). Versi lain mengatakan bahwa “kejahatan orang berdasi” adalah penyalahgunaan kepercayaan oleh orang yang pada umumnya dipandang sebagai warga yang jujur dalam kehidupan mereka sehari-hari. <br />
Domestic Violence atau kekerasan dalam rumah dapat adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga. Rumah Tangga, dapat diartikan sebagai tempat semua orang yang tinggal di bersama di satu tempat kediaman. Dalam perkembangannya, rumah tangga ini dapat berupa wadah dari suatu kehidupan penghuninya yang bisa saja terdiri dari berbagai status, seperti suami istri, orangtua dan anak; orang yang mempunyai hubungan darah; orang yang bekerja membantu kehidupan rumah tangga, orang lain yang menetap di sebuah rumah tangga; orang yang hidup bersama dengan korban atau mereka yang masih atau pernah tinggal bersama.</div><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 8 Proses Sosial dan Kejahatan</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Teori Belajar Sosial</b><br />
<div align="justify">Teori Differential Association dari Sutherland, pada pokoknya, mengetengahkan suatu penjelasan sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan. Kejahatan dimengerti sebagai suatu perbuatan yang dapat dipelajari melalui interaksi pelaku dengan orang-orang lain dalam kelompok-kelompok pribadi yang intim. Proses belajar itu menyangkut teknik-teknik untuk melakukan kejahatan, motif-motif, dorongan-dorongan, sikap-sikap dan pembenaran-pembenaran argumentasi yang mendukung dilakukannya kejahatan</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Teori Kontrol Sosial</b></div><div align="justify">Teori Kontrol Sosial menyatakan bahwa ada suatu kekuatan pemaksa di dalam masyarakat bagi setiap warganya untuk menghindari niat melanggar hukum. Dalam kaitan ini ada beberapa konsep dasar dari Kontrol Sosial yang bersifat positif, yakni Attachment, Commitment, Involvement, dan Beliefs, yang diyakini merupakan mekanisme penghalang bagi seseorang yang berniat melakukan pelanggaran hukum.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">*<b>Teori Label</b></div><div align="justify">Munculnya teori Labeling menandai mulai digunakannya metode baru untuk mengukur atau menjelaskan adanya kejahatan yaitu melalui penelusuran kemungkinan dampak negatif dari adanya reaksi sosial yang berlebihan terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan. <br />
Konsep teori labeling menekankan pada dua hal, pertama, menjelaskan permasalahan mengapa dan bagaimana orang-orang tertentu diberi label, dan kedua, pengaruh dari label tersebut sebagai suatu konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku kejahatan.</div><br />
<strong><span style="color: red;">Bagian 9 Konflik Sosial dan Kejahatan</span></strong><strong></strong><br />
<br />
<b>*Perspektif Konflik dalam Sosiologi</b><br />
<div align="justify">Hubungan antara Perspektif konflik dan perspektif fungsional di dalam sosiologi adalah unik dengan fakta bahwa beberapa sarjana sosiologi mengakui perspektif konflik adalah lawan yang tepat dari perspektif fungsional, sementara orang lain berpendapat bahwa perspektif konflik dan perspektif fungsional tidaklah serupa dan bahwa Perspektif konflik hanyalah suatu jiplakan dari Perspektif fungsional.<br />
Penganjur utama dari gagasan bahwa perspektif konflik adalah lawan yang tepat dari perspektif fungsional adalah Ralf Dahrendorf. Dahrendorf, yang menganggap dirinya sebagai ahli teori konflik, mensejajarkan perspektif konflik dengan perspektif fungsional untuk menunjukkan bagaimana sangat berbedanya ke dua perspektif tersebut.<br />
Sungguhpun Dahrendorf melihat perbedaan utama antara perspektif konflik dan perspektif fungsional, namun ia mengakui bahwa Masyarakat tidak bisa ada tanpa kedua-duanya, konsensus dan konflik, yang mana adalah prasyarat dari tiap lainnya. Begitu, kita tidak bisa mempunyai konflik kecuali jika ada beberapa konsensus lebih dulu.<br />
Salah satu ahli teori yang mencoba untuk menunjukkan bagaimana fungsionalisme struktural dan teori konflik bisa dikombinasikan adalah Lewis Coser. Coser berpendapat bahwa di bawah kondisi-kondisi tertentu konflik dapat bersifat fungsional bagi suatu masyarakat. Artinya, konflik itu ada gunanya bagi perkembangan masyarakat</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><b>*Teori Konflik Kebudayaan</b></div><div align="justify">Teori konflik kebudayaan memandang bahwa masyarakat membawa potensi konflik melalui penerapan budayanya, terlebih jika satu masyarakat dengan budayanya bertemu atau bersinggungan dengan masyarakat yang lain dengan budaya yang lain dalam situasi saling berlomba dan mendominasi.<br />
Terkait dengan budaya yang terinternalisasi dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu maka muatan kepentingan yang khas dari masyarakat atau kelompok juga mewarnai konflik yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Konflik kepentingan tersebut oleh beberapa pakar aliran konflik ini kemudian dipercaya akan terkait dan terwujud dalam berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan. Hukum, dengan demikian, juga merupakan salah satu aspek kehidupan bermasyarakat yang terkait dan bahkan dapat dijadikan sarana oleh kelompok tertentu untuk merealisasikan kepentingan “ingroup”nya.</div> <strong></strong><br />
<b>*Konflik Kelas Sosial dan Kejahatan</b><br />
Quinney dalam teorinya tentang realitas kejahatan mengatakan bahwa realitas kejahatan yang dikonstruksi untuk seluruh anggota masyarakat oleh mereka dalam tampuk kekuasaan merupakan realitas di mana kita cenderung menerimanya sebagai bagian dari kita sendiri. Dengan melakukan hal itu, kita mengakui eksistensi mereka yang dalam tempuk otoritas untuk melaksanakan tindakan yang sebagian besar mempromosikan kepentingan mereka. Ini adalah realitas politik (politics of reality). Realitas sosial dari kejahatan dalam sebuah masyarakat yang terorganisasi secara politik terkonstruksi sebagai sebuah tindakan politik.<br />
Chambliss dan Seidman (1971) mulai dengan pernyataan bahwa ketika masyarakat menjadi semakin kompleks, maka kepentingan individu dalam masyarakat mulai berbeda, dan mereka lebih mungkin berada dalam konflik satu dengan lainnya dan harus dibantu untuk memecahkan perselisihan ini. <br />
Menurut kedua pakar ini perbedaan seperti ini timbul karena nilai sebagian besar orang dipengaruhi oleh kondisi kehidupan mereka yang semakin berbeda karena masyarakat semakin kompleks. Pada umumnya, akibat dari perselisihan tersebut dapat terselesaikan melalui rekonsilasi atau kompromi. <br />
Kedua pakar ini kemudian mengemukakan bahwa menarik sekali untuk mencari apakah yang terbaik bagi penjelasan tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam pembuatan dan penegakkan hukum, apakah itu consensus model ataukah conflict model.<br />
Teori lain yang juga memusatkan perhatian pada hubungan antara kejahatan dengan konflik kelas adalah teori yang dikemukan oleh David M. Gordon tentang Class and Economic of Crimen yang diterbitkan pada tahun 1971. Gordon mengatakan bahwa kejahatan, pada hakikatnya, merupakan respon-respon rasional terhadap bekerjanya sistem ekonomi dominan dari suatu negara yang ditandai oleh persaingan serta berbagai bentuk ketidakmerataan. Pelaku kejahatan adalah orang-orang yang bertindak secara rasional untuk bereaksi terhadap kondisi-kondisi kehidupan golongan sosialnya di dalam masyarakat.<br />
Kemudian juga Taylor, Walton dan Young mempromosikan suatu pendekatan baru dalam upaya mereka melakukan penelitian dan pemahaman ilmiah terhadap masalah kejahatan. Untuk lebih memahami secara jelas tentang apa yang disebut sebagai kejahatan, maka atas hal itu mereka kemudian memfokuskan pada berbagai upaya dalam mengungkapkan kejahatan.</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-87275553377727707722011-04-04T09:22:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.100+07:00teori sosiologi modern<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><b><span style="color: blue;"><b>B</b>agian 1: Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya</span></b><br />
<b><span style="color: blue;">* Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya</span> </b><br />
Paradigma adalah suatu pandangan yang fundamental (mendasar, prinsipiil, radikal) tentang sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam ilmu pengetahuan. Kemudian, bertolak dari suatu paradigma atau asumsi dasar tertentu seorang yang akan menyelesaikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan tersebut membuat rumusan, baik yang menyangkut pokok permasalahannya, metodenya agar dapat diperoleh jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan. <br />
Menurut George Ritzer paradigma dalam sosiologi, yaitu (1) paradigma fakta sosial yang menyatakan bahwa struktur yang terdalam masyarakat mempengaruhi individu; (2) paradigma definisi sosial yang menyatakan bahwa pemikiran individu dalam masyarakat mempengaruhi struktur yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini sekalipun struktur juga berpengaruh terhadap pemikiran individu, akan tetapi yang berperanan tetap individu dan pemikirannya; (3) paradigma perilaku sosial yang menyatakan bahwa perilaku keajegan dari individu yang terjadi di masyarakat merupakan suatu pokok permasalahan. Dalam hal ini interaksi antarindividu dengan lingkungannya akan membawa akibat perubahan perilaku individu yang bersangkutan. <br />
Paradigma dalam sosiologi sebagaimana dikemukakan tersebut akan menyebabkan adanya berbagai macam teori dan metode dalam pendekatannya. <br />
<br />
<b><span style="color: blue;">*Pengertian Sosiologi</span> </b><br />
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat individu, keluarga, kelompok, organisasi, aturan-aturan dan lembaga-lembaga, yang kesemuanya itu merupakan suatu kebulatan yang utuh. Dalam hal ini sosiologi ingin mengetahui kehidupan bersama dalam masyarakat, baik yang menyangkut latar belakang, permasalahan dan sebabmusababnya. Untuk mengetahui kehidupan bersama tersebut diperlukan suatu teori. <br />
Lahirnya sosiologi dihubungkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di Eropa Barat, baik yang menyangkut tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad XV, perubahan sosial politik, reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, adanya Revolusi Industri maupun Revolusi Perancis. <br />
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan bersama dalam masyarakat akan senantiasa berkembang terus, terutama apabila masyarakat menghadapi ancaman terhadap pedoman yang pada masanya telah mereka gunakan. Krisis yang demikian cepat atau lambat akan melahirkan pemikiran sosiologis. <br />
Bertolak dari kenyataan yang demikian dapatlah dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran sosiologis terjadi sejak awal XVIII berkenaan dengan adanya industrialisasi, urbanisasi, kapitalisme dan sosialisme yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan sosial. <br />
<br />
<b><span style="color: blue;">*Pengertian Teori</span> </b><br />
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu tinjauan sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di samping itu, ada yang menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. <br />
Teori harus mengandung konsep, pernyataan (statement), definisi, baik itu definisi teoretis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoretis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori di dalamnya harus terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di antara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi. <br />
Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal, yang menyatakan bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan. Kedua, yaitu kriteria pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat dikatakan sebagai teori apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir, konsep-konsep, variabel, proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi. <br />
<hr />Bagian <b><span style="color: red;">2: Teori Fungsionalisme Talcott Parsons </span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">* Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons</span> </b><br />
Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks. <br />
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan. <br />
Teori Fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons.<span style="color: blue;"><b> </b></span><br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif</b></span> <b></b><br />
Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh para sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma. <br />
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma. Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Analisis Struktural Fungsional dan Diferensiasi Struktural</b></span> <b></b><br />
Sebagaimana telah diuraikan di muka, bahwa Teori Fungsionalisme Struktural beranggapan bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam bentuk keseimbangan. Menurut Talcott Parsons dinyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial, adalah berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu konsekuensi adanya persyaratan fungsional. <br />
Perlu diketahui ada fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi agar ada kelestarian sistem, yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan latent. Empat persyaratan fungsional yang mendasar tersebut berlaku untuk semua sistem yang ada. Berkenaan hal tersebut di atas, empat fungsi tersebut terpatri secara kokoh dalam setiap dasar yang hidup pada seluruh tingkat organisme tingkat perkembangan evolusioner. <br />
Perlu diketahui bahwa sekalipun sejak semula Talcott Parsons ingin membangun suatu teori yang besar, akan tetapi akhirnya mengarah pada suatu kecenderungan yang tidak sesuai dengan niatnya. Hal tersebut karena adanya penemuan-penemuan mengenai hubungan-hubungan dan hal-hal baru, yaitu yang berupa perubahan perilaku pergeseran prinsip keseimbangan yang bersifat dinamis yang menunjuk pada sibernetika teori sistem yang umum. Dalam hal ini, dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat itu melewati empat proses perubahan struktural, yaitu pembaharuan yang mengarah pada penyesuaian evolusinya Talcott Parsons menghubungkannya dengan empat persyaratan fungsional di atas untuk menganalisis proses perubahan. <br />
Perlu diketahui bahwa sekalipun Talcott Parsons telah berhasil membangun suatu teori yang besar untuk mengadakan pendekatan dalam masyarakat, akan tetapi ia tidak luput dari serangkaian kritikan, baik dari mantan muridnya Robert K. Merton, ataupun sosiolog lain, yaitu George Homans, Williams Jr., dan Alvin Gouldner, sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di muka. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 3: Teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton </span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Strategi Dasar Analisis Strukturalisme Fungsional</span> </b><br />
Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton ternyata memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan pemikiran pendahulu dan gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Talcott Parsons dalam teorinya lebih menekankan pada orientasi subjektif individu dalam perilaku maka Robert K. Merton menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku. <br />
Menurut Robert K. Merton konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan keseimbangan (fungsi manifest), akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku itu yang tidak dimaksudkan dan tidak diketahui. Oleh karena itu, menurut pendapatnya konsekuensi-konsekuensi objek dari individu dalam perilaku tersebut ada yang bersifat fungsional dan ada pula yang bersifat disfungsional. <br />
Anggapan yang demikian itu merupakan ciri khas yang membedakan antara pendekatan Robert K. Merton dengan pendekatan fungsionalisme struktural yang lainnya. perlu diketahui bahwa Teori Fungsional Taraf Menengah yang ia cetuskan tersebut, merupakan pendekatan yang sesuai untuk meneliti hal-hal yang bersifat kecil atau khusus dan bersifat empiris dalam sosiologi.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Disfungsi dan Perubahan Sosial</b></span> <b></b> <br />
Menurut Robert K. Merton dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku dapat bersifat fungsional dan dapat pula bersifat disfungsional. Konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku mampu mengarah pada integrasi dan keseimbangan, sedangkan konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku yang bersifat disfungsional akan memperlemah integrasi. <br />
Konsekuensi-konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional akan menyebabkan timbulnya ketegangan atau pertentangan dalam sistem sosial. Ketegangan tersebut muncul akibat adanya saling berhadapan antara konsekuensi yang bersifat disfungsional. Dengan adanya ketegangan tersebut maka akan mengundang munculnya struktur dari yang bersifat alternatif sebagai substitusi untuk menetralisasi ketegangan. <br />
Perlu diketahui bahwa adanya ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan adanya struktur-struktur baru tersebut akan berarti bahwa konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional itu akan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sosial. Di samping itu disfungsi juga akan menyebabkan timbulnya anomie dan masalah sosial. Kenyataan tersebut juga mengandung arti timbulnya struktur-struktur baru, yang pada hakikatnya menunjukkan adanya perubahan sosial yang mengarah pada perbaikan tatanan dalam masyarakat. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>* Kelompok Referensi (Reference Group)</b></span> <b></b><br />
Teori Fungsionalisme Robert K. Merton yang menekankan pada konsekuensi objektif dari individu dalam berperilaku. Keharusan adanya konsekuensi objektif baik fungsional maupun disfungsional dan harus adanya konsep-konsep alternatif fungsional dalam pelaksanaan analisisnya, tepat apabila diterapkan pada masyarakat yang memiliki perbedaan-perbedaan di antara kelompok-kelompok yang ada. Oleh karena itu, Robert K. Merton mengemukakan suatu Teori Kelompok Referensi yang digunakan sebagai penilaian dirinya dan pembanding serta menjadi bimbingan moral. Teori Kelompok Referensi (Reference Group Theory) yang terdiri dari Kelompok Referensi Normatif, Kelompok Referensi Komparatif dan ada bentuk lain, yaitu kelompok keanggotaan (Membership Reference Group). Kelompok Referensi Normatif, yaitu suatu kelompok yang menempatkan individu-individu mengambil standar normatif dan standar moral, sedangkan Kelompok Referensi Komparatif, yaitu kelompok yang memberikan kepada individu-individu suatu kerangka berpikir untuk menilai posisi sosialnya dalam hubungannya dengan posisi sosial orang lain. Sementara Kelompok Keanggotaan, yaitu menunjuk pada suatu kelompok yang menempatkan bahwa individu itu sebagai anggotanya. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagain 4: Teori Konflik Ralf Dahrendorf </span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Pemikiran tentang Otoritas dan Konflik Sosial</span> </b><br />
Teori Konflik Ralf Dahrendorf tidak bermaksud untuk mengganti teori konsensus. Dasar Teori Konflik Dahrendorf adalah penolakan dan penerimaan sebagian serta perumusan kembali teori Karl Marx yang menyatakan bahwa kaum borjuis adalah pemilik dan pengelola sistem kapitalis, sedangkan para pekerja tergantung pada sistem tersebut. Pendapat yang demikian mengalami perubahan karena pada abad ke-20 telah terjadi pemisahan antara pemilikan dan pengendalian sarana-sarana produksi. Kecuali itu,, pada akhir abad ke-19 telah menunjukkan adanya suatu pertanda bahwa para pekerja tidak lagi sebagai kelompok yang dianggap sama dan bersifat tunggal karena pada masa itu telah lahir para pekerja dengan status yang jelas dan berbeda-beda, dalam arti ada kelompok kerja tingkat atas dan ada pula kelompok kerja tingkat bawah. Hal yang demikian merupakan sesuatu yang berada di luar pemikiran Karl Marx. <br />
Selain itu, Karl Marx sama sekali tidak membayangkan bahwa dalam perkembangan selanjutnya akan lahir serikat buruh dengan segenap mobilitas sosialnya, yang mampu meniadakan revolusi buruh. Perlu diketahui bahwa dalam suatu perusahaan ada pimpinan dan ada para pekerja yang pada suatu saat dapat saja terjadi konflik. Akan tetapi dengan adanya pengurus dari organisasi tenaga kerja tersebut untuk mengadakan perundingan dengan pimpinan perusahaan maka konflik dapat dihindari. <br />
Pendekatan Ralf Dahrendorf berlandaskan pada anggapan yang menyatakan bahwa semua sistem sosial itu dikoordinasi secara imperatif. Dalam hal ini, koordinasi yang mengharuskan adanya otoritas merupakan sesuatu yang sangat esensial sebagai suatu yang mendasari semua organisasi sosial. Berkenaan dengan hal tersebut maka dalam suatu sistem sosial mengharuskan adanya otoritas, dan relasi-relasi kekuasaan yang menyangkut pihak atasan dan bawahan akan menyebabkan timbulnya kelas. Dengan demikian maka tampaklah bahwa ada pembagian yang jelas antara pihak yang berkuasa dengan pihak yang dikuasai. Keduanya itu mempunyai kepentingan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa bertolak dari pengertian bahwa menurut Ralf Dahrendorf kepentingan kelas objektif dibagi atas adanya kepentingan manifest dan kepentingan latent maka dalam setiap sistem sosial yang harus dikoordinasi itu terkandung kepentingan latent yang sama, yang disebut kelompok semu yaitu mencakup kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Intensitas dan Kekerasan</b></span> <b></b><br />
Teori Konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf juga membahas tentang intensitas bagi individu atau kelompok yang terlibat konflik. Dalam hal ini, intensitas diartikan sebagai suatu pengeluaran energi dan tingkat keterlibatan dari pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi intensitas konflik, yaitu (1) tingkat keserupaan konflik, dan (2) tingkat mobilitas. <br />
Selain itu Teori Konflik Ralf Dahrendorf juga membicarakan tentang kekerasan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep tentang kekerasan, yaitu menunjuk pada alat yang digunakan oleh pihak-pihak yang saling bertentangan untuk mengejar kepentingannya. Tingkat kekerasan mempunyai berbagai macam perwujudan, dalam arti mulai dari cara-cara yang halus sampai pada bentuk-bentuk kekerasan yang bersifat kejasmanian. <br />
Perlu diketahui bahwa menurut Teori Konflik Ralf Dahrendorf dinyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi tingkat kekerasan dalam konflik kelas, yaitu tingkat yang menyatakan bahwa konflik itu secara tegas diterima dan diatur. Pada hakikatnya konflik tidak dapat dilenyapkan karena perbedaan di antara mereka merupakan sesuatu yang harus ada dalam struktur hubungan otoritas. Konflik yang ditutup-tutupi, cepat atau lambat pasti akan muncul, dan apabila upaya penutupan itu secara terus-menerus maka dapat menyebabkan ledakan konflik yang hebat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dibentuk saluran-saluran yang berfungsi membicarakan penyelesaian konflik. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Pengertian Konflik</b></span> <b></b><br />
Konflik dapat mengakibatkan adanya perubahan dalam struktur relasi-relasi sosial, apabila kondisi-kondisi tertentu telah dipenuhi. Teori Konflik Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa konsekuensi atau fungsi konflik, yaitu dapat mengakibatkan adanya perubahan sosial, khusus yang berkaitan dengan struktur otoritas. Ada tiga tipe perubahan struktur, yaitu (1) perubahan keseluruhan personil dalam posisi dominasi; (2) perubahan sebagian personil dalam posisi dominasi, dan (3) digabungkannya kepentingan-kepentingan kelas subordinat dalam kebijaksanaan kelas yang mendominasi. <br />
Selain itu menurut Teori Konflik Ralf Dahrendorf dinyatakan bahwa perubahan struktural itu dapat digolongkan berdasarkan tingkat ekstremitasnya dan berdasarkan tingkat mendadak atau tidaknya. Dalam hal ini Ralf Dahrendorf mengakui bahwa teorinya yang menekankan pada konflik dan perubahan sosial merupakan perspektif kenyataan sosial yang berat sebelah. Hal tersebut karena meskipun Teori Fungsionalisme Struktural dan Teori Konflik dianggap oleh Ralf Dahrendorf sebagai perspektif valid dalam menghampiri kenyataan sosial, akan tetapi hanya mencakup sebagian saja dari kenyataan sosial yang seharusnya. Kedua teori tersebut tidak lengkap apabila digunakan secara terpisah, dan oleh karena itu harus digunakan secara bersama-sama, agar dapat memperoleh gambaran kenyataan sosial yang lengkap. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 5: Teori Konflik Lewis A. Coser </span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Konflik dan Solidaritas</span> </b><br />
Semula Lewis A. Coser menitikberatkan perhatiannya pada pendekatan fungsionalisme struktural dan mengabaikan konflik. Menurut pendapatnya bahwa sebenarnya struktur-struktur itu merupakan hasil kesepakatan, akan tetapi di sisi lain ia juga menyatakan adanya proses-proses yang tidak merupakan kesepakatan, yaitu yang berupa konflik. Lewis A. Coser ingin membangun suatu teori yang didasarkan pada pemikiran George Simmel. Menurut pendapatnya dinyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang berkenaan dengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Konflik dapat terjadi antarindividu, antarkelompok dan antarindividu dengan kelompok. Baginya konflik dengan luar (out group) dapat menyebabkan mantapnya batas-batas struktural, akan tetapi di lain pihak konflik dengan luar (out group) akan dapat memperkuat integrasi dalam kelompok yang bersangkutan. <br />
Konflik antara suatu kelompok dengan kelompok lain dapat menyebabkan solidaritas anggota kelompok dan integrasi meningkat, dan berusaha agar anggota-anggota jangan sampai pecah. Akan tetapi, tidaklah demikian halnya apabila suatu kelompok tidak lagi merasa terancam oleh kelompok lain maka solidaritas kelompok akan mengendor, dan gejala kemungkinan adanya perbedaan dalam kelompok akan tampak. Di sisi lain, apabila suatu kelompok selalu mendapat ancaman dari kelompok lain maka dapat menyebabkan tumbuh dan meningkatnya solidaritas anggota-anggota kelompok. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Konflik dan Solidaritas Kelompok</b></span> <b><br />
</b>Menurut Lewis A. Coser dinyatakan bahwa konflik internal menguntungkan kelompok secara positif. la menyadari bahwa dalam relasi-relasi sosial terkandung antagonisme, ketegangan atau perasaan-perasaan negatif termasuk untuk relasi-relasi kelompok dalam, (in group) yang di dalamnya terkandung relasi-relasi intim yang lebih bersifat parsial. <br />
Perlu diketahui bahwa semakin dekat hubungan akan semakin sulit rasa permusuhan itu diungkapkan. Akan tetapi semakin lama perasaan ditekan maka mengungkapkannya untuk mempertahankan hubungan itu sendiri. Mengapa demikian karena dalam suatu hubungan yang intim keseluruhan kepribadian sangat boleh jadi terlihat sehingga pada saat konflik meledak, mungkin akan sangat keras. <br />
Konflik akan senantiasa ada sejauh masyarakat itu masih mempunyai dinamikanya. Adapun yang menyebabkan timbulnya konflik, yaitu karena adanya perbedaan-perbedaan, apakah itu perbedaan kemampuan, tujuan, kepentingan, paham, nilai, dan norma. Di samping itu, konflik juga akan terjadi apabila para anggota kelompok dalam (in group) terdapat perbedaan. Akan tetapi, tidak demikian halnya apabila para anggota kelompok dalam (in group) mempunyai kesamaan-kesamaan. <br />
Perbedaan-perbedaan antara para anggota kelompok dalam (in group) tersebut dapat pula disebabkan oleh adanya perbedaan pengertian mengenai konflik karena konflik itu bersifat negatif dan merusak integrasi. Akan tetapi, ada pula pengertian dari anggota kelompok dalam (in group) bahwa karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan maka konflik akan tetap ada. Perlu diketahui bahwa suatu kelompok yang sering terlibat dalam suatu konflik terbuka, hal tersebut sesungguhnya memiliki solidaritas yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terlibat konflik sama sekali. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Konsekuensi Konflik</b></span> <b><br />
</b>Konflik merupakan suatu fenomena kemasyarakatan yang senantiasa ada dalam kehidupan bersama. Sebenarnya konflik tidak usah dilenyapkan, akan tetapi perlu dikendalikan konflik akan senantiasa ada di masyarakat, hal tersebut karena dalam masyarakat itu terdapat otoritas. Hal tersebut dikandung maksud bahwa apabila di suatu pihak bertambah otoritasnya maka di lain pihak akan berkurang otoritasnya. Selain itu juga karena adanya perbedaan kepentingan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. <br />
Konflik dapat dikendalikan apabila kelompok yang terlibat dalam konflik dapat menyadari adanya konflik, dan perlu dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan. Di samping itu juga harus terorganisasi secara baik terutama yang menyangkut semua kekuatan sosial yang bertentangan. Dalam hal ini, apabila upaya pengendalian konflik itu tidak dilakukan maka konflik yang tertekan yang tidak tampak di permukaan, dapat meledak sewaktu-waktu dan merupakan tindakan kekerasan. Konflik yang tertekan dapat menyebabkan putusnya hubungan, dan apabila emosionalnya meninggi maka putusnya hubungan tersebut dapat meledak secara tiba-tiba. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka perlu dibentuk saluran alternatif sehingga rasa dan sikap pertentangan dapat dikemukakan dengan tidak merusak solidaritas. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 6: Teori Pertukaran Sosial George C. Homans dan Teori Pertukaran Perilaku Peter M. Blau</span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">* Pendekatan Perilaku</span></b><br />
Semula George C. Homans tidak menaruh perhatian masalah pertukaran sosial dalam mengadakan pendekatan terhadap masyarakat karena pada awalnya ia mengarahkan perhatian pada pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme struktural ternyata mempunyai arti yang sangat penting karena mampu memberi masukan terhadap teori sosiologi, terutama dalam hubungannya dengan struktur, proses dan fungsi kelompok sebagaimana tercantum dalam bukunya yang berjudul The Human Group. Menurut pendapatnya analisis fungsionalisme struktural mempunyai manfaat untuk menemukan dan memberikan uraian, akan tetapi pendekatan tersebut tidak mampu menjelaskan. Selanjutnya, berhubung pendekatan fungsionalisme struktural itu tidak dapat menjelaskan berbagai macam hal maka menurut pendapatnya dianggap sebagai suatu kegagalan. <br />
Berhubung pendekatan fungsionalisme struktural dianggap gagal dalam memberikan fenomena-fenomena baru yang muncul dalam interaksi sosial di masyarakat maka ia berusaha menyempurnakannya dengan prinsip-prinsip pertukaran sosial. Berkenaan dengan hal tersebut maka ia tinggalkan pendekatan fungsionalisme struktural dan selanjutnya menyatakan tentang pentingnya pendekatan psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala sosial. Menurut pendapatnya dengan psikologi dapat dijelaskan mengenai faktor yang menghubungkan sebab dan akibat. Dalam hal yang menghubungkan antara sebab dan akibat hanya dapat dijelaskan oleh proposisi psikologi melalui pendekatan perilaku. Namun, pada mulanya ia juga menggunakan pendekatan ilmu ekonomi karena diasumsikan bahwa orang yang berperilaku itu memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Akan tetapi, ia juga berpendapat bahwa perilaku orang itu tidak semata-mata alasan ekonomi, melainkan juga karena adanya rasa kepuasan, harga diri dan persahabatan. <br />
Perlu diketahui bahwa George C. Homans menyatakan bahwa psikologi perilaku sebagaimana diajarkan oleh B.F. Skinner dapat menjelaskan pertukaran sosial. Adapun proposisi yang mampu memberikan penjelasan pertukaran sosial, yaitu (1) proposisi sukses, artinya semakin perilaku itu memperoleh ganjaran, semakin orang melaksanakan perilaku tersebut; (2) proposisi stimulus, artinya apabila stimulus menyebabkan adanya ganjaran maka pada kesempatan yang lain orang akan melakukan tindakan apabila ada stimulus yang serupa; (3) proposisi nilai, artinya semakin tinggi nilai suatu tindakan maka semakin senang orang melaksanakan; (4) proposisi deprivasi satiasi, artinya semakin orang memperoleh ganjaran tertentu maka semakin berkurang nilai itu bagai orang yang bersangkutan; (5) proposisi restu-agresi, artinya ganjaran yang tidak seperti yang diharapkan maka akan menyebabkan marah dan kecewa serta dapat menyebabkan perilaku yang agresif. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Pendekatan Pertukaran Perilaku</b></span><br />
<b></b>George C. Homans dan Peter M. Blau adalah tokoh dari Teori Pertukaran sosial. Namun, tidak seperti George C. Homans yang membatasi analisisnya pada jenjang sosiologi mikro, Peter M. Blau berupaya menjembatani pada jenjang sosiologi makro dan mikro dari jenjang analisis sosiologi. Perlu diketahui bahwa baik C. Homans maupun Peter M. Blau menilai analisisnya pada proses interaksi, namun Peter M. Blau melanjutkan analisisnya dengan membahas struktur yang lebih besar. Dalam hal ini, Peter M. Blau menunjukkan bahwa dalam proses pertukaran dasar menghadirkan fenomena yang berupa struktur sosial yang lebih kompleks. Dalam teori pertukaran sosial menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik yang berupa ganjaran materiil, misal yang berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian. <br />
Selanjutnya untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi. Syarat itu adalah (1) suatu perilaku atau tindakan harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat tercapai lewat interaksi dengan orang lain; (2) suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud. Adapun tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran atau penghargaan intrinsik yakni berupa pujian, kasih sayang, kehormatan dan lain-lainnya atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa. <br />
Harapan-harapan yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial menurut Peter M. Blau, yaitu (a) ganjaran atau penghargaan; (b) lahirnya diferensiasi kekuasaan; (c) kekuasaan dalam kelompok; dan (d) keabsahan kekuasaan dalam kelompok. <br />
Untuk jelasnya dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu didasarkan pada ganjaran atau penghargaan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Peter M. Blau berpendapat bahwa (1) individu-individu dalam kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan (2) tidak semua transaksi sosial bersifat simetris yang didasarkan pada pertukaran sosial yang seimbang. <br />
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain. <br />
Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai ketergantungan. <br />
Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada. <br />
Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 7: Interaksionisme Simbolik William James dan Charles Horton Cooley serta John Dewey</span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">* Interaksionisme Simbolik menurut William James</span> </b><br />
Teori interaksionisme yang dikemukakan oleh William James dilandasi oleh aliran Pragmatisme. Ia berpendapat bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan akibatnya yang bermanfaat secara praktis. <br />
Adapun mengenai pandangan William James dapat dirangkum dalam suatu uraian sebagai, berikut. <br />
<ol><li>Manusia dapat memperoleh sendiri sebagian apa yang diperlukan oleh pengalaman kita yang sesuai dengan yang dikehendaki karena sebagai bagian dari dunia adalah hasil dari perbuatan manusia itu sendiri. </li>
<li>Agama merupakan suatu kepercayaan yang mampu memberikan kepuasan rohani, rasa aman, damai, dan rasa kasih sayang terhadap sesama. </li>
<li>Kebenaran gagasan-gagasan dan ucapan-ucapan tidaklah berada dalam kesesuaian antara gagasan-gagasan dan fakta-fakta yang dapat ditemukan secara objektif melainkan dalam kegunaan yang dimiliki gagasan-gagasan tersebut bagi tindakan; </li>
<li>Manusia mempunyai naluri-naluri meskipun naluri tersebut peranannya kurang penting. Adapun yang dianggap penting adalah kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan dalam interaksi dengan lingkungannya. </li>
<li>Dalam interaksi, manusia mengembangkan suatu "diri", dan tidak hanya terdapat satu diri saja melainkan lebih dan satu diri, yang dibedakan menjadi diri materiil dan diri sosial yang diberikan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang terus berinteraksi dengan seseorang. </li>
</ol>Perlu diketahui bahwa William James terkenal karena meneruskan dan mengembangkan konsep dan (self). Selain itu, ia juga berpendapat, bahwa perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri seseorang muncul dari interaksinya dengan orang lain. <br />
<span style="color: blue;"><b><br />
* Interaksionisme menurut Charles Horton Cooley</b></span> <b></b><br />
Menurut Charles Horton Cooley hidup ini tidak ada perbedaan secara biologis antara manusia satu dengan yang lain. Individu dengan masyarakat terjalin suatu hubungan yang organis sehingga antara individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, dan antara individu dan masyarakat ada saling ketergantungan secara organis. <br />
Konsep diri menurut Charles Horton Cooley disebut looking glass self karena dalam setiap interaksi sosial, seseorang yang terlibat merupakan cerminan dan yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri. Analisisnya mengenai pertumbuhan sosial individu, ia mengembangkan "diri sosial" menurut William James. <br />
Dalam looking glass self ada tiga unsur yang dapat dibedakan, yaitu (1) bayangan mengenai orang-orang lain melihat kita; (2) bayangan mengenai pendapat yang dipunyai orang tentang kita, dan (3) rasa diri yang dapat berarti positif atau negatif. <br />
Tingkah laku orang seolah-olah merupakan cermin bagi imajinasi pribadi tertentu yang mempunyai tiga elemen, yaitu (1) imajinasi tentang bagaimana seseorang tampil; (2) imajinasi tentang bagaimana orang lain menilai terhadap penampilan itu; dan (3) reaksi-reaksi emosional terhadap penilaian orang lain. <br />
Menurut Charles Horton Cooley konsep diri dibentuk oleh apa yang dinamakan kelompok primer. Dalam kelompok ini terdapat hubungan yang bersifat muka berhadapan dengan muka atau "wawanmuka" dan di sinilah terbentuknya watak manusia. Hubungan antara anggota sangat erat. Dalam anggota saling membaur sehingga tujuan yang akan dicapai akan ada kesamaan. <br />
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya hubungan yang mesra, yaitu (1) adanya rasa solidaritas yang tinggi di antara para anggatanya dan mereka merasa membutuhkan kepentingan yang sama; dan (2) ada perasaan senasib dan sepenanggungan karena merasa mempunyai latar belakang sejarah yang sama. <br />
Syarat yang harus dimiliki kelompok primer, yaitu (1) para anggota kelompok secara baik berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya; (2) jumlah anggota sedikit dan (3) hubungan antara anggota kelompok bersifat langsung. <br />
Menurut Samuel Stouffen fungsi kelompok primer, yaitu membantu individu dalam perkembangan dan pendewasaannya mempunyai sifat; (1) memberi bantuan motivasi dan landasan kuat kepada anggota; (2) kelompok mempunyai nilai praktikal untuk individu; dan (3) loyalitas dapat menyebabkan adanya hubungan erat dan bantuan dalam ikatan kelompok. Sementara keuntungan bagi kelompok primer, yaitu (1) menunjang sifat-sifat baik manusia dan menghindari sifat-sifat lemahnya, dan memberikan kekuatan batin serta dorongan kepada individu; (2) mempertebal ketergantungan individu dari kelompoknya; (3) menyerap individu dan kepribadiannya dalam kehidupan yang bersifat kolektif; dan (4) memperlihatkan reaksi yang didasarkan pada perasaan. Adapun jasa yang pokok dari kelompok primer, yaitu (1) memenuhi kepentingan naluriah manusia; (2) memberi rasa aman kepadanya dan (3) memberi perlindungan dan memungkinkan pembentukan kepribadian individu. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Interaksionisme Simbolik menurut John Dewey</b></span><b></b><br />
John Dewey adalah seorang pragmatisme ia menyebut sistem pemikirannya dengan istilah instrumentalisme, yaitu suatu upaya untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, pengumpulan-pengumpulan dalam bentuk-nya yang bermacam-macam. <br />
Menurut John Dewey pemikiran manusia bertolak dari pengalaman-pengalaman, dan penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, sedang makna yang terkandung dalam pikiran manusia itu senantiasa berada dalam interaksi yang bersifat dialektik, baik dengan pengalaman maupun dengan tindakan manusia. <br />
Instrumentalisme menekankan pada kemajuan, pandangan ke depan dan usaha-usaha manusia, serta menekankan pada hasil-hasil atau akibat-akibat, dalam hal ini akibat tersebut sesuatu yang memuaskan. Adapun yang disebut memuaskan adalah: <br />
<ol><li>sesuatu itu benar apabila memuaskan keinginan dan tujuan manusia, </li>
<li>sesuatu itu dianggap benar apabila dapat dibuat eksperimen dan dapat dibuktikan kebenarannya, serta </li>
<li>sesuatu itu benar apabila membantu perjuangan makhluk untuk mempertahankan kebenarannya. </li>
</ol>Pandangan John Dewey menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berarti semua tindakannya diberi cap masyarakatnya. Sumbangan John Dewey terletak pada pandangannya bahwa pikiran (mind) seseorang berkembang dalam rangka untuk menyesuaikan dan dengan lingkungan. <br />
Pandangannya mengenai pendidikan ia menganggap ilmu mendidik tidak dapat dipisahkan dengan filsafat. Menurutnya filsafat adalah teori umum dari pendidikan. Maksud dan tujuan sekolah untuk mem-bangkitkan sikap hidup demokratis dan mengembangkannya. <br />
Dalam filsafat pendidikan dikenal aliran progresivisme. Aliran ini menentang sistem pendidikan yang otoriter dan absolut. Adapun ciri-ciri sistem pendidikan Progresivisme, yaitu: <br />
<ol><li>pendidikan harus bersifat aktif dan dikaitkan dengan minat serta kepentingan anak; </li>
<li>anak didik harus diberi latihan-latihan untuk memecahkan persoalan-persoalan; </li>
<li>pendidikan adalah pembudayaan hidup itu sendiri dan bukan mempersiapkan untuk dapat hidup. Peranan guru dalam pendidikan adalah membimbing dan memberi nasihat kepada anak didik dalam memecahkan persoalan, </li>
<li>sekolah merupakan tempat untuk melatih kerja sama dengan orang lain; </li>
<li>pendidikan harus bersifat demokratis. </li>
</ol>Pendapatnya mengenai pengetahuan dinyatakan bahwa fakta, dan arti dari sesuatu dapat dianggap baik atau tidak baik dengan mencari sampai seberapa jauh watak operasionalnya. Pendapatnya mengenai nilai berkembang secara kontinu karena adanya saling pengaruh-mempengaruhi antara pengalaman baru di antara individu-individu dengan nilai-nilai yang telah tersimpan dalam kebudayaan. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 8: Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead </span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead</span> </b><br />
Pemikiran-pernikiran Geroge Herbert Mead mula-mula dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang paling rasional dan memiliki kesadaran akan dirinya. <br />
Di samping itu, George Herbert Mead juga menerima pandangan Darwin yang menyatakan bahwa dorongan biologis memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakan manusia, dan dorongan-dorongan tersebut mempunyai sifat sosial. Di samping itu, George Herbert Mead juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah merupakan ekspresi dari perasaan George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh idealisme Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan dengan ini, George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang. <br />
Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan terjadi pemikiran (mind). <br />
Manusia mampu membayangkan dirinya secara sadar tindakannya dari kacamata orang lain; hal ini menyebabkan manusia dapat membentuk perilakunya secara sengaja dengan maksud menghadirkan respon tertentu dari pihak lain. <br />
Tertib masyarakat didasarkan pada komunikasi dan ini terjadi dengan menggunakan simbol-simbol. Proses komunikasi itu mempunyai implikasi pada suatu proses pengambilan peran (role taking). Komunikasi dengan dirinya sendiri merupakan suatu bentuk pemikiran (mind), yang pada hakikatnya merupakan kemampuan khas manusia. <br />
Konsep diri menurut George Herbert Mead, pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini berhubungan. Pendapat Goerge Herbert Mead tentang pikiran, menyatakan bahwa pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan antara "aku" dengan "yang lain" di dalam aku. Untuk itu, dalam pikiran saya memberi tanggapan kepada diri saya atas cara mereka akan memberi tanggapan kepada saya. <br />
"Kedirian" (diri) diartikan sebagai suatu konsepsi individu terhadap dirinya sendiri dan konsepsi orang lain terhadap dirinya Konsep tentang "diri" dinyatakan bahwa individu adalah subjek yang berperilaku dengan demikian maka dalam "diri" itu tidaklah semata-mata pada anggapan orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan definisi-definisi orang lain saja. Menurut pendapatnya diri sebagai subjek yang bertindak ditunjukkan dengan konsep "I" dan diri sebagai objek ditunjuk dengan konsep "me" dan Mead telah menyadari determinisme soal ini. Ia bermaksud menetralisasi suatu keberatsebelahan dengan membedakan di dalam "diri" antara dua unsur konstitutifis yang satu disebut "me" atau "daku" yang lain "I" atau "aku". Me adalah unsur sosial yang mencakup generalized other. Teori George Herbert Mead tentang konsep diri yang terbentuk dari dua unsur, yaitu "I" (aku) dan "me" (daku) itu sangat rumit dan sulit untuk di pahami. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Perkembangan Konsep Diri dan Pengambilan Peran serta Organisasi Sosial</b></span> <b><br />
</b>Konsep diri George Herbert Mead menekankan bahwa tahap-tahap yang dilalui anak-anak itu secara bertahap mereka memperoleh konsep diri yang menghubungkan anak-anak dengan kehidupan sosial yang sedang berlangsung dalam keluarga dan kelompok- kelompok yang lain. Identitas anak akan selalu bertambah apabila anak sudah mulai bermain dengan rekan-rekannya. Pengembangan identitas sosial harus dicapai lewat proses belajar bermasyarakat dan proses ini disebut sosialisasi. <br />
Menurut Soejono Dirdjosisworo sosialisasi mengandung tiga pengertian dan menurut Kamanto Sunarto dinyatakan bahwa salah satu teori peranan yang dikaitkan dengan sosialisasi, yaitu teori yang dikemukakan oleh George Herbert Mead. George Herbert Mead menguraikan mengenai tahap-tahap pengembangan diri (self) manusia, yaitu (1) tahap play-stage (tahap bermain), (2) tahap game-stage (tahap permainan), dan (3) generalized other (orang lain yang digeneralisasikan). Pada tahap ini seseorang dianggap telah mampu mengambil peranan-peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Apabila seseorang anak berhasil mengambil peranan orang lain yang digeneralisasikan itu maka "diri"nya akan dapat mencapai perkembangan penuh, dan kelakuan individu dikendalikan orang lain yang digeneralisasikan tersebut. Menurut George Herbert Mead sikap generalized other adalah sikap masyarakat. Proses sosial mempengaruhi perilaku individu yang terlibat di dalamnya dan menjalankan proses itu yaitu masyarakat mengontrol tingkah laku anggotanya. <br />
Teori Interaksionisme simbolik beranggapan bahwa kehidupan bermasyarakat terbentuk lewat proses interaksi dan komunikasi antarindividual dan antarkelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar. Konsep George Herbert Mead tentang masyarakat menekankan pada kekhususan model praxis manusia di mana dengan menjembatani interaksi manusia dengan alam dan interaksi manusia dengan manusia lain. <br />
Menurut George Herbert Mead sesungguhnya beberapa jenis aktivitas kerja sama telah menyebabkan adanya kedirian. Di sana terdapat penghilangan keorganisasian di mana organisasi itu bekerja sama, dan dengan jenis kerja sama ini maka isyarat individual akan menjadi stimulasi bagi dirinya sendiri dengan bentuk yang sama sebagaimana bentuk stimulus yang lain sehingga dengan demikian perbincangan isyarat dapat menghilangkan karakter individual, dan kondisi semacam itu diduga dalam pengembangan kedirian (self). <br />
Manusia secara aktif menentukan lingkungannya, dan sementara dalam waktu yang bersamaan lingkungannya juga menentukan manusia. Menurut George Herbert Mead yang lebih penting yaitu tidak ada bentuk organisasi sosial yang perlu dianggap sebagai sesuatu yang final. <br />
<hr /> <b><span style="color: red;">Bagian 9: William Issac Thomas dan Herbert Blumer</span></b><span style="color: blue;"><b> </b></span><br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*</b>William Issac Thomas</span> <b></b><br />
William Issac Thomas adalah tokoh Sosiologi Amerika yang terkenal sangat kontroversial, tetapi juga dianggap sebagai orang yang mempunyai pemikiran cemerlang pada masanya. Teoremanya yang sangat terkenal yang berbunyi 'if men define situations as real, they are real in their consequences', dianggap menawarkan pendekatan baru dalam memahami perilaku manusia dalam berinteraksi. Pendekatan yang ditawarkan adalah dalam rangka keluar dari pendekatan positivistik dan juga pendekatan yang sifatnya individualis dan subjektif ke dalam data-data yang sifatnya sosiologis di mana interpretasinya bersifat objektif. <br />
Karya Thomas sangat banyak, tetapi yang dianggap monumental adalah The Polish Peasant in Europe and America yang berisi penjelasan tentang masalah identitas etnik sehubungan dengan masalah perubahan sosial. Karya ini juga dianggap sebagai perbaikan atas karya pertamanya yang berjudul Sex and Society: Studies in the Social Psychology of Sex yang dianggap banyak mengandung bias biologi maupun bias psikologi. Selanjutnya, tulisannya yang berjudul The Unadjusted Girl yang membahas tentang 'definisi situasi' dianggap memberi sumbangan yang sangat penting dalam bidang teori terhadap perkembangan pendekatan interaksionisme simbolik. <br />
Berdasarkan teori 'definisi situasi', perilaku bukan hanya merupakan respon refleksif terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Perilaku merupakan buah dari proses definisi subjektif aktor terhadap stimulus tersebut. Di dalam proses definisi subjektif ini terkandung tahap pengujian dan pertimbangan atas stimulis yang datang dan respons yang akan dimunculkan. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Herbert Blumer</b></span> <b></b><br />
Herbert Blumer merupakan salah seorang tokoh teori interaksionisme simbolik yang mewakili aliran pragmatis. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh gurunya George Herbert Mead, tetapi pada akhirnya dia tetap mampu membangun teorinya sendiri. Dia termasuk orang yang sangat aktif, tidak saja hanya dalam kegiatan-kegiatan akademik melainkan juga dalam urusan-urusan administrasi di universitas tempatnya mengajar. <br />
Herbert Blumer termasuk sangat produktif, terbukti dengan banyak hasil karyanya baik yang berupa buku maupun artikel. Simbolic Interactionism: Perspective and Method yang ditulisnya tahun 1969 sampai saat ini tetap menjadi acuan bagi kajian-kajian interaksionisme simbolik. Dalam bukunya ini, Blumer menekankan tentang pentingnya kesadaran aktor dan bagaimana aktor tersebut mendefinisikan situasinya dan bertindak berdasarkan rasa kepemilikan terhadap dirinya sendiri. <br />
Interaksionisme simbolik itu sendiri menurut Blumer bertumpu pada tiga premis, yaitu sebagai berikut. <br />
<ol><li>Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka; </li>
<li>Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain; </li>
<li>Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. </li>
</ol>Dalam bentuk ketiga premis tersebut sebenarnya terletak bangunan dari ide dasar pemikiran Blumer, yaitu apa yang disebutnya 'root images'. Images ini merupakan dasar dari cara pandang interaksionisme simbolik tentang tingkah laku manusia dan masyarakat manusia, serta kerangka dari pembentukan teori interaksionisme dan interpretasi.<br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 10: Teori Interaksionisme Simbolik Erving Goffman dan Peter L. Berger</span></b><br />
<b><span style="color: red;"> </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Teori Interaksionisme Simbolik Erving Goffman</span> </b><br />
Interaksionisme simbolik pada hakikatnya (lebih) merupakan bagian dari psikologi sosial yang menyoroti interaksi antar-individu dengan menggunakan simbol-simbol. Konsep interaksionisme simbolik Erving Goffman juga menyoroti masalah-masalah yang berhubungan dengan interaksi antara orang-orang yang juga melibatkan simbol-simbol dan penafsiran-penafsiran di mana peranan antara the self dan the other mendapat porsi perhatian yang sama dalam koteks interaksi dimaksud. Interaksionisme simbolik Erving Goffman memang selalu mengacu kepada konsep-konsep 'impression management', role distance, dan secondary adjustment di mana ketiganya bertumpu pada konsep dan peranan the self dan the other tadi. Selain itu, Goffman juga menyoroti masalah face-to-face interaction, yaitu interaksi atau hubungan tatap muka yang menjadi dasar pendekatan mikrososiologi dalam analisis sosiologisnya. <br />
Inti dari ajaran Goffman adalah apa yang disebut dengan dramaturgy. Dramaturgy yang dimaksud Goffman adalah situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai ilustrasi yang diberikan Goffman untuk menggambarkan orang-orang dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi dan hubungannya dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan. Seperti layaknya sebuah panggung maka ada bagian yang disebut frontstage (panggung bagian depan) dan backstage (panggung bagian belakang) di mana keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Betapa penting peranan dan fungsi backstage terhadap keberhasilan penampilan di frontstage, kajian-kajian terhadap hal-hal yang berada di luar perhitungan benar-benar bertumpu pada sumber daya-sumber daya yang ada pada kedua bagian tersebut. Di samping itu, konsep dramaturgy Goffman juga dipakai oleh beberapa ahli sosiologi seperti Kennen dan Collins dalam melakukan studi yang menyangkut interaksi antara orang-orang yang menjadi kajian mereka. <br />
Interaction Order adalah artikel 'penutup' dari seluruh karya-karya Goffman sebelum ia wafat tahun 1982. Dalam tulisannya ini, Goffman secara konsisten tetap menyoroti masalah interaksi tatap muka yang ordonya dimulai dari skala yang terkecil atau terendah menuju skala terbesar atau tertinggi, yaitu yang terdiri dari persons, contact, encounters, platform performances, dan celebrations. Meskipun hampir sebagian besar analisis Goffman tidak menyertakan konsep penting interaksionisme simbolik, yaitu self interaction, namun bagi Goffman, seorang aktor yang berada 'di atas panggung' itu harus mampu menafsirkan, memetakan, mengevaluasi, dan mengambil tindakan sehingga atas dasar kemampuannya itu manusia dikategorikan sebagai makhluk yang aktif. Bagi Goffman, sebagai makhluk yang aktif, manusia itu justru harus mampu untuk memanipulasi situasi yang dihadapinya. Hal inilah yang mendasari pandang Goffman bahwa seorang sosiolog harus mampu melakukan analisis secara mandiri atas kondisi-kondisi sosial yang dihadapinya.<span style="color: blue;"><b> </b></span><br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Teori Interaksionisme Peter L. Berger</b></span> <b></b><br />
Peter L. Berger sebenarnya bukanlah tokoh interaksionisme simbolik murni. Ajarannya memang lebih condong ke arah fenomenologi meskipun di dalamnya, konsep-konsep dramaturgi, realitas sosial, dan hubungan tatap muka (face-to-face interaction) masih menjadi sorotannya di mana hal ini konsisten dengan konsep-konsep yang menjadi dasar acuan di dalam interaksionisme simbolik. <br />
Dramaturgi Berger memang 'agak sedikit' berbeda dengan miliknya Goffman. Para pelaku atau aktor di dalam dramaturgi Berger 'menciptakan' dan 'mengembangkan' sendiri skrip atau jalan cerita yang akan 'dimainkannya', sedangkan pada dramaturginya Goffman para pelaku atau aktor itu 'hanya' tinggal menjalankan atau memainkan skrip (jalan cerita), di mana skrip itu 'ditulis' dan 'dikembangkan' oleh orang lain. Realitas sosial bagi Berger haruslah terdiri dari unsur-unsur subjektif dan objektif di mana keseimbangan kedua unsur itu harus tercipta demi keseimbangan realitas sosial itu sendiri. Seperti halnya Goffman, Berger juga menerapkan konsep hubungan antarmanusia yang disebutnya sebagai hubungan inter subjektif. Bagi Berger, face-to-face interaction atau hubungan tatap muka merupakan hubungan manusia yang sesungguhnya. Pemikiran Berger (juga Luckman) mengacu kepada realitas subjektif dan objektif yang keduanya itu dijadikan kerangka pemikiran untuk melakukan pendekatan secara mikrososiologis. <br />
Proses dialektik, bagi Berger dan Luckman, adalah moments yang diawali dengan externalization atau eksternalisasi, kemudian proses itu menjadi objektivation atau objektivasi, dan diakhiri dengan internalization atau internalisasi. Ada dua hal penting dalam proses eksternalisasi, yaitu penciptaan suatu realitas yang baru serta pemeliharaan atau pembaharuan kembali realitas yang sudah ada, sedangkan objektivasi maksudnya adalah suatu proses di mana orang-orang itu dapat menangkap dan memahami realitas. Di sini peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan alat untuk memahami realitas sosial. Sedangkan internalisasi artinya (proses) melihat setiap orang sebagaimana adanya, sebagai orang itu sendiri. Di dalam internalisasi ini sesungguhnya terdapat proses reifikasi yang secara konseptual memiliki makna a dehumanized world artinya dunia yang (sudah) dimanusiawikan. <br />
<hr /><b><span style="color: red;">Bagian 11: Postmodernisme</span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Dari Modernisme ke Postmodernisme</span> </b><br />
Postmodernisme lahir sebagai gugatan atau penolakan terhadap modernisme. Postmodernisme menganggap modernisme gagal mewujudkan pencerahan umat manusia. Rasio yang didewakan oleh kalangan modernisme sebagai subjek yang menentukan dalam upaya menyejahterakan umat manusia ternyata tidak menghasilkan seperti yang diharapkan. Modernisme telah melahirkan ketimpangan dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan teori-teori besarnya, modernisme memang telah mampu menciptakan kesejahteraan sebagian umat manusia, tetapi modernisme ternyata juga memiskinkan sebagian besar umat manusia yang lain. Modernisme telah menyebabkan manusia kehilangan harkat kemanusiaannya secara utuh. Semua itu menjadi sumber gugatan postmodernisme terhadap modernisme. Karena penggugatan tersebut maka ada pula yang menyebut post- modernisme dengan dekonstruksi, yang sebenarnya merupakan sifat dari postmodernisme. <br />
Paling tidak ada lima alasan penggugatan postmodernisme terhadap modernisme. Pertama, modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana dicita-citakan para pendukungnya. Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan. Ketiga, terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Keempat, Keyakinan bahwa ilmu pengetahuan modern mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi manusia ternyata keliru dengan munculnya berbagai patologi sosial. Kelima, ilmu pengetahuan modern kurang memperhatikan dimensi mistik dan metafisik manusia karena terlalu memperhatikan atribut fisik individu. <br />
Sifat lain postmodernisme selain penggugatan adalah bersifat bebas, lokal, penolakan terhadap universalisme, dan penolakan terhadap kontinuitas. Wacana pemikiran postmodernisme kini telah merambah ke berbagai disiplin ilmu. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Postmodernisme dalam Sosiologi</b></span> <b></b><br />
Perkembangan pemikiran postmodernisme banyak mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi sebagai ilmu sosial yang banyak menghasilkan teori-teori sosial besar Untuk menghadapi masalah itu, ada yang berpendapat sebaiknya sosiolog melepaskan daya tarik sosiologi postmodern dan bekerja keras lewat perbincangan sosiologis tentang postmodernisme. Hal itu perlu dilakukan mengingat sosiologi postmodern mengandung risiko adanya kontradiksi dalam istilah-istilahnya, terutama jika kita memahami sosiologi sebagai ilmu sosial yang sistematis dan menghasilkan dalil-dalil umum. Akar pemikiran mengenai postmodernisme bersumber mulai dari pemikiran modernisme Weber, teori kelas Marxis yang disebut dengan strukturalis, dilanjutkan oleh Teori Kritis mazhab Frankfurt yang juga dikenal dengan Teori Kritik Ideologi, kemudian terakhir pemikiran Foucault yang lebih dikenal sebagai poststrukturalis. <br />
Dalam masyarakat postmodern dapat dilihat dari perubahan perilaku ekonomi dari masyarakat yang mengutamakan asas manfaat menjadi masyarakat yang lebih mengutamakan simbol atau tanda. Suatu benda dimiliki bukan karena benda itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi lebih karena benda tersebut melambangkan simbol, tanda, dan status tertentu. Karena lebih mengutamakan simbol maka masyarakat postmodern lebih mengagungkan citra. Citra yang sebenarnya merupakan realitas semu dianggap seolah-olah realitas yang sebenarnya yang ditampilkan melalui iklan dan tontonan. Karena itu, masyarakat postmodernisme juga disebut masyarakat hiperrealis dan masyarakat konsumer. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Tokoh-tokoh Postmodernisme</b></span> <b></b><br />
Postmodernisme lahir dari pergolakan pemikiran para ahli dengan latar belakang berbeda sehingga menghasilkan berbagai ragam pemikiran, dengan gaya dan bahasa yang berbeda. Hal itu sesuai dengan prinsip dasar postmodernisme yang menolak penyeragaman. Kita akan mengalami kesulitan untuk mencapai kesimpulan tunggal tentang postmodernisme dan tatanan masyarakat yang digambarkannya. Derrida menekankan penolakan terhadap kebenaran tunggal; dan dalil-dalil umum ilmu pengetahuan dengan cara mendekonstruksi bangunan pemikiran modernisme. Foucault menyoroti banyak aspek tentang masyarakat postmodern. Ia menolak pandangan tentang kekuasaan yang sentralistik. Ia berpendapat kekuasaan tidak berada di tangan orang yang berkuasa, tetapi menyebar dan ada di mana-mana. Kekuasaan melekat dalam ilmu pengetahuan. Sementara itu Baudrillard menyoroti perkembangan budaya dan perilaku ekonomi dari masyarakat modern kapitalis yang lebih mengutamakan nilai produksi dan nilai guna ke masyarakat postmodernisme yang lebih menekankan nilai simbol. Seperti halnya Derrida, Lyotard menolak kebenaran tunggal ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa sekarang ini, tidak mungkin ada penjelasan tunggal atau ganda tentang ilmu pengetahuan. Legitimasi kebenaran ilmu pengetahuan tidak dapat bersandar pada satu narasi besar sehingga menurut Lyotard ilmu pengetahuan saat sekarang ini lebih baik dipahami dalam pengertian teori permainan bahasa. <br />
Pemikiran postmodernisme akan terus bebas berkembang. Ia akan mengalir dalam diskusi yang tanpa henti.. <br />
<b><span style="color: red;">Bagian </span><span style="color: red;">12: Teori Feminisme Kontemporer </span> </b><br />
<b><span style="color: blue;">*Teori Sosiologi Gender</span> </b><br />
Konsep sex (jenis kelamin) dan gender masih sering dipahami secara rancu dalam masyarakat. Konsep gender yang sebenarnya merupakan peran dan perilaku laki-laki dan perempuan sesuai dengan pengharapan sosial, sering kali dianggap sebagai ketentuan atau kodrat yang tak dapat diubah. Hal tersebut menjadi masalah karena kekeliruan tersebut menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. <br />
Dalam membahas gender, sosiologi melihat dari teori makro (fungsional struktural, konflik, dan sistem dunia) dan mikro (interaksionisme simbolik dan etnometodologi). Sesuai dengan prinsip konsensus dan keharmonisan yang dianut, struktural fungsional menganggap pembagian kerja antara suami dan istri dalam keluarga dianggap pengaturan yang paling sesuai, agar dalam kehidupan berkeluarga laki-laki dan perempuan dapat saling melengkapi. Sebaliknya, teori konflik menganggap bahwa dalam kehidupan keluarga, istri atau perempuan dalam posisi yang tertindas dalam kaitannya dengan fungsi ekonomi, seksual, dan pemilikan properti. Janet Chafetz menganalisis bahwa perempuan menduduki posisi yang rendah dalam masyarakat, yang ia sebut dalam stratifikasi jenis kelamin. Sedangkan teori sistem dunia yang selama ini hanya memperhitungkan kapitalisme dari pekerjaan ekonomi publik, dianggap telah mengurangi kontribusi perempuan di bidang produksi ekonomi karena mengabaikan pekerjaan perempuan dalam rumah tangga. <br />
Dari teori mikro sosial gender, interaksionisme simbolik mengidentifikasi bahwa individu berusaha memelihara identitas gendernya di berbagai situasi serta memahami bagaimana arti menjadi perempuan atau laki-laki. Sementara itu, etnometodologi menganggap bahwa identitas gender individu diperoleh melalui interaksi dalam berbagai situasi. Dengan demikian, melalui budaya yang berbeda individu akan mengidentifikasi peran gendernya secara berbeda sesuai dengan situasi sosial. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>*Teori Feminisme Kontemporer</b></span><b></b><br />
Masalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat telah menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan masyarakat. Perbedaan sosial budaya yang melatarbelakangi ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender di berbagai tempat telah sejak lama diamati dan dianalisis menjadi teori-teori feminisme yang beragam. Teori ketidaksetaraan gender mencakup teori feminisme liberal dan feminisme Marxist. <br />
Feminisme liberal memfokuskan perhatiannya pada ketidaksetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Diskriminasi gender berupa pemisahan domain privat dan publik, pengutamaan laki-laki dibanding perempuan, menurut feminis ini menyebabkan terbatasnya gerak perempuan sehingga peranan perempuan menjadi mengecil, sedangkan feminisme Marxist menganggap bahwa akar dari ketidaksetaraan perempuan adalah sistem kelas dalam masyarakat kapitalis. Perempuan tidak hanya mengalami ketidakadilan di antara kelas sosial, tetapi di dalam kelas sosialnya sendiri mereka merupakan subordinasi dari laki-laki. <br />
Termasuk dalam teori penindasan gender adalah feminisme psikoanalis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Feminisme psikoanalitis berpandangan bahwa ketidakadilan yang dialami oleh perempuan adalah akibat dari sistem patriarki di mana maskulinitas dianggap lebih baik daripada femininitas. Sementara itu, feminisme radikal berpendapat sistem patriarki merupakan bentuk praktik kekerasan dan penindasan oleh laki-laki dan organisasi yang dikuasai laki-laki terhadap perempuan. Penindasan tersebut dalam bentuk kekerasan fisik dan non-fisik. Penindasan menurut feminisme radikal adalah akibat dari perbedaan biologis, dan basis dari subordinasi adalah institusi keluarga. Penindasan tersebut membentuk hubungan dominasi laki-laki terhadap perempuan. <br />
Pembentukan persaudaraan perempuan dan hubungan homoseksual adalah beberapa cara yang disarankan oleh feminis radikal untuk menghapuskan penindasan gender. Sedangkan feminisme sosialis menganggap bahwa penyebab penindasan perempuan adalah ketergantungan ekonomi perempuan terhadap laki-laki. Dalam keluarga, suami tidak hanya menjadi pemilik properti keluarga, tetapi juga sebagai pemilik istri. Istri tidak lebih dari properti. Kedudukan perempuan yang inferior terhadap kedudukan laki-laki ini terkait dan menentukan kedudukan perempuan dalam sistem kelas keluarga dan kapitalisme. <br />
Teori feminisme lain yang telah dikembangkan antara lain adalah feminisme postmodern, feminisme multikultural/global, serta ekofeminisme. Ekofeminisme memi-liki pandangan yang berbeda dengan aliran feminisme lain, di mana teori ini justru mengajak manusia untuk mengembalikan dan menambah kualitas feminin pada kegiatan manusia dalam pembangunan. Tujuan ekofeminisme ini adalah menumbuhkan rasa cinta kelembutan, keibuan, dan pengasuhan kepada dunia, yang dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia yang terlalu maskulin. </div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-71312724126380708352011-03-22T07:34:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.101+07:00Pengantar antropologi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmamien%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Ruang Lingkup dan Perkembangan Antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari umat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">manusia (anthropos). Secara etimologi, antropologi berasal dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kata anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan kebudayaannya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">setelah diselenggarakannya simposium International<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Symposium on Anthropologi pada tahun 1951, yang dihadiri oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ero-Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini menghasilkan buku<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi berjudul “Anthropology Today” yang di redaksi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Today” yang di redaksi oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(1956). Setelah simposium ini, di beberapa wilayah berkembang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pemikiran-pemikiran antropologi yang bersifat teoritis,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tataran fungsi praktisnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ke dalam 5 fase yaitu fase pertama bercirikan adanya bahan-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para musafir,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua, sampai fase<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">keempat merupakan kelanjutannya di mana antropologi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">semakin berkembang baik mencangkup teori maupun metode<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menunjukkan perkembangan antropologi setelah tahun 1970-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">an.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut Kontjaraningrat, antropologi di Indonesia hampir tidak<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terikat oleh tradisi antropologi manapun dan belum mempunyai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tradisi yang kuat. Oleh karena itu seleksi dan kombinasi dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">beberapa unsur atau aliran dapat dipilih sesuai dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebutuhan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Cabang Ilmu Antropologi dan Hubungannya dengan Ilmu Sosial<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lainnya<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ruang lingkup dan kajian antropologi memfokuskan kepada lima<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masalah di bawah ini, yaitu:<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">segi biologi;<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">segi ciri-ciri fisiknya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">beragam kebudayaan di dunia;<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berbagai macam bahasa di seluruh dunia;<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berdasarkan penggolongan masalah tersebut, ilmu antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terbagi ke dalam 5 cabang ilmu yaitu:<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Paleoantropologi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Antropologi Fisik<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Keduanya lebih dikenal sebagai Antropologi Fisik dalam arti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“luas”<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Prasejarah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Etnolinguistik<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Etnologi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ketiga terakhir secara luas dikenal dengan sebutan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Antropologi Budaya atau Antropologi Sosial.<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Spesialisasi yang terjadi pada bidang antropologi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">memungkinkan terjadinya kerja sama antarbidang ilmu, yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi dan bidang lain. Sosiologi menjadi salah satu bidang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ilmu yang paling erat dengan antropologi karena dianggap<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">banyak persamaannya. Di beberapa universitas kedua ilmu itu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">telah dilebur menjadi satu jurusan saja yaitu jurusan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi-sosiologi atau sosiologi-antropologi. Keterkaitan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antara antropologi dengan beberapa bidang ilmu lainnya, di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antaranya adalah dengan ilmu administrasi, Ilmu Politik, Ilmu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sejarah, dan psikologi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Teori Evolusi Dan Perkembangannya<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Teori Evolusi dan Antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Disiplin ilmu antropologi memperoleh tempat sebagai salah satu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ilmu pengetahuan setelah menerapkan teori, konsep, dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">metode sebagaimana yang dikembangkan oleh ilmu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pengetahuan alam. Salah satu teori yang dipinjam adalah teori<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">evolusi dari disiplin ilmu biologi. Pemikiran evolusionisme Darwin<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menyatakan bahwa semua bentuk kehidupan dan jenis-jenis<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">makhluk hidup yang ada di muka bumi ini mengalami proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">evolusi. Pemikiran evolusi ini diterapkan untuk mendeskripsikan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan menganalisis proses-proses evolusi sosial budaya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat. Salah satunya adalah pemikiran Herbert Spencer,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">salah seorang tokoh evolusionis, yang berpendapat bahwa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perkembangan masyarakat dan kebudayaan tiap-tiap bangsa di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dunia telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(evolusi universal).<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Teori Evolusi dan Antropologi Masa Kini<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemikiran evolusi multi-linear muncul dilatarbelakangi oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kenyataan bahwa pemikiran evolusi unilinear, ketika<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dihadapkan pada bahan-bahan etnografi yang ada, pada kasus-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kasus tertentu ternyata tidak berlaku universal. Sehubungan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dengan fakta ini maka dikembangkanlah konsep inti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan untuk menjelaskan garis-garis spesifik<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perkembangan dalam masyarakat atau kelompok masyarakat.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pokok pikiran dari teori evolusi multi-linear adalah bahwa bagi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan yang memiliki inti kebudayaan yang kurang lebih<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sama akan berevolusi mengikuti suatu rangkaian evolusi yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sama meskipun berbeda dalam detil spesifiknya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat dan kebudayaan manusia di seluruh belahan dunia,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal adanya teori<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">difusi. Menurut pemikiran difusionisme, kebudayaan manusia itu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pangkalnya adalah satu dan di suatu tempat tertentu, yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pada waktu manusia baru saja muncul di dunia. Kemudian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan induk tersebut berkembang dan menyebar ke<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam banyak kebudayaan baru dikarenakan pengaruh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lingkungan hidup, alam, dan waktu.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemikiran darwinisme dan pemikiran evolusionisme pada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">akhirnya mengalami perkembangan yang memunculkan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pemikiran neo-darwinisme dan neo-evolusionisme. Neo-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">darwinisme berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">manusia adalah perpanjangan (berasal) dari makhluk hewan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang berwujud manusia – yang berevolusi. Sementara itu di lain<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pihak neo-evolusionisme berpendapat bahwa evolusi tidak<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">harus selalu diartikan atau disamakan dengan kemajuan, seperti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dari kondisi sederhana menjadi kompleks. Perbedaan kedua<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pemikiran ini menunjukkan apa sesungguhnya manusia, dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perbedaannya dengan makhluk yang lainnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Teori Strukturalisme Dan Perkembangannya<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Fungsionalisme dan Struktural-Fungsionalisme<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam menganalisis masyarakat dan kebudayaan umat manusia,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">fungsionalisme dan struktural fungsionalisme. Pendekatan ini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">muncul didasari oleh pemikiran bahwa manusia sepanjang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hayatnya dipengaruhi oleh pemikiran dan tindakan orang lain di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sekitarnya, sehingga manusia tidak pernah seratus persen<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menentukan pilihan tindakan, sikap, atau perilaku tanpa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mempertimbangkan orang lain.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Teori fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang banyak mendapat pengaruh dari ilmu psikologi. Dia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mengembangkan teori fungsi kebudayaan, melalui kajiannnya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang sangat terkenal yaitu sistem kula pada masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Trobiand. Berdasarkan kajiannya dia menyimpulkan bahwa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">setiap unsur kebudayaan mempunyai fungsi sosial terhadap<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">unsur-unsur kebudayaan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Di lain pihak, Radcliffe-Brown dalam mengkaji gejala sosial yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ada di masyarakat menawarkan konsep struktur sosial.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurutnya masyarakat adalah sistem sosial yang mempunyai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">struktur seperti halnya molekul atau organisma. Kajian yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menggunakan konsep struktur sosial ini juga dilakukan oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Raymond Firth, Evans-Pritchard, dan Fortes.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Strukturalisme: Kritik dan Perkembangannya<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Claude Levi Strauss adalah tokoh dari teori strukturalisme.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sumbangan yang paling dikenal dari Levi Staruss adalah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pemikirannya dalam teori oposisi binar. Dalam rangka<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menjelaskan teori oposisi binar ini, dia mengupas masalah segi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tiga kuliner yaitu kajian tentang makanan. Selain itu Levi Strauss<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">juga tertarik dengan masalah kekerabatan dan mengkaji<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masalah sistem pertukaran dalam kekerabatan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam perkembangannya ternyata pendekatan struktural<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">fungsional dianggap tidak cukup memadai digunakan untuk<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mengkaji masyarakat modern. Oleh karena itu muncul<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pendekatan jaringan sosial, yang dianggap lebih mampu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menjelaskan gejala sosial yang ada di masyarakat. Analisis<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">jaringan sosial ini menekankan pada analisis situasional, di mana<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tindakan sosial, perilaku, dan sikap seorang manusia dianggap<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungannya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam rangka menjelaskan pentingnya konsep jaringan sosial,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">para ahli membedakan antara penggunaan ide jaringan sosial<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sebatas metaforikal dan sebagai konsep analitikal. Di dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">realita kehidupan, jaringan hubungan sosial ini sangat kompleks<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan saling tumpang tindih atau saling memotong. Untuk itu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">maka dibedakan antara jaringan total dengan jaringan partial.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sementara itu bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">membentuk jaringan sosial maka dibedakan atas jaringan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">interes, jaringan sentiment, dan jaringan power.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Etnografi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengertian, Konsep dan Teknik<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Etnografi adalah metode yang lazim digunakan dalam penelitian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi. Penelitian etnografi ini mensyaratkan dilakukannya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penelitian lapangan di mana peneliti bertindak sebagai orang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang sedang mempelajari suatu kebudayaan. Dalam melakukan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penelitian etnografi, peneliti harus menguasai secara baik<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">konsep-konsep dan teknik-teknik yang akan digunakannya. Di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">samping itu untuk memperoleh data yang obyektif maka peneliti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">harus tinggal di dalam komunitas yang ditelitinya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pada periode kajian antropologi klasik, metode etnografi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">digunakan untuk meneliti masyarakat sederhana. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">metode etnografi ini telah mengalami evolusi besar, di mana<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dewasa ini metode etnografi bisa juga diterapkan untuk meneliti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat kompleks. Dalam meneliti masyarakat kompleks,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peneliti akan memulainya dengan mengambil satu atau lebih<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">culture scene sebagai fokus kajian. Di samping itu penelitian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pada masyarakat kompleks juga mulai menggunakan teknik-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teknik penelitian lainnya seperti teknik survei. Sementara itu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teknik analisis jaringan sosial lazim digunakan untuk meneliti<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat kompleks dalam rangka mendeskripsikan pola-pola<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hubungan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Penelitian Etnografi pada Masyarakat Kompleks<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Masyarakat kompleks adalah masyarakat yang mempunyai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">karakteristik terbuka, besar dan cenderung heterogen. Dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">demikian maka kebudayaan masyarakat kompleks tidak<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mewakili cara pandang hidup total dari warganya. Kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat kompleks merupakan kelompok-kelompok<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan yang saling tumpang tindih. Untuk itu dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">meneliti kebudayaan pada masyarakat kompleks kita harus<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menentukan satu atau lebih culture scene sebagai fokus<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penelitian.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengumpulan data penelitian pada masyarakat kompleks selain<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menggunakan metode etnografi juga digunakan teknik survei<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">untuk mendapatkan gambaran umum dari subyek yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ditelitinya. Di samping itu penelitian pada masyarakat kompleks<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">juga menggunakan metode analisis jaringan sosial. Analisis<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">jaringan sosial sendiri digunakan untuk mendeskripsikan pola-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pola hubungan antara satu orang atau satu pihak dengan orang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">atau pihak yang lainnya. Analisis jaringan sosial dilakukan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dengan cara menentukan alpha sebagai titik sentral jaringan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang kemudian diperlebar pada para alter.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengertian dan Karakteristik Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Terdapat dua pendekatan dalam mempelajari kebudayaan yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pendekatan ideasional dan pendekatan behaviorisme. Kedua<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pendekatan ini memandang kebudayaan melalui kacamata yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berbeda. Pendekatan ideasional melihat kebudayaan sebagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sistem kognitif, sementara pendekatan behaviorisme melihat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan sebagai sistem adaptif. Kedua pendekatan ini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melahirkan sejumlah pengertian kebudayaan, sebagaimana<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang dikemukakan oleh para ahli. Melalui kedua pendekatan ini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">maka wujud kebudayaan dapat dilihat sebagai sistem ide/<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">gagasan, sistem perilaku, dan artefak.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sementara itu dalam melihat dan memahami kebudayaan kita<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">harus mengacu pada sejumlah karakteristik kebudayaan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Karakteristik kebudayaan tersebut antara lain adalah bahwa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan universal.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tujuh Unsur Kebudayaan Universal<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Setiap kebudayaan di manapun akan mengandung unsur-unsur<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan yang terdiri dari tujuh unsur yaitu sistem<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pengetahuan (kognitif), kekerabatan, sistem teknologi dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peralatan hidup, sistem religi, sistem mata pencaharian hidup,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bahasa dan kesenian. Antara unsur satu dan lainnya akan saling<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berkaitan tidak dapat berdiri sendiri.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Isi dari setiap unsur kebudayaan akan berbeda antara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan satu dari yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berbagai faktor, di antaranya faktor geografis. Setiap isi dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">unsur kebudayaan tidak bersifat statis tetapi akan berubah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sesuai dengan tingkat kebutuhan dan proses adaptif yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">diperlukan. Sebab pada dasarnya kebudayaan berfungsi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mempermudah kehidupan manusia.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Di samping itu terdapat beberapa aspek dari kebudayaan, yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">integrasi kebudayaan, fokus kebudayaan, dan etos kebudayaan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Aspek-aspek kebudayaan ini juga menjelaskan pada kita<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bagaimana rupa dan fungsi dari kebudayaan masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tersebut.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Kehidupan Kolektif Atau Masyarakat<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengertian, Konsep dan Bagian-Bagian Masyarakat<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bersama. Sedangkan komunitas adalah suatu kesatuan hidup<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Jadi penekanannya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lebih pada wilayah.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kata “masyarakat” berasal dari akar kata syaraka yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berarti “ikut serta, saling bergaul”. Dalam bahasa Arab istilah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">untuk masyarakat yang bermakna sama dengan bahasa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Indonesia “berkumpul” adalah mujtama.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam suatu masyarakat terdapat juga bagian-bagian yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berupa kesatuan-kesatuan manusia dengan ciri-ciri pengikat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Kerumunan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(crowd) dan kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tidak dapat disebut masyarakat karena tidak memiliki empat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">faktor pengikat, sedangkan kelompok dan komunitas dapat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">disebut masyarakat karena memiliki faktor tersebut. Empat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">faktor pengikat masyarakat yaitu ada interaksi antaranggota;<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">adat istiadat dan norma-norma yang mengatur perilaku;<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berkesinambungan; serta memiliki satu rasa identitas yang kuat.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Interaksi dan Pranata Sosial dalam Kehidupan Masyarakat<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Interaksi merupakan salah satu faktor pengikat masyarakat.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Interaksi ini merupakan tindakan individu dalam menjalani<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kehidupannya. Dalam berinteraksi ini pranata merupakan faktor<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">utama yang mewadahi sistem-sistemnya. Pranata merupakan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sistem aturan (norma khusus) yang menata suatu rangkaian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tindakan berpola mantap untuk memenuhi suatu keperluan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">khusus dari manusia dalam masyarakat.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ada 8 klasifikasi pranata yang sifatnya tidak terlalu baku.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Artinya pranata-pranata tersebut masih dapat berkembang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Semakin<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kompleks masyarakatnya maka akan semakin beragam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pranatanya. Di samping itu pranata tidak hanya lahir dari dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang bersangkutan, tetapi juga dari luar masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang bersangkutan. Dalam masyarakat juga dikenal adanya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peranan sosial, struktur sosial dan jaringan sosial.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Perubahan Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Teori dan Mekanisme Perubahan Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang banyak menjadi perhatian para ahli antropologi adalah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">adanya penemuan baru dan gejala persebaran unsur-unsur<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan. Untuk mengenali karakteristik unsur kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan perubahan kebudayaan terdapat beberapa teori di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antaranya adalah teori evolusi dan difusi. Teori evolusi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menggambarkan bahwa perubahan kebudayaan terjadi secara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perlahan-lahan dan bertahap. Setiap masyarakat mengalami<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">proses evolusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masing masyarakat menunjukkan kebudayaan yang berbeda-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">beda. Salah satu masyarakat dikenal telah maju, sedangkan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang belum maju. Teori difusi memberi ilustrasi lain<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bahwa perubahan kebudayaan terjadi karena adanya proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pengaruh mempengaruhi dari kebudayaan yang satu terhadap<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan lainnya. Persamaan unsur kebudayaan pada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang berbeda dianggap bukan sebagai hasil dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">proses evolusi tetapi karena adanya kontak atau hubungan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang terjadi pada masa lampau dari kedua atau lebih<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang memiliki kesamaan kebudayaan tersebut.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perubahan kebudayaan terjadi melalui mekanisme yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berbeda-beda. Suatu kebudayaan masyarakat akan berubah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melalui mekanisme adanya inovasi atau penemuan baru dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat itu sendiri. Sedangkan mekanisme lainnya dapat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terjadi melalui proses difusi, akulturasi, culture loss, genocide,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan perubahan terencana (direct change).<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Modernisasi dan Kondisi Masyarakat Mendatang<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Modernisasi merupakan fenomena dunia yang dijadikan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“alat” untuk mengejar ketinggalan dan memperoleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kemajuan tertentu yang pernah atau sudah diraih oleh negara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">maju. Dengan demikian sejumlah negara atau bangsa yang tidak<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melaksanakan modernisasi dianggap akan menjadi negara atau<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bangsa yang semakin tertinggal bahkan akan dikuasai oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">negara atau bangsa yang lebih berpengaruh. Modernisasi di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Barat didahului oleh komersialisasi dan industrialisasi,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sedangkan di negara non-Barat, modernisasi didahului oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">komersialisasi dan birokrasi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Modernisasi menurut Reinhart Bendix (1964) adalah seluruh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perubahan sosial politik yang menyertai industrialisasi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Industrialisasi didefinisikannya sebagai pembangunan ekonomi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melalui transformasi sumber daya dan kuantitas energi yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">digunakan. Makna dari esensi modernisasi adalah sejenis<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tatanan sosial modern atau yang sedang berada dalam proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menjadi modern..<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Beberapa ciri-ciri aspek kemodernan adalah berkenaan dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, setidaknya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mengenai produksi dan konsumsi secara tetap; kadar partisipasi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">rakyat dalam pemerintahan yang memadai; difusi norma-norma<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sekuler-rasional dalam kebudayaan; peningkatan mobilitas<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam masyarakat; transformasi kepribadian individu, sehingga<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dapat berfungsi secara efektif dalam tatanan sosial yang sesuai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dengan tuntutan kemodernan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Globalisasi dicirikan dengan lahirnya perjanjian perdagangan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bebas yang disepakati oleh beberapa negara seperti WTO<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(World Trade Organization), GATT (General Agreement on Tariffs<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">and Trade), dan AFTA (Asia Facific Trade Associations). Perjanjian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang disepakati tersebut adalah bahwa para produsen memiliki<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebebasan untuk memasarkan produknya ke negara-negara di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">seluruh dunia, paling tidak bagi negara-negara pendukung<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perdagangan bebas. Sebuah negara tidak memiliki kontrol<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">secara penuh terhadap pengaruh masuknya produk dari luar.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Keberadaan perusahaan transnasional seperti Toyota, McDonald,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan lain-lain yang terdapat di satu negara di luar negara asal<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perusahaan tersebut merupakan indikasi gejala globalisasi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Kajian-Kajian Antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Religi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Religi merupakan salah satu unsur universal dari kebudayaan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Karakteristik utama religi adalah kepercayaan pada makhluk dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kekuatan supranatural. Masyarakat di dunia memiliki beragam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">konsepsi tentang makhluk supranatural, namun pada dasarnya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dapat diklasifikan atas tiga kategori yaitu dewa-dewi, arwah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">leluhur, dan makhluk supranatural lain/bukan manusia.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Makhluk-makhluk supranatural itu dianggap menguasai dunia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">atau bagian tertentu dari dunia.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Selain keyakinan akan adanya makhluk dan kekuatan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">supranatural, tiga komponen penting lainnya dari religi adalah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">emosi keagamaan, sistem upacara religi, dan umat/pengikut<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">religi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ada dua upacara ritual penting yang sering dilakukan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat di dunia yaitu upacara peralihan (Rites of Passage)<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan upacara intensifikasi (Rites of Intensification). Upacara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peralihan adalah upacara ritual yang berkaitan dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peralihan dari satu tahap kehidupan manusia ke tahap<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kehidupan berikutnya. Kelahiran, masa pubertas, perkawinan,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan kematian merupakan tahap-tahap yang dianggap penting<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam kehidupan manusia. Upacara intensifikasi adalah upacara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang dilakukan ketika suatu kelompok dilanda krisis. Upacara ini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mempersatukan semua orang dalam kelompok untuk mengatasi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masalah bersama-sama.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Religi memiliki fungsi psikologis dan sosial. Religi berperan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penting dalam pengendalian sosial. Religi juga berfungsi dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">memelihara solidaritas sosial. Fungsi lain dari religi terkait<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dengan bidang pendidikan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem Perekonomian<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ahli antropologi berasumsi bahwa motivasi seseorang dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melakukan kegiatan ekonomi sangatlah beragam. Penggunaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sumber daya yang dimiliki manusia dimotivasi oleh berbagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tujuan antara lain: a subsistence fund, a replacement fund, a<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ceremonial fund, a social fund, dan a rent fund.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem produksi (mode of production) pada dasarnya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">merupakan strategi adaptasi masyarakat terhadap lingkungan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Faktor-faktor produksi (means of production) meliputi tanah/<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teritori, tenaga kerja, teknologi, dan modal.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pertukaran/sistem distribusi yang berkembang di berbagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan di dunia dapat difokuskan atas tiga prinsip yaitu:<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">prinsip pasar, redistribusi, dan resiprositas (Karl Polanyi, 1957<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam Kottak 1991). Resiprositas terbagi atas tiga tingkat yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">resiprositas umum (generalized reciprocity), resiprositas<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">seimbang (balanced reciprocity), resiprositas negatif (negative<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">reciprocity).<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Salah satu alat pertukaran yang banyak digunakan di dunia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">adalah uang. Beberapa fungsi uang antara lain adalah sebagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">alat pertukaran, sebagai standar nilai, dan sebagai alat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pembayaran. Mata uang yang memiliki ketiga fungsi tersebut<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">disebut a general purpose money, sedangkan mata uang yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tidak memenuhi ketiga fungsi disebut a special purpose money<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14pt;">Masa Depan Antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemahaman Konsep<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Setiap kajian antropologi yang pernah dilakukan selalu berusaha<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">untuk memahami kebudayaan dari masyarakat yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam antropologi, kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">merupakan konsep sentral. Hanya dalam perkembangannya, kini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">konsep kebudayaan tidak sekedar merupakan alat untuk<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mendeskripsikan atau alat untuk mengumpulkan data-data<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan tetapi lebih ke arah sebagai “alat analisis”.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Konsep yang mendasar dalam Kegiatan Belajar 2 ini adalah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“kebudayaan” dan “adaptasi”. Dalam hal ini, adaptasi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">adalah berkenaan dengan bagaimana manusia mengatur<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hidupnya untuk menghadapi berbagai kemungkinan di dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kehidupan sehari-hari. Kebutuhan-kebutuhan dan hambatan-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hambatan dalam memenuhinya menuntut manusia untuk<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">beradaptasi. Manusia harus mampu memelihara keseimbangan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang terus-menerus berubah antara kebutuhan-kebutuhan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hidupnya dan potensi yang terdapat di lingkungan di mana dia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tinggal dan hidup. Menghadapi berbagai kemungkinan tersebut<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam menjalani hidup inilah yang menjadi tugas utama sebuah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“kebudayaan”.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kebudayaan memang tampaknya sangat stabil. Namun,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sebenarnya, sedikit atau banyak, perubahan merupakan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">karakteristik utama dari semua kebudayaan. Baik itu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan dari masyarakat maju, maupun kebudayaan dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang sedang berkembang atau masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tradisional. Selain itu, karena kebudayaan mempunyai tugas<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">utama untuk membuat manusia sanggup menghadapi berbagai<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kemungkinan yang terus menerus berubah dalam menjalani<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hidup ini maka semua masyarakat manusia yang masih eksis di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">muka bumi ini mempunyai kebudayaan tanpa kecuali. Di<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">samping itu, sudah selayaknya bila dikatakan bahwa<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan tertentu adalah yang paling sesuai bagi masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pendukungnya. Oleh karena itu pula tidak ada kebudayaan yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lebih tinggi atau lebih baik dari kebudayaan lainnya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sementara itu, sebuah kebudayaan juga perlu memelihara<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">eksistensi dirinya. Kebudayaan, dalam menjaga<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">keberlangsungannya adalah dengan cara menciptakan tradisi-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tradisi, seperti yang terdapat pada berbagai pranata-pranata<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sosial yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kata lain, kebudayaan mengoperasionalkan model-model<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pengetahuan yang dimilikinya ke dalam pranata-pranata sosial.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ada pranata perkawinan, pranata agama, pranata pendidikan,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pranata politik dan sebagainya.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sedangkan hubungannya dengan “struktur sosial”, pranata-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pranata sosial ini berfungsi sebagai pengontrol dalam menjaga<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">keberlangsungan struktur-struktur sosial yang bersumber pada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan. Selain itu, kebudayaan memberi ‘warna’ atau<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">‘karakter’ terhadap struktur-struktur sosial yang ada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sehingga struktur-struktur sosial yang terdapat pada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan tertentu akan tampak ‘khas’ bila dibandingkan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dengan struktur-struktur sosial yang terdapat pada kebudayaan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang berbeda. Dengan demikian, struktur sosial merupakan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">‘operasionalisasi’ dari pranata-pranata sosial – yang telah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">disesuaikan dengan lingkungan-lingkungan sosial yang ada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dalam kehidupan nyata pendukung kebudayaan yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bersangkutan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perubahan dan Keteraturan<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perubahan adalah karakteristik umum dari semua kebudayaan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Meski perubahan merupakan karakteristik kebudayaan, namun<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">proses perubahan tersebut selalu berakhir dengan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“keteraturan”, yaitu menuju proses “keteraturan baru”.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Setelah tercapai posisi “keteraturan baru” maka proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perubahan akan berjalan kembali. Demikian seterusnya. Oleh<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">karena itu kebudayaan tampak “stabil” dan “kuat” tetapi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">juga bersifat lentur.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perubahan dikatakan sebagai karakteristik umum dari semua<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan karena secara alamiah:<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Lingkungan di mana manusia tinggal dan hidup – yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tampaknya stabil – pada hakikatnya juga dinamis atau<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">selalu mengalami proses perubahan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Adanya variasi pengetahuan kebudayaan dari para<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pendukung kebudayaan itu sendiri.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Penemuan dari para pendukung kebudayaan sehingga<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terjadi suatu pembaharuan atau inovasi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Selain itu, perubahan juga terjadi karena bermula dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berinteraksi (pertemuan dengan) kebudayaan asing<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(misalnya karena proses difusi atau hubungan sosial<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tertentu) sehingga terjadi asimilasi atau akulturasi,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pembaharuan atau hilangnya unsur-unsur tertentu dalam<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Proses perubahan yang berlangsung terus menerus ini, pada<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">akhirnya membawa umat manusia masuk ke dalam peradaban<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perkotaan seperti yang terjadi saat ini. Berbicara tentang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">peradaban kota tentunya tidak lepas dari proses perubahan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">karena modernisasi, yang merupakan akibat dan kelanjutan dari<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">keempat faktor di atas.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Modernisasi adalah suatu proses global di mana masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">nonindustri berusaha mendapatkan ciri-cirinya dari masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">industri atau masyarakat “maju” sehingga terjadi proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">perubahan kultural pada masyarakat nonindustri. Masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">nonindustri mencoba mengejar ketinggalan terhadap apa yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sudah dicapai oleh masyarakat industri/maju dalam waktu satu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">generasi (relatif cepat). Akibatnya, masyarakat nonindustri<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">banyak yang mengalami ketidaksiapan atau kesulitan untuk<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menyesuaikan diri terhadap perubahan yang sedemikian cepat.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Akhirnya, Tumbuh kebudayaan “ketidakpuasan” dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">“culture lag” di sebagian besar masyarakat nonindustri.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sementara proses modernisasi berlangsung, proses globalisasi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pun sedang terjadi. Masyarakat dunia sedang bergerak ke arah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tumbuhnya satu kebudayaan dunia yang “homogen”. Proses<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">modernisasi dan globalisasi ini mendorong masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">nonindustri (negara-negara sedang berkembang dan dunia<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ketiga) ke arah kecenderungan untuk meniru produk, teknologi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan praktek-praktek masyarakat maju. Sementara itu, reaksi lain<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">juga muncul seperti penolakan unsur-unsur yang berbau<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan asing, tumbuhnya etnosentrisme baru,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">evangelisme/dakwahisme bahkan yang lebih ekstrem lagi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">muncul seperti “teror-teror” bom yang banyak terjadi saat ini<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">(militan).<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><br />
</div><div style="margin-top: 0cm;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Masa Depan Umat Manusia dan Kajian Antropologi<o:p></o:p></span></b></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kebudayaan pada dasarnya selalu dinamis karena harus terus-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">menerus menyesuai diri dengan lingkungan dan kebutuhan-<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebutuhan hidup para pendukung kebudayaan tersebut.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Demikian halnya dengan antropologi. Bukan karena masyarakat<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">nonindustri atau tradisional semakin lama semakin sedikit yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tersisa dan hampir punah karena arus modernisasi dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">globalisasi, lalu antropologi kehilangan arah. Selayaknya<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kebudayaan, antropologi yang dalam setiap kajiannya selalu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">berusaha memahami kebudayaan dari masyarakat yang<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ditelitinya (kebudayaan sebagai konsep sentral antropologi)<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">juga dituntut mampu beradaptasi atas perubahan-perubahan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">yang dialami oleh masyarakat kajiannya. Dalam hal ini,<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi dituntut beradaptasi secara kultural pula, yaitu<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">adaptasi dalam hal teori dan konsep agar tetap eksis dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">mampu memberikan sumbangan teoritis dan praktis.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tidak hanya beradaptasi semata, tetapi antropologi juga<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dituntut untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan atau<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">temuan-temuan baru di bidang teori dan konsep dari hasil<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kajian-kajian yang dilakukannya. Dengan ‘menghilangnya’<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat tradisional bukan berarti antropologi sudah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kehilangan lahan penelitian/kajian. Saat ini sudah banyak kajian<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tentang masyarakat dari peneliti itu sendiri.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Memang banyak kritikan yang ditujukan kepada antropologi dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">para ahlinya, terutama di Indonesia. Kritikan-kritikan tersebut<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">umumnya berkisar pada masalah relevansi antropologi dan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sumbangan praktis di era pembangunan atau di era modernisasi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan globalisasi saat ini. Misalnya, kajian tentang masalah<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">masyarakat yang hampir punah, waktu penelitian yang relatif<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lebih lama ketimbang waktu yang diperlukan oleh ilmu sosial<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">lain, masalah sejauh mana antropologi mampu menghasilkan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">generalisasi atas studi yang dilakukan, dan apakah teori-teori<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dan konsep-konsepnya masih relevan untuk menghadapi<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi.<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berbagai kritikan ini harus dipandang sebagai masukan karena<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">hal ini merupakan salah satu pendorong untuk perkembangan<o:p></o:p></span></div><div style="margin-top: 0cm;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">antropologi itu sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5172518948817020900.post-82907991011921655392011-03-21T10:13:00.000+07:002011-08-20T08:46:06.101+07:00teori sosiologi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Teori Sosiologi<br />
Dalam sosiologi terdapat tiga macam paradigma yaitu<br />
paradima fakta sosial, paradigma definisi sosial dan<br />
paradigma perilaku sosial.<br />
Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari<br />
ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan<br />
semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu<br />
pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan<br />
tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-<br />
persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana<br />
seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja<br />
yang harus diikuti dalam menginterpretasikan<br />
informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab<br />
persoalan-persoalan tersebut.<br />
1.Struktural fungsional merupakan pendekatan pada<br />
teori sosiologis yang mempelajari masyarakat sebagai<br />
unit-unit sosial yang relatif stabil dan terpola serta<br />
penyesuaian bagian-bagian tersebut ke dalam sistem<br />
keseluruhan, melihat masyarakat terdiri dari bagian-<br />
bagian yang saling bergantung dan berhubungan<br />
dengan norma-norma yang mengarahkan peranan-<br />
peranan status, berbagai status itu saling<br />
berhubungan sehingga membentuk lembaga-lembaga<br />
dalam masyarakat, lembaga-lembaga itu juga saling<br />
tergantung.<br />
Van den Berghe telah merangkum 7 ciri-ciri umum teori<br />
struktural fungsional yakni<br />
a.Masyarakat harus dianalisis selaku keseluruhan,<br />
selaku "sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang<br />
saling berhubungan".<br />
b.Hubungan sebab dan akibatnya bersifat "jamak dan<br />
timbal balik".<br />
c.Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan<br />
"keseimbangan dinamis", penyesuaian terhadap<br />
kekuatan yang menimpa sistem menimbulkan<br />
perubahan minimal di dalam sistem itu.<br />
d.Integrasi sempurna tak pernah terwujud, setiap<br />
sistem mengalami ketegangan dan penyimpangan<br />
namun cenderung dinetralisir melalui institusionalisasi.<br />
e.Perubahan pada dasarnya berlangsung secara<br />
lambat lebih merupakan proses penyesuaian<br />
ketimbang perubahan revolusioner.<br />
f.Perubahan adalah hasil penyesuaian atas perubahan<br />
yang terjadi di luar sistem, pertumbuhan melalui<br />
diferensiasi dan melalui penemuan-penemuan internal.<br />
g.Masyarakat terintegrasi melalui nilai-nilai bersama.<br />
Teori menurut Talcott Parsons<br />
Setiap sistem mempunyai empat fungsi memaksa:<br />
a.Adaptasi artinya setiap sistem harus menghadapi dan<br />
harus berhasil menyelesaikan masalah-masalah,<br />
b.Pencapaian tujuan, tujuan adalah fungsi kepribadian<br />
c.Integrasi, integrasi adalah fungsi sistem sosial dan<br />
d.Pemeliharaan pola yang tersembunyi, pemeliharaan<br />
pola adalah fungsi kultur. Pada tingkat sistem sosial,<br />
fungsi-fungsi ini secara berurutan berhubungan<br />
dengan ekonomi, pemerintahan, hukum dan keluarga.<br />
Sumber : penatara GR Pemandu LPMP SMG</div>mamienhttp://www.blogger.com/profile/09401161406757292964noreply@blogger.com0